Friday, December 18, 2015

Cernak, 20 Desember

Legenda Tentang Ibu dari India


Pada masa lalu, jauh sebelum ada kehidupan di bumi, hiduplah tiga bersaudara nan cantik bernama  Matahari, Angin, dan Bulan, serta ibu mereka bernama  Bu Bintang.  Mereka tinggal di angkasa raya nan luas.

Suatu hari paman dan bibi mereka, yakni Paman Guntur dan Bibi Badai, meminta tiga saudara perempuan itu untuk makan malam dengan mereka. Bu Bintang mengizinkan mereka bertiga memeuhi undangan tersebut.

"Aku akan menunggu kalian sampai pulang," kata Bu Bintang saat mengantar mereka menaiki kereta pegasus.

Matahari sangat cantik dengan gaunnya emas. Angin memakai gaun yang terus melambai-lambai saat ia berjalan. Bulan memakai gaun indah  berwarna perak.

Paman Guntur dan Bibi Badai menyambut kedatangan mereka dengan hangat. SEbuah hidangan makanan nan lezat disipakan untuk tiga keponakan mereka. Makan malam yang layak untuk dikenang. Meja makannya tampak cantik karena berwarna pelangi.  Di atasnya ada es seperti salju di puncak gunung, dan kue lembut dan putih sebagai awan, serta  buah-buahan segala musim.

Matahari dan Angin mengisi perut mereka dengan  sangat rakus, sampai meninggalkan  remah di piring mereka. Bulan masih mengingat ibunya. Dia menyembunyikan sebagian dari makan malamnya untuk dibawa pulang dan berbagi dengan ibunya.

Usai makan malam, mereka ngobrol-ngobrol sebentar. Kemudian tiga bersaudara itu berpamitan untuk pulang. Begitu tiba di depan rumah, Ibu membukakan pintu untuk mereka.

"Apa yang kalian bawa dari jamuan makan malam?" Bu Bintang bertanya.

Matahari menggelengkan kepalanya, sehingga rambut emasnya yang trgerai begerak.  "Mengapa aku harus membawa sesuatu untuk Ibu?" dia bertanya. "Aku pergi keluar untuk kesenangan aku sendiri dan tidak memikirkan sempat memikirkan Ibu. "

Angin mengangkat jubahnya sambil berkata ketus," Aku juga, pergi keluar untuk urusanku sendiri. Mengapa aku harus memikirkan ibu? Ibu kan ada di rumah."

Berbeda dengan Bulan yang tidak serakah dan egois. Dia berbalik tersenyum manis  ke arah ibunya, , dan mengulurkan tangannya yang ramping.

"Lihat, ibu," teriak Bulan, "Aku telah membawa setengah  yang ada di piringku. Aku hanya makan setengahnya. Sungguh aku ingin berbagi dengan Ibu."

Bu Bintang membawa makanan  dari Bulan. Bu Bintang memakannya hingga habis. Kemudian, ia berpaling ke tiga anaknya karena  ada sesuatu yang penting untuk dikatakan kepada mereka. Dia berbicara pertama kepada  Matahari

"Kau sangat egois, putriku," katanya. "Kau pergi keluar dan menikmati diri sendiri tanpa memikirkan orang yang ditinggalkan sendirian di rumah. Kelak kau tidak akan disukai banyak manusia. Sinarmu akan menjadi begitu panas dan membakar. Bahkan kau bisa membakar segala yang kau sentuh. Manusia tidak akan mau melihatmu."

Berikutnya Bu Bintang berbicara kepada Angin.

"Kau juga, putriku, perilakumu tidak pantas dan serakah," katanya. "Kau juga menikmati segalanya hanya untuk diri sendiri tanpa memikirkan orang lain. Kelak kau akan terus meniup dalam panas yang disebabkan oleh kakakmu, Matahari. Banyak akan menjadi korbanmu. Tidak ada yang akan mencintaimu lagi. Manusia akan berusaha menjauhimu."

Terakhir, Bu Bintang bicara dengan  Bulan.

"Kamu seperti ibumu yang tidak mementingkan diri sendiri," katanya. "Anugerah besar akan  datang kepadamu. Kau akan tetap dingin, tenang, dan indah.  Kau akan berkurang, tetapi kau akan bertambah lagi. Kau akan membuat malam  menjadi benderang, dan semua orang akan memuji kecantikanmu."


Itulah yang terjadi pada masa lalu. Sebagian orang mempercayi, sebagian orang tidak. Tetapi banyak yang semakin mencintai ibunya setelah mengetahui cerita ini.

No comments: