Friday, March 05, 2010

Cernak, 7 Februari 2010


Purnama (bag. 2)



Purnama mendapatkan dirinya di sebuah ruangan yang asing. Dia terbaring dan nyeri sekali ketika hendak bergerak.

“Di mana aku?” Purnama bertanya-tanya.

Pintu ruangan terbuka. Seorang dokter masuk sambil tersenyum. “Ah, kamu sudah bangun,” kata Dokter. “Diperiksa dulu sebentar ya,” katanya kemudian.

Purnama masih bingung. Tapi dia menurut saja ketika dirinya diperiksa. Hanya sebentara. Tak lama kemudian, dolter tu keluar lagi, lalu kembali dengan perempuan dewasa.

“Kamu tak apa-apa, Nak?” tanyanya.

“Ya. Hanya sedikit sakit di kepala.”

“Oh, mudah-mudahan segera sembuh. Siapa namamu? Kamu boleh memanggi saya …l Ibu Surya.”

“Purnama.”

Mereka kemudian akrab bicara. Hanya Purnama sayangnya tak bisa mengigat banyak selain namanya. Bahkan dia tak ingat di mana tinggal. Rupanya kecelakaan itu telah membuat dia kehilangan sebagian ingatannya.

Purnama selama dua hari menjalani perawatan di rumah sakit. Hari ketiga Bu Surya mengajak Purnama ke rumahnya.

Purnama terkejut melihat rumah Bu Surya yang sangat besar.

“Tinggallah di sini menjadi anak Ibu. Soalnya, Ibu tidak punya anak,” kata Bu Surya.

Purnama pun menyetujuinya. Bu Surya memang hanya tinggal dengan Pak Surya. Mereka tdak punya anak, tapi ada dua pembantu dan satu tukang kebun di rumah itu.

Bu Surya memberi kamar yang besar, Bahkan Bu Surya kemudian memasukkan Purnama ke sekolah. Untunglah Purnama dulu sering membaca buku, jadi dia bisa duduk di bangku kelas 5 SD.

Selama berminggu-minggu kemudian, Purnama masih tidak mengingat masa lalunya. Bahkan suatu hari ketika Purnama sedang berjalan di toko buku, dia kaget ada orang yang memanggilnya.

“Purnama! Kemana saja kamu?”

Purnama bingung. Siapa ya orang berpakaian dekil itu?

“Jangan pura-pura lupa. Aku ini Wulan!”

Purnama masih juga tak mengingatnya. Wulan jadi serba salah.

Bu Surya langsung mengajak Purnama meninggalkan Wulan.

“Wah,jangan-jangan Purnama diculik orang itu,” pikir Wulan. Dia sedih karena sudah lama kehilangan Purnama.

Suatu hari Purnama berangkat sekolah diantar supir. Karena ada perbaikan jalan, Pak Supir melewati jalan lain. Saat itulah Purnama melewati perempatan jalan yang dulu dia sering jadikan berjualan Koran.

Sepertinya aku pernah ke sini, tapi kapan ya? Begitu pikir Purnama.

Bersamaan dengan itu, sebuah kendaraan ngebut dari arah berlawanan. Pak Supir tak sempat menghindar, sehingga tabarakan pun terjadi. Purnama menjadi korban kecelakaan lalu lintas kembali.

Sepeuluh jamkemudian, Purnama baru terbangun dari pingsan. Dia langsung berteriak,”WULAN!”

Ya, kali ini ingatannya sudah kembali. Dia tahu orang-orang yang ditinggalkannya, rumah singgah dan perempatan jalan. Namun, Purnama juga masih ingat Bu Surya dan Pak Surya.

“Aku ingin kembali bertemu taman-teman lamaku,” kata Purnama.

“Iya, nanti kalau sudah sembuh,” kata Bu Surya sedih.

Purnama akhirnya istirahat kembali. Dua hari kemudian dia diantar ke perempatan jalan itu kembali. Purnama langsung mencari Wulan.

“Purnama, Wulan meninggal beberapa hari yang lalu terkena demam berdarah,” kabar Pak Haji agen Koran.

Purnama merasa sedih. Dia kemudian menjalani kehidupannya lagi sebagai anak angkat Pak dan Bu Surya. Dia berjanji akan sekolah yang benar sehingga kelak menjadi dokter dan bisa mengobati orang miskin.



-Tamat-

No comments: