Friday, April 22, 2011

Cernak, 24 April 2011



Sepatu Baru Princess Laura


Princess laura selalu ingin tampil menawan. Terutama dengan sepatu yang digunakannya. Dia mengganti sepatunya hampir satu jam sekali. Bahkan tak jarang dia menghabiskan waktyunya hanya untuk memilih sepatu yang akan digunakannya.


Suatu hari dua penipu datang ke kota. Mereka menyatakan bisa membuat sepatu terbaik dari yang pernah dibayangkan manusia. Warna dan pola, kata mereka, tidak hanya sangat indah, tapi sangat istimewa.


Princess Laura mendengar juga kabar itu. “Aku harus memiliki sepatu yang indah dari mereka,” pikir Princess Laura.


Tanpa membuang waktu, Princess Laura meminta dua orang itu membuatkan sepatu khusus untuknya. Princess Laura menyediakan sebuah ruangan khusus di dekat istana. Dia memberikan segala jenis bahan sepatu yang mewah, juga aneka hiasan pemata untuk sepatu. Bahkan perkakas tukang sepatu pun disediakan.


Dua penipu itu kemudian membawa semua pemberian itu. Mereka hanya bekerja pada malam hari. Tentu saja Princess Laura jadi ingin tahu.


"Aku ingin tahu bagaimana mereka membuat sepatuku," kata Princess Laura dalam hati. Tapi ia malu mengendap-endap. Apalagi dua penipu itu telah mengajukan syarat agar mereka tidak diganggu selama seminggu mengerjakan sepatu pesanan Princess Laura.


"Aku akan mengirimkan menteriku yang paling jujur ​​saja," pikir Princess Laura.


Pak Chandra, menteri yang dipilih pun pergi ke ruangan tempat penipu duduk di depan perkakas pembuat sepatu.


Dia membuka mata lebar-lebar.


"Aku tidak bisa melihat apa-apa," tapi dia tidak berkata begitu.


“Ah, sayang sekali. Sepatu ini hanya bisa dilihat orang yang pintar. Orang bodoh tidak bisa melihatnya,” kata dua penipu.


“Oh… aku melihatnya,” kata Pak Chandra.


“Syukurlah. Berarti bapak orang yang pintar. Lihatlah permata di sepatu ini, indah, kan? Princess Laura pasti akan menyukainya,” kata dua penipu.


Pak Chandra hanya menganggukkan kepalanya. Dia kemudian melaporkan kepada Princess laura.


“Sepatunya sangat indah. Tapi percayalah, hanya orang-orang pandai yang bisa melihatnya,” kata Pak Chandra.


Princess laura percaya kepada Pak Chandra. Lima ari kemudian waktu yang diberikan oleh Princess Laura usai. Princess laura mendatangi ruang kerja dua penipu. Dan dia tidak elihat apa-apa di atas meja.


“Lihat, sepatunya indah kan?” tunjuk dua penipu.


“Ya… iya… indah sekali,” kata Princess laura. Dia tidak ingin disebut bodoh karena tidak bisa melihat sepatu itu.


Dua penipu itu berjalan ke meja, lalu seolah mengambil sepatu. Seorang memasangkan sepatu ke kaki kiri, seorang lagi ke kaki kanan.


“Aku ingin memperlihatkannya kepada Baginda Raja,” kata Princess Laura. “Tapi aku ingin memamerkannya kepada rakyatku dulu.”


Princess Laura pun berjalan seolah memakai sepatu yang indah. Semua yang melihat semula merasa bingung. Tapi kemudian mereka pura-pura kagum dengan sepatu yang dipakai Princess Laura.


Princess laura kemudian menaiki kereta kencana. Dia minta diantar ke alun-alun. Tiba di alun-alun dia turun dari kereta kencana dan berjalan mengelilingi alun-alun dengan nyeker alias tanpa alas kaki. Seagian rakyat kebingungan ada juga yang menahan geli. Baru kali ini mereka melihat Princess Laura tak bersepatu.


“Wuah, lihat, Princess Laura tak memamerkan sepatunya lagi.Aku kagum padanya. Ayo kita beri dia tepuk tangan!” teriak seseorang.


Akhirnya semua rakyat bertepuk tangan. Princess laura mengira semua rakyat kagum dngan sepatunya.


Setelah puas berjhalan di alun-alun, ia kembali ke istana. Dia menemui baginda Raja. Melihat kaki Princess yang kotor tanpa alas kaki, Baginda Raja tertawa.


“Kenapa kau tidak memakai sepatu, Princess?” tanya Baginda Raja.


“Aku memakainya. Apakah Baginda tidak melihatnya. Kata pembuatnya, sepauku hanya bisa dilihat orang yang pandai,” kata Princess Laura.


“Tidak ada sepatu seperti itu. Kau pasti tertipu,” kata Baginda Raja.


Princess Laura marah. Dia menyuruh pengawal membawa dua penipu itu. Tak lama kemudian dua penipu itu diserahkan. Namun Baginda Raja justru memaafan dua penipu itu.


“Princess Laura, kita harus berterimakasih kepada mereka. Karena merekalah Princess laura mestinya menyadari bahwa sepatu bukanlah segalanya. Rakyat mencintaimu bukan karena sepatumu, aku pun demikian,” kata Baginda Raja.


Princess Laura tersipu malu. Dia akhirnya mengurangi kebiasaannya berganti-ganti sepatu setiap jam. Dia masih mengoleksi sepatu, tapi jumlahnya jauh lebih kurang dari sebelumnya.


(ben)

^_^

No comments: