Friday, September 25, 2009

CERNAK, 3 Oktober 2009



Kegembiraan Princess Humayra



Musim kemarau yang singkat telah berakhir. Hujan mulai mengguyur istana dan sekelilingnya. Princess Humayra merasa senang karena rakyat di negerinya telah melewati masa-masa sulit mendapatkan air bersih.


“Alhamdulillah, hujan mulai turun. Semoga hujan ini membawa berkah untuk seluruh rakyat,” doa Princess Humayra di hendela kamarnya.


“Princess Humayra, hujan belum turun di semua tempat negeri ini. Bahkan ada sebuah desa yang sudah sangat kekeringan,” tiba-tiba terdengar suara burung kecil di dekat Princess Humayra.


“Opps! Assalammualaikum, burung kecil. Kukira siapa?” kata Princess Humayra sambil tersenyum.


“Waalaikumsalam. Maaf aku mengejutkan Princess karena tidak mengucapkan salam dulu,” burung kecil tersipu malu.


“Benarkah kabar yang kau sampaikan tadi?” tanya Princess Humayra.


“Ya, aku mendengar dari beberapa temanku yang terbang ke sana. Namanya Desa Silamaya. Letaknya di sebelah barat kerajaan,” jelas burung kecil.


“Kalau begitu aku akan mengunjungi desa itu segera,” ucap Princes Humayra.


Keesokan harinya atas seizin Baginda Raja Akbar, Princess Humayra melakukan perjalanan dengan rombongan pengawal. Mereka membawa serta persediaan air dan makanan untuk bantuan.


Begitu memasuki Desa Simalaya, Princess Humayra merasa sedih melihat pemandangan di depannya. Tanah-tanah kering kerontang. Pepohonan tak bisa tumbuh di atasnya. Warga desa banyak yang terserang penyakit.


“Padahal beberapa bulan sebelumnya desa ini baru saja melewati panen dan merayakannya bermewah-mewahan,” jelas seorang pengawal.


Princess Humayra segera menemui Kepala Desa. Tapi keadaan Kepala Desa sedang sakit. Tak banyak yang bisa diharapkan darinya..


“Kalau begitu, kita langsung bergerak membantu warga desa ini,” ajak Princess Humayra kepada pra prajurit. “Pertama-tama, kita harus mencari sumber air untuk dibagikan kepada warga desa,” ucap Princess Humayra.


“Kami siap mengerjakan!” jawab para parjurit.


Tanpa membuang banyak waktu para prajurit segera bekerja. Tapi dari pagi hingga waktu shalat zuhur tiba, mereka belum menemukan satu sumber air pun.


“Kita harus mencari sumber air dari desa terdekat, lalu memasang pipa hingga ke desa ini,” saran seorang prajurit.


“Baiklah, itu saran yang bagus. Tapi sebaiknya kalian shalat zuhur dulu dan berdoa agar kita diberi kemudahan,” kata Princess Humayra.


Usai shalat zuhur dan makan siang, sebagian prajurit mengantar Princess Humayra menuju ke desa terdekat. Namanya Desa Kiarani.


“Subhanallah, desa ini hijau sekali,” kata Princess Humayra saat memasuki desa itu.


Kepala Desa menyambut kedatangan Princess Humayra dengan senang hati. Dia malah menawarkan warganya untuk ikut membantu Desa Simalaya.


Akhirnya, para prajurit membuat pipa panjang dari sumber air di Desai Kiarani menuju Desa Simalaya. Jumlahnya tak banyak, tapi untuk sementara cukup membantu warga Desa Simalaya.


“Alhamdulillah, sekarang warga desa bisa menggunakan air bersih untuk masak,” kata Princess Humayra senang.


“Pak Kepala Desa, bagaimana desa ini bisa terhindar dari kekeringan? Padahal letaknya bersebelahan dengan Desa Simalaya,” tanya Princess Humayra.


“Yang utama kami selalu berusaha menjaga alam dan lingkungan hidup di desa kami. Selain itu, kami biasa beristighfar kepada Allah agar senantiasa diampuni kesalahan kami. Bisa saja dalam bertani, beternak, ataupun pekerjaan lainnya kami melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak,” jelas Kepada Desa.


“Istighfar? Ya, selama bekerja membangun pipa tadi, aku mendengar warga Desa Kiarani terus beristighfar. Rupanya memang sudah menjadi kebiasaan mereka,” kata Princess Humayra.


“Begitulah adanya, Princess Humayra,” kata kepala Desa.


Princess Humayra pun merenung beberapa saat.Princess Humayra kemudian mengumpulkan warga Desa Simalaya. Juga Kepala Desanya.


“Mulai hari ini, seluruh warga desa ini harus meniru desa sebelah. Mereka sangat mencintai dan menjaga kelestarian alam. Sehingga ketika musim kemarau tiba mereka tidak dilanda bencana kekeringan,” kata Princess Humayra.


“Siap!” seru warga desa.


“Kalian juga harus memperbanyak istighfar kepada Allah, agar desa ini senantiasa dilindungi Allah,” tambah Princess Humayra.


Sejak itu warga desa mulai melaksanakan titah Princess Humayra. Mereka mengucapkan astagfirullahhaladzim saat berdoa, saat bicara, saat bekerja dan saat-saat lainnya yang memungkinkan.


Mereka juga mulai menjaga kelestarian alam di sekitar mereka. Pengalaman telah mengajarkan mereka untuk mencintai lingkungan hidup.


Tiga hari kemudian, hujan turun di Desa Simalaya. Semua warga bersuka cita.


“Alhamdulillah, Allah mendengar doa kami,” kata warga desa.


Kegembiraan warga desa itu juga dirasakan warga desa lainnya, bahkan sampai juga ke telinga Princess Humayra yang sudah kembali ke istana.


“Aku berharap warga Desa Simalaya mau belajar dari ujian berat yang baru saja mereka lewati. Semoga Allah selalu bersama mereka. Astagfirullahhaladzim. Amin,” doa Princess Humayra.


Berbulan-bulan kemudian Desa Simalaya kembali subur. Saat panen raya di pertanian, warga desa tak merayakannya dengan bermegah-megahan lagi. Mereka menggunakan harta bersama untuk membangun sebuah bendungan. Suatu hari kelak bendungan itu akan berguna sebagai persediaan pengairan di kala musim kemarau.

^-^

2 comments:

MONOKROM said...
This comment has been removed by the author.
MONOKROM said...
This comment has been removed by the author.