Friday, June 09, 2017

Hore, 11 Juni 2017

Mengenal Dua Pakaian Adat Palembang


Kerajaan Sriwijaya yang kokoh dan termasyhur di masa silam telah mewariskan beragam adat dan kebudayaan secara turun temurun, terutama bagi masyarakat Melayu yang tinggal di Sumatera Selatan.

 Salah satu warisan budaya tersebut misalnya dapat kita temukan pada pakaian adat Palembang yang hingga kini masih sering digunakan para pengantin dalam upacara adat pernikahannya.


Ada dua jenis gaya busana yang menjadi pakaian adat Palembang. Keduanya yaitu Aesan Geda dan Aesan Pasangko. Aesan sendiri dalam bahasa Palembang berarti baju atau pakaian.

Aesan Gede 



Aesan Gede atau baju gede adalah pakaian yang melambangkan kebesaran. Pakaian ini merupakan perlambang keagungan kerajaan Sriwijaya di masa silam. Berbalut dengan warna merah jambu yang dipadukan sulaman berwarna keemasan, aesan gede memiliki nilai filosofis bahwa Sumatera memang layak dijuluki sebutan swarnadwipa atau pulau emas.

Gemerlap dan mewahnya pakaian adat Palembang dalam gaya aesan gede semakin bertambah dengan dikenakannya beberapa aksesoris. Aksesoris seperti mahkota, bungo cempako, kelapo standan, kembang goyang, baju dodot serta songket bermotif napan perak adalah beberapa pernik yang terdapat dalam aesan gede.


 Aesan Paksangko 



Berbeda dengan aesan gede, aesan pasangko dianggap sebagai pakaian adat Palembang yang mencirikan keanggunan. Gaya busana laki-laki dalam aesan asangko biasanya berupa penggunaan songket lepus sulam emas, selempang songket, jubah dengan motif taburan bunga emas, seluar atau celana, dan sebuah songkok emas yang dikenakan di kepala.

Sementara gaya busana perempuannya berupa baju kurung (dodot) merah yang bertabur motif bintang emas, teratai penutup dada, mahkota aesan paksangko sebagai penutup kepala, dan kain songket bersulam emas.

Kain tenun songket adalah kain tentun khas Sumatera Selatan. Kain ini terbuat dari benang emas yang ditenun membentuk motif-motif tertentu. beberapa motif di antaranya adalah lepus, bunga inten, jando beraes, tretes midar, kembang suku hijau, pulir biru, bungo cino, dan motif bunga pacik.
Beberapa aksesoris yang dikenakan dalam aesan gede seperti perhiasan bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang kenango juga dikenakan dalam gaya pakaian aesan paksangko.

Baik aesan gede maupun aesan paksangkong, saat ini umumnya hanya digunakan saat upacara perkawinan saja. Pengantin pria dan pengantin wanita dihias bersama pakaian adat Palembang tersebut sedemikian rupa sehingga layaknya seperti seorang raja dan ratu. Penggunaan pakaian adat Palembang tersebut juga kerap ditemukan pada acara-acara adat, kendati pemakainya terbatas misalnya pada para penari atau pembawa acara.

No comments: