Friday, July 11, 2008

Cernak, 13 Juli 2008


Kasih Sayang Haruka

Keluarga miskin itu sangat bahagia. Malam ini sang ibu melahirkan bayi laki-laki yang sudah lama mereka nantikan. Tetapi kegembiraan itu lenyap saat sang ayah mengangkat bayi laki-laki itu dan melihatnya lebih saksama. Ternyata bayi laki-laki itu memiliki tanduk di kepalanya.

“Bagaimana kalau orang-orang tahu tentang tanduk itu, Bu?” tanya sang Ayah panik.
Ibu yang baru saja melahirkan menangis. “Jangan sampai orang-orang desa tahu, Pak. Kita akan kena malu.”

“Baiklah kalau begitu, kita hanyutkan saja bayi ini di sungai.”

Mendengar perkataan ayah dan ibunya, Haruka, kakak perempuan bayi itu sangat sedih. Diam-diam ia mengikuti ayahnya keluar rumah membawa bayi itu ke sungai. Bayi itu diletakkan di dalam peti yang dibekali sebutir telur dan secangkir beras. Lalu peti itu di hanyutkan ke sungai.

Setelah ayahnya meninggalkan sungai, Haruka mengikuti peti adiknya yang hanyut mengikuti arus sungai. Hatinya sedih sekali setiap mendengar adiknya menangis. Ia berusaha menghibur adiknya dari pinggir sungai.

“Wahai adikku sayang, jangan engkau menangis. Jika engkau lapar, makanlah sebutir beras agar engkau kenyang!” kata Haruka.

Setelah berkata seperti itu, tak lama kemudian tangis adiknya berhenti. Beberapa hari kemudian, terdengar ciap ayam dari dalam peti. Haruka mengira pastilah telur di peti adiknya sudah menetas.

Berbulan-bulan kemudian kakak perempuan bayi itu mengikuti peti adiknya dan menghiburnya dengan penuh kasih sayang saat adiknya menangis. Sampai kemudian peti itu terbawa arus sungai ke tepian.Haruka dengan gembira meraih peti itu.

“Syukur padamu Tuhan, akhirnya aku bisa meraih peti adikku,” kata Haruka sambil meraih peti.

Ketika peti dibuka melompatlah seorang anak laki-laki yang gagah dan tampan. Tidak terlihat tanduk di kepalanya. Di belakangnya seekor ayam jantan menemaninya. Haruka sangat gembira melihat hal itu.

“Adikku, kaukah ini? Akhirnya aku bisa memelukmu,” kata Haruka sambil memeluk adiknya erat-erat.

Sang adik tersenyum bahagia. “Terima kasih kakak, kamu selalu menjagaku.”

Mereka lalu berjalan menuju desa terdekat dan bertegur sapa dengan banyak orang. Beberapa hari kemudian, sampailah mereka di tanah kelahirannya. Para penduduk desa menanyakan asal usul mereka.

“Kami warga desa sini, Paman. Namun sudah lama meninggalkan desa ini. Orang tua kami tinggal di desa tepi sungai,” kata Haruka.

Mendengar penjelasan itu, penduduk desa tahu siapa mereka. Khabar tentang kedatangan kakak beradik itu juga tersebar ke seluruh desa. Kedua orang tua miskin yang dulu membuang si tanduk panjang mendengar khabar itu. Dengan gembira mereka segera menemui anaknya. Awalnya, Haruka itu masih menyimpan kemarahan. Namun si adik yang dberi nama Ken membujuk kakaknya.

“Kakak, bagaimanana pun mereka orang tua kita. Kita harus memaafkan mereka dan tetap berbakti pada mereka,” kata si adik lembut.

Haruka lalu tersenyum dan memeluk kedua orang tuanya. Begitu juga Ken. Mereka berkumpul kembali dan mulai hidup baru yang lebih bahagia.

(ulang kisah oleh benny rhamdani)

No comments: