Friday, October 24, 2014

Cernak, 26 Oktober 2014




Ulang Tahun Sasa

 
oleh Benny Rhamdani


Sepulang sekolah Dita mengajak Voni mampir sebentar ke sebuah mall tak jauh dari sekolah. "Antar sebentar," katanya.

"Mau beli apaan?" tanya Voni.

"Aku mau beli kado buat Sasa. besok dia ulang tahun, kan? Kamu sudah beli?" tanya Dita.

"Memangnya dia mau ngerayain? Minimal traktir kita?"

"Belum tahu sih. Tapi dia kan teman sekelas kita."

"Iya, tapi dia sendiri nggak pernah ngasih kado sama kita. Padahal kita ngundang dia ke perayaan ulang tahun kita," ungkit Voni.

"Mau ngantar nggak nih? Aku suka bingung kalau belanja sendiri," kata Dita.

Karena Dita sering berbuat baik kepada Voni, akhirnya Voni mau menemani Dita. Mereka mendatangi satu toko buku. Dita memutuskan untuk membeli satu buku KKPK terbaru. Dita ingat, Sasa sangat suka membaca KKPK.

"Wah, harganya lumayan lho. Duapuluh lima ribu," ucap Voni.

"Tak apa. kebetulan au punya tabungan. Kamu nggak akan ngasih hadiah?"

"Di rumah aku punya beberapa hadiah ulang tahunku bulan lalu. Besok aku bawa ke sekolah. Kalau Sasa traktir makan-makan baru aku kasih," kata Voni.

"Terima kasih, kamu sudah mau mengantar aku ya," kata Dita.

Esok pagi adalah ulang tahun Sasa. Seisi kelas memberi ucapan selamatulang tahun kepada Sasa. Tapi yang memberi kado hanya Dita. Sasa kelihatn senang menerimanya.

"Aduh, terima kasih, Dita. Kau baik sekali," ucap Sasa.



"Aku juga bawa kado. tapi baru aku kasih kalau kamu rtratir makan-makan," ucvap Voni.

Sasa tertunduk malu. Dia ingin mentraktir teman-temannya,tapi ... "Ya, sitirahat nanti aku akan traktir kalian di kantin," katanya kemudian.

"Horeee!" semua berteriak senang.


Dita mendekati Sasa. "Sasa, sebenarnya kamu tidak perlu mentraktir kami. Kamu ..."


Sasa menggelengkan kepalany. "Tenang, Dita. Aku punya uang tabungan kok."


Dita tersenyum. Dita tahu keluarga Sasa bukan orang kaya. Ayahnya bekerja sebagai satpam. Ibunya membuka warung jajanan.

Saat istirahat tiba, seisi kelas langsung ke kantin. Mereka memesan makanan dan minuman. Setelah selesai, Sasa harus membayar sebesar seratus ribu rupiah.

Sasa mengeluarkan dengan hati beberapa lembar uang kertas. Dihitungnya satu persatu lembaran kertas itu hingga berjumlah seratus ribu. Sisanya tinggal selembar dua ribu rupiah.

Di kelas Sasa menerima beberapa kado dari temannya. Rupanya mereka seperti Voni yang baru menyerahkan kado bila ditraktir. Namun Sasa kelihatan tak senang. Pikirannya melayang entah ke mana.

Ya, sebenarnya uang yang dibayarkan tadi bukan uang tabungannya. Sasa tak pernah punya tabungan. Itu uang milik Ibu untuk diberikan ke sekolah untuk melunasi pembayaran uang kaos olahraga dan les komputer. Sasa berpikir, dia akan mengatakan kepada Ibu, uang itu hilang.

Namun Sasa kini ragu. Dia pasti tidak akan bisa berbohong kepada Ibu. Sasa tak pernah bohong.

Sasa menyesal. Mengapa demi gengsi agar bisa mentraktir teman-teman sekelasnya, dia sampai menyalahgunakan kepercayaan Ibu?

^_^

No comments: