Friday, July 15, 2016

Cernak, 17 Juli 2016

Terjebak di Pantai

Liburan telah tiba. Tiga sahabat Tom, Ram dan Sandi, sedang bermain video game di rumah Sandi. Mereka berumur 12 tahun.

"Mari kita pergi ke pantai," ajak Tom. "Kita bisa berenang, nggak kepanasan kayak sekarang. Cuaca benar-benar panas di kota kita ini."

Ram dan Sandi setuju, dan mendapat izin orang tua mereka.

"Tolong hati-hati, dan patuhi larangan penjaga pantai," perintah ibu Sandi.

Ram memiliki sepasang kacamata berenang. Dia membawa kacamata itu. Sandi membawa bola voli dari rumahnya untuk bermain di pantai.

Mereka naik bus pukul setengah dua siang dari pusat kota dan mencapai pantai pukul tiga sore. Mereka segera turun dari bus, dan berjalan di sepanjang pantai. Mereka berjalan melewati toko, hotel dan restoran untuk wosatawan. Tapi semakin mendekati pantai, semakin sepi.

"Aku lebih suka bermain dan berenang jauh dari restoran dan keramaian," kata Sandi.

Dua temannya sepakat. Mereka melewati mercusuar, dan menemukan pantai yang lebih baik, tetapi lebih kecil.

"Kita bisa bermain di sini," kata Tom.

Untuk beberapa waktu, anak-anak bermain bola voli di pantai. Kemudian mereka mulai menceburkan diri ke laut.

"Ada seorang pria menyewakan papan selancar di pantai pertama," kata Ram. "Mari kita coba surfing."

Tom dan Sandi setuju. Ram berlari kembali ke pantai untuk menyewa papan selancar. Dia datang segera kembali, juga membawa snorkel dan kacamata untuk menyelam.

Bermain papan selancar ternyata tidak mudah. Tom dan Sandi berulang kali jatuh dari papan ketika gelombang besar datang. Akhirnya mereka mengembalikan papan selancar. Ram memakai snorkel dan kacamata untuk melihat dan bernapas di bawah air.

Karena pantainya kecil, tidak ada orang lain di sana,. Sehingga mereka benar-benar menikmati pantai itu seolah milik betiga.

Setelah beberapa waktu, Tom bertanya,” Sekarang jam berapa ya?”

"Pukul enam kurang," kata Ram sambil melihat jam tahan airnya.

"Ayo kita pulang," kata Sandi. "Acara main kita sudah terlalu lama."

"Benar!" kata yang lain.

Mereka berjalan kembali sepanjang pantai. Namun air laut sudah pasang. Hanya ada sisi pantai yang sempit untuk berjalan karena di sisi lain ada tebing tinggi. Tak lama berjalan, akhirnya mereka menemukan jalan buntu dengan batu di depan mereka.

"Air pasang membuat kita terperangkap di sini," kata Ram.

Mereka mencoba untuk mencari jalan di sekitar batu, tetapi ombak besar datang dan menghempas batu. Ram yang berada di depan hampir jatuh.

"Mari kita kembali ke tempat bermain tadi," kata Sandi.

Tetapi ketika mereka kembali, air pasang telah datang dengan cepat, dan hanya sekitar tiga meter lebar pantai yang tersisa. Bahkan itu pun mulai tertutup secara bertahap karena ombak besar mulai masuk. Karena air pasang makin tinggi, mereka mencengkeram depan tebing.

"TOLOOONG!" teriak mereka, tapi tampaknya tidak ada satu orang pun yang mendengar mereka.

Tiba-tiba, sebuah perahu mendekat dari arah mercusuar. Dengan hati-hati, pria yang mendayung perahu itu melempar tali.

"Ayo naik ke sini!" ia berteriak di atas deru ombak.

Tiga sahabat itu meuruti perintah pria itu.

"Kami melihat kalian berada dalam kesulitan," jelas pria itu. “Untung saja kami bisa datang dan menyelamatkan kalian. Tapi kalian harus belajar dari kejadian ini. Selau ingat waktu ketika bermain di pantai lagi. Jangan sampai terkepung air pasang."

Pria itu mengantar ketiga sahabat sampai terminal bus.

"Sangat menakutkan terjebak di pantai," kata Sandi di bus.

"Ya, tapi jadi semacam petualangan juga," kata Ram.

No comments: