Friday, July 04, 2014

Cernak, 6 Juli 20194

Jejak Tertinggal
 oleh Benny Rhamdani




 Sardi baru seminggu yang lalu keluar dari penjara. Dia berusaha mencari pekerjaan.  Apalagi sebentar lagi lebaran tiba.

"Kamu mau bekerja membersihkan sapi-sapi di peternakanku." kata Pak Safiro.

 Sardi menggelengkan kepalanya.

Yang lain ada yang menawarkan membersihkan kebun, mencuci mobil di bengkel, juga mengangkut sampah di komplek. Tapi semua ditolak Sardi. Dia ingin pekerjaan di kantor biar tampak keren.

Sardi tak juga mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Apalagi dia tak punya ijazah dan keterampilan lainnya.

 Kini keinginannya untuk mencuri timbul kembali. Kata orang, PakSurip memang pencuri tulen. Tidak pernah jera, meski sudah berulang kali tertangkap.



      Tak seperti dulu, kali ini persiapan Sardi untuk mencuri sudah begitu matang. Yang akan menjadi sasaran pencuriannya adalah sebuah rumah kosong di ujung Jalan Banteng.

       Tengah malam Sardi melancarkan aksinya. Dengan menggunakan kunci palsu, ia membuka pintu rumah dengan mudah dan mulai melancarkan aksinya. Ia mengambil sejumlah uang dari lemari, beberapa perhiasan dan barang kecil yang berharga.

       "Ha ... ha ... hari ini aku benar-benar pesta," gumam Sardi tertawa senang setelah mengemasi barang-barang. "Aku tidak perlu bekerja lagi. Apalagi memandikan sapi."

       Sardi duduk-duduk sebentar di atas sofa. Tiba-tiba terlintas rencana di pikirannya. Ia membuka sarung tangan yang dikenakannya lalu meletakkannya di atas meja. Belum cukup. Ia lalu meletakkan pula Kartu Tanda Penduduknya.

       "Polisi pasti akan langsung menuduhku. Aku sudah menyiapkan alibi dan alasan," pikir Sardi sambil tersenyum senang.

       Setelah itu Sardi keluar dari rumah itu. Kali ini ia lewat jendela, bukan lewat pintu seperti tadi.

       Sampai di rumah Sardi langsung tidur. Baru keesokan paginya ia mengubur barang-barang curiannya. Rencananya,ia baru akan menjual barang-barang itu beberapa hari kemudian, agar Polisi tidak curiga.

       Sore harinya dua orang polisi datang ke rumah. Sardi menyambut kedatangan mereka dengan tersenyum.

       "Kami diperintahkan menangkapSardi dengan tuduhan mencuri barang milik Pak Tomo di Jalan Banteng,"kata salah seorang polisi.


       "Kapan peristiwa itu terjadi?" tanya Sardi pura-pura heran.

       "Semalam. Kami menemukan sarungtangan dan KTP Bapak di sana,"tambah salah seorang polisi.

       "Semalam saya tidak kemana-mana. Tentang sarung tangan saya itu, beberapa hari yang lalu ada yang mencurinya . Sementara KTP saya beserta dompet juga hilang beberapa waktu yang lalu," tutur Sardi terus berbohong.

       Kedua polisi itu cuma tersenyum.Mereka tidak peduli dan langsung memborgol tangan Sardi.

       "Tetapi sidik jari Sardi kan tidak mungkin dicuri atau dicopet orang?" kata seorang polisi yang pangkatnya kelihatan lebih tinggi sambil tersenyum.

       Sardi termangu. Betapa bodohnya ia. Ia baru sadar, semalam, sewaktu meninggalkan rumah itu lewat jendela, tangannya sudah tidak dibungkus sarung tangan. Itu berarti ia meninggalkan sidik jari di sana.

       "Selalu saja sial," runtuk Sardi kesal. Memang penjara tempat yang cocok buat pencuri seperti Sardi.

***

No comments: