Friday, August 04, 2017

Cernak, 6 Austus 2017






Alkisah pada zaman dahulu kala di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan hiduplah seorang petani yang memiliki seorang anak bernama La Dana. Semua orang mengenal La Dana sebagai anak yang cerdik, namun sayang kecerdikan itu dipergunakan untuk membuat orang lain terpedaya demi keuntungan pribadinya semata.

La Dana memiliki seorang teman bernama Sappang, yang sering menjadi korban kecerdikannya. Suatu hari La Dana bersama Sappang menghadiri acara Rambu Solo, yaitu pesta adat kematian khas Tana Toraja. Sebagai tamu La Dana diberikan dua bagian kaki belakang kerbau oleh tuan rumah, sedangkan Sappang menerima hampir seluruh bagian kerbau, kecuali dua bagian kaki belakang.

La Dana lalu mengusulkan pada Sappang agar bagian kerbau miliknya dan milik temannya itu digabungkan saja untuk ditukar dengan seekor kerbau hidup, dengan alasan mereka bisa memelihara kerbau itu hingga gemuk sebelum disembelih. 

Usulan itu akhirnya disetujui oleh Sappang dan dikabulkan oleh pihak tuan rumah. Maka diberikanlah kepada mereka berdua seekor kerbau yang berukuran biasa tak besar dan tak kecil, lalu atas kesepakatan mereka berdua, kerbau itu dipelihara di rumah Sappang.

Seminggu kemudian La Dana mendatangi rumah Sappang tempat di mana kerbau itu dipelihara, kelihatannya ia sudah tak sabar menunggu hingga kerbau mereka menjadi gemuk. Saat melihat kerbau tersebut, La Dana pun berkata “Bagaimana kalau kita sembelih saja kerbau ini sekarang, karena saya sangat ingin sekali memakan dagingnya??”

Sappang pun menjawab, “Hai La Dana kenapa engkau jadi orang tak bisa sabar sedikit, tunggulah sampai kerbau ini menjadi gemuk, baru engkau bisa menyembelihnya. ”

Namun La Dana tak kehabisan akal, dia pun berkata, “Bagaimana kalau dua bagian kaki belakang saja yang dipotong, bukankah itu milikku, dan sisanya kamu ambil untuk dipelihara?”

Mendengar hal itu, Sappang pun jadi berpikir, bila dua bagian belakang kaki kerbau ini dipotong, maka hewan ini pastilah mati. Lalu Sappang membujuk La Dana agar membatalkan niatnya itu, lalu ia pun menjanjikan akan memberikan kaki depan kerbau itu kepada La Dana, bila hewan itu sudah menjadi gemuk. 

Mendengar janji dari Sappang, La Dana pun akhirnya kembali ke rumahnya.

Seminggu kemudian La Dana datang lagi ke rumah Sappang, dan meminta agar kerbau itu disembelih saja, sehingga ia bisa mengambil dua bagian kaki belakang yang menjadi haknya. 

Mendengar hal itu, sekali lagi Sappang membujuk agar La Dana mengurungkan niatnya, dan menjanjikan akan memberikan dua bagian kaki depan dan kepala kerbau kepada La Dana, bila hewan itu sudah gemuk. Mendengar janji dari Sappang, La Dana pun kembali pulang ke rumahnya.

Seminggu setelah hari itu, La Dana kembali mengunjungi rumah Sappang, lagi lagi ia meminta agar hewan itu disembelih saja dengan segera, agar ia bisa mengambil apa yang menjadi hak nya atas kerbau tersebut. 

Hal ini membuat Sappang menjadi gusar dan kesal, kali ini Sappang benar-benar marah atas kelakukan La Dana yang datang setiap minggu, hingga akhirnya dengan nada marah yang memuncak ia pun berkata "Hai La Dana, sungguh kamu membuatku marah, kenapa kamu tidak ambil saja kerbau ini dan bawa pergi sekalian saja, Pergilah dan janganlah kau datang lagi ke rumahku untuk mengganggu saya."

Akhirnya La Dana pun pulang dengan senyum dan hati yang gembira sambil membawa seekor kerbau pulang ke rumahnya, meninggalkan Sappang yang menyesali akan kebodohannya sehingga terperangkap dalam jebakan yang sudah direncakan sebelumnya oleh La Dana. 

No comments: