Friday, March 11, 2016

Cernak, 13 Maret 2016

Tabungan



"Kau suka itu?"

Aku melirik ke arah Salman, kembaranku. Dia selalu tahu yang ada di pikiranku. "Ya, tapi harganya mahal," jawabku.

Benda di depanku adalah jenis mobil-mobilan terbaru dari merk yang selama ini jadi favoritku. Mobil itu warnanya hitam dan sangat sporty. Jenis mobil balap.

"Cuman limapuluh ribu. Masa kamu tidak punya?" tanya Salman.

"Uangku habis. Kemarin yang dikasih paman sudah aku belikan kaos," jawabku."Aku boleh pinjam uangmu?"

"Sudah ditabung yang dari paman," jawab Salman. Dia memang pelit.

"Oh, ya sudah. Kalau tidak salah kita punya PR matematika, kan?" kataku kemudian.

"Eh ... iya. Aku bawa uang di dompet. Kamu mau pinjam? tapi pinjam ya," ujar Salman kemudian.

Yia, berhasil. Salman memang lemah dalam pelajaran matematika. Setiap ada PR dia selalu minta ajari aku lebih dulu. Kadang dia hanya menyalin dari bukuku.

Aku mendapat uang limapuluh ribu dari Salman. Lalu kubelikan mobil-mobilan. Koleksiku makin lengkap saja.

&&&

"Utangmu sudah banyak. Kapan kamu akan membayar?" tanya Salman saat kami sedang hendak ke sekolah.

"Berapa sih?"

"Duaratusribu."

"Nanti aku bayar."

"Kapan?"

"Ya, nanti."

"Nanti kapan?"

"Hmm, hari ini ada ulangan matematika, kan?"

Salman terlihat panik. Kami duduk sebangku. Salman selalu panik jika pelajaran matematika. Apalagi ulangan.

"Ya, sudah utangmu dibayar saja kalau sudah punya uang."

"Iya, nanti kalau melihat punyaku ulangannya jangan sama semuanya ya."

"Siap."


&&&


Sudah beberapa hari lamanya aku tidak pulang sekolah bersama kembaranku. Dia selalu tidak menjawab jika ditanya. Ketika kuadukan kepada Kbu, eh Ibu malah senyum-senyum saja.

Mulanya aku merasa kehilangan sebab kami biasa pergi bersama. tapi lama  kelamaan aku terbiasa. Aku bisa main sesukaku tanpa tergantung dengan Salman.

Tapi sore ini kami main bersama lagi. Pergi ke mall. Dan lagi-lagi aku melihat mobil-mobilan terbaru di toko mainan.

"Aku ingin beli yang ini. Tapi tak punya uang."

"Ya, nanti saja belinya."

"Nanti malan kita kerjakan PR matematika yuk."

"Aku sudah kerjakan."

Aku terpana. "Oh ya?"

"Iya, sekarang aku mulai menyukai matematika. Aku mengambil tabunganku, ikut les matematika biar pintar sepertimu. Maaf ya, aku baru memebritahumu."

Pantaslah.

"Tabungaku sudah habis. Jadi tidak bisa meminjamkan kepadamu. Lagipula kamu masih punya utang kepadaku."

Oh.




No comments: