Saturday, January 27, 2007


Siapa Dokter Itu?

Oleh Benny Rhamdani

Hans kebingungan. Di luar hujan turun dengan derasnya. Mama dan papa belum tiba di rumah.

“Kami tidak bisa buru-buru pulang. Pesawat tidak jadi berangkat karena badai di sini. Jadi pesawat kami ditunda, mungkin sampai besok pagi,” begitu kabar Mama di telepon sejam yang lalu.

“Iya, Ma. Hans dan Lusy akan baik-baik saja di rumah,” kata Hans kemudian agar Mama dan Papa tetap tenang.

Ya, apa susahnya menunggu kepualangan Mama dan Papa semalam ini. Tinggal tidur saja. Tapi … hm kalau malamnya ada badai di luar ternyata jadi lain. Ya, suara hujan deras, angina, dan petir membuat Hans sedikit ketakutan.

“Kak … perutku sakit,” tiba-tiba terdengar suara Lusy.

Hans bingung. Ia lalu mencari obat sakit perut dan menyuruh Lusy memakannya. Tapi sejam kemudian Lusy bukannya sembuh, malah sakitnya kian menjadi-jadi. Hans tambah kebingungan.

Ah … iya! Panggil dokter saja! “Tapi dokter siapa?” Hans bingung. Akhirnya Hans membuka buku telepon. Dia mencari alamat dokter terdekat lalu meneleponnya.

“Selamat malam Dokter ….”

“Iya. Ada apa? Ada yang bisa kami Bantu?” Tanya suara di seberang. Suara pria.

“Adikku sakit. Di rumah tidak ada siapa-siapa,” kata Hans.

“Oh oke. Di mana rumahmu?”

“Jalan Angrrek 30.”

“Oke, saya ke sana.”

Hans pun menunggu dengan cemas. Dilihatnya Lusy berkeringat sambil mengrang menahan sakit perutnya. Tak berapa lama kemudian dia mendengar suara bel pintu. Buru-buru Hans membuka pintu. Seorang pria setengah baya masuk dengan membawa tas dokter.

“Silakan masuk, Dokter. Adikku ada di kamar,” akata Hans.

Dokter itu langsung menemui Lusy. Kemudian dia memeriksa Lusy dan memberikan obat untuk diminum segera oleh Lusy.

“Apakah adikku akan baik-baik saja?” Tanya Hans.

“Ya, dia akan tertidur sebntar lagi. Saat terbangun nanti, dia akan sembuh,” akata Dokter.

“Terima kasih Dokter. Oh iya, orangtua kami sedang tidak di rumah. Bagimana kalau bayarannnya nanti dikirim orangtua kai?” kata Hans.

“Sudah, tidak apa-apa. Aku senang menolong adikmu. Dan kau adalah seorang kakak yanghebat!” kata si Dokter. Dia kemduian pamit dan pergi meninggalkan Hans.

Hans kembali ke kamar menunggu Lusy. Ternyata Lusy sudah tertidur. Hans pun mengantuk dan tertidur pulas.

Esok paginya Hans terbangun kaget. Lusy tampak sudah segar. Lalu Mama dan papa ternyata juga sudah sampai rumah.

“Hans, apa yang terjadi semalam? Lusy menceritakan tentang sakitnya dan dokter yang datang?” Tanya Papa.

Hans menceritakan dengan singkat kejadian semalam. Papa kemudian mencari alamat dokter semalam di buku telepon. Setelah ketemu, papa langsung mengajak hans pergi ke rumah dokter itu. Mobil papa berhenti di jalan Camar nomor sepuluh. Tapi yang ada sebuah lokasi rmah yang rusak karena kebakaran.

“Apakah ini rumah dokter Ryan?” Tanya Papa kepada seorang perempuan di nomor sembilan.

“Betul sekali. Dulu Dokter Ryan tinggal di sana. Tapi seminggu lalu dia tewas bersama keluarganya dalam kebakaran. Kasihan, padahal dia dokter yang baik,” kata perempuan itu.

Papa kaget, begitu pula Hans. Dokter Ryan meninggal seminggu yang lalu? Kalau begitu siapa yang dating semalam?

Ah, tiba-tiba Ryan teringat saat Dokter Ryan datang semalam. Ya, meski di luar hujan badai, tapi Dokter Ryan tidak tampak kebasahan sedikit pun. Ini benar-benar aneh!

^-^

No comments: