Friday, September 12, 2008

Cernak, 14 September 2008


Ketika Aku Kalah
Oleh Benny Rhamdani

Hari ini adalah hari penentuan siapa yang akan menjadi ketua kelas. Tentu saja, aku sebagai salah satu calon merasa deg-degan. Kurasa teman-teman yang mendukungku juga begitu.

Kulirik Ares dan Putut yang juga menjadi calon ketua kelas. Selama seminggu ini kami sudah bersaing dalam berbagai kampanye. Mereka juga tampak cemas.

Pemungutan suara berlangsung begitu lama. Juga penghitungan suara.

“Rani!” teriak Bu Hermin menyebutkan kertas pemilihan.

Jantungku bergetar setiap kali Bu Hermin membacakan namaku. Itu artinya suara untukku bertambah satu. Para pedukungku terus bersorak. Tapi ketika berikutnya Bui Hermin menyebut nama Ares dan Putut jantungku kembali menciut.

Ah, bagaimana kalau aku kalah ya?

Aku ingat benar, tekadku untuk memenangkan pemilihan ketua kelas ini. AKu juga sudah keluar uang yang tidak sedikit untuk mentraktir teman-temanku agar mau memilihku.

“Ya, sudah habis! Sekarang jumlahnya sudah ketahuan!” teriak Bu Hermin.

Tentu saja tidak sulit menghitungnya,dan aku pun akhirnya tahu ….

Ya, aku kalah! Ares yang terpilih jadi ketua kelas. Dan yang sedikit membuatku kaget adalah kami hanya selisih satu suara. Tapi mau besar ataupun sedikit selisihnya … tetap saja aku kalah.

Ares pun maju ke depan. Bu Hermin memberi selamat. Juga teman-teman pendukung Ares. Beberapa teman pendukungku bermuka masam.

“Huh, menyebalkan! Mestinya Rani yang menang,” kata Salsa.

“Kenapa ya? Jangan-jangan ada yang curang,” kata Ratno.

“Kita harus protes! Harus diadakan pemilihan ulang,” ucap Dinar.

“Atau kita tunggu saja selama beberapa minggu. Nah, kalau ternyata ada yang tidak beres selama Ares jadi ketua kelas, kita usul kepada Bu Guru untuk menggantinya dengan Rani,” ujar Salsa.

Aku hanya tersenyum mendengar masukan dari teman-temanku. Terus terang saja hatiku masih terluka karena kekalahan ini. Bahkan aku memberi ucapan selamat kepada Ares dengan sedikit memaksakan diri.

Kesedihanku ini rupanya terlihat abangku saat aku sampai di rumah. Karena tak kuat menahannya, aku menceritakan kekalahanku itu kepada Bang Ravan.

“Tahun lalu aku bisa menang suara banyak. Bahkan sangat jauh dengan dua calon lainnya. Tapi sekarang aku kalah,” kataku diakhir cerita.

“Ya, memang sedih kalau kalah. Tapi kalau sedih melulu juga percuma, kan? Sebaiknya kamu terima saja kekalahan itu dengan lapang dada. Itu akn lebih meghiburmu. Jadi kamu bisa lebih konsentrasi dengan hal lainnya. Kalau kamu sedih terus, nanti urusan kamu lainnya jadi berantakan,” kata Bang Ravan.

“Iya juga, Bang,” kataku setelah merenung sebentar. Aku ingat kedua calon yang kukalahkan tahun lalu. Pasti mereka juga sesedih aku sekarang. Tapi mereka tidak tampak sedih berlama-lama. Bahkan mereka kemudian mendukungku saat aku jadi ketua kelas.

Ya, sebaiknya aku pun begitu!

“Kalau kamu sudah bisa menerima kekalahanmu, kamu juga harus bisa mengajak teman-teman yang mendukungmu untuk menerima kekalahanmu. Karena bsia saja justru mereka yang nantinya malah membuat kelas rebut,” saran Bang Ravan.

Hmm, ya benar juga Bang Ravn. Sorenya aku mengundang semua teman yang mendukungku ke rumah. Aku menyiapkan pesta kecil untuk mereka.

“Teman-teman, terima kasih atas dukungan kalian selama masa kampanye. Kita sudah tahu hasil pemilihan ketua kelas. Aku kalah. Tapi aku harap teman-teman tidak marah dan kecewa. Sekarang aku akan mendukung Ares untuk bisa bekerja baik sebagai ketua kelas. Kuharap teman-teman juga ikut mendukung Ares …” kataku kemudian.

Teman-temanku sempat bingung sejenak. Tapi akhirnya mereka mengerti maksudku. Heheheh, kadang-kadang omonganku memang sulit dimengerti. Kata mereka, aku terlalu pintar.

“Oke deh! Kami akan turut mendukung Ares sepertimu!” kata Salsa, Ratno, Dinar dan yang lainnya.

Aku senang mendengarnya. Kami akhirnya sepakat m,endukung Ares.

Soal kekalahan itu akan kulupakan segera. Karena aku ytakin masih ada kemenangan yang bisa kuraih dalam hal lainnya, misalnya sebagai juara kelas, sebagai juara lomba menyanyi, juara lomba menulis …. Bukan begitu?

No comments: