Friday, September 05, 2008

Cernak, 8 September 2008



Cooking With Love



Hari ini Salsa mengantar mama ke Super Market. Asyik juga ya rasanya. Waktu berpuasa jadi tidak terasa. Eits, Salsa dan Mama tidak lupa sholat lho meskipun sedang berbelanja, karena di bawah mall ada musholanya.

Ini daftar belanjaan Salsa : tepung terigu, telor, mentega, coklat, baking powder, cherry, gula pasir, keju, dan selai strawberry. Nah, kira-kira kalian tahu nggak Salsa dan Mama mau masak apa?

“Mama, kita mau masak apa sih kok belanjaannya banyak banget?”, tanya Salsa.

“Kita mau bikin Black Forest ala Salsa”, jawab Mama.

“Wah pasti seru ya”, kata Salsa kegirangan.

Mama mulai mempersiapkan perkakas memasak : mixer, oven, baskom, dan beberapa alat yang tidak dimengerti Salsa. Hihihi, maklum baru kali ini salsa mau diajak Mama ke dapur. Biasanya Salsa paling malas kalau diminta membantu di dapur.

“Bau telur mentahnya amis,” kata Salsa biasanya. Atau ada saja alasan lainnya, mulai takut baju kotor sampai takut masaknya gosong.

Tapi hari ini Salsa tak mau malas lagi. Dia malu sama teman-temannya yang suka bercerita tentang asyiknya membantu mama mereka memasak didapur.

“Dulu Papa juga suka membantu Eyang ketika kecil. Belajar memasak sejak kecil itu perlu. Ketika Papa kuliah dan kost terpisah dari Eyang, papa biasa masak sendiri,” kata Papa tadi pagi. Kalimat itulah yang membuat Salsa makin semangat membantu Mama memasak didapur.

Ssst, jangan bilang siapa-siapa ya! Salsa ingin sekali nanti bisa kuliah di Jepang. Sudah pasti harus berpisah dari Mama dan Papa. Artinya Salsa harus bisa memasak sendiri. Eh ngapain sih Salsa kuliah ke Jepang? Katanya, dia ingin jadi artis pembuat film bergaya Jepang.

“Tolong bantu pecahkan telurnya ya,” kata mama kemudian.

Salsa mengikuti cara Mama memecahkan telur biar tidak berantakan. Ternyata bau amis telur mentah tak seperti yang dibayangkannya. Salsa lancer melakukan tugasnya.

“Ma, ini gulanya cukup? Tidak kebanyakan? Nanti malah kuenya rusak?” tanya Salsa.

“Cukup. Sebenarnya kalau memasak itu kita jangan takut salah. Yang Mama tahu, dulu kue brownies juga dibuat orang karena dia salah membuat kue bolu cokelat. Tapi kue yang salah bikin itu justru akhirnya disukai banyak orang,” kata Mama.

“Oh begitu. Yang penting enak ya, Ma. Biarpun salah bikin. Nah, biar masakannya enak gimana dong, Ma?” tanya Salsa.

“Ya, kita harus memasaknya dengan sukacita, juga dengan cinta,” jawab Mama.

“Maksud Mama?” tanya Salsa bingung. Masak dengan cinta itu apa sih?

“Saat memasaknya kita tidak boleh terpaksa. Kita harus memiliki hati yang senang. Saat memasak kita juga bisa membayangkan makanan itu nanti jadinya untuk orang-orang yang kita cintai,” kata Mama.

“Misalnya … Papa,” sahut Salsa.

“Ya, tepat sekali,” jawab Mama sambil terus mengaduk adonan. “Nah adonannya sudah selesai. Sekarang kita tinggal masukan bahan kreasi baru yang Salsa suka.”

Wah, Salsa jadi deg-degan. Hm, pilih apa ya? Akhirnya Salsa memilih aroma jeruk biar kue brwoniesnya nanti wangi jeruk. Setelah itu Mama memasukan ke oven. Agak lama kemudian kue pun matang. Tapi Mama masih ingin menghiasnya.

“Ayo, salsa Bantu Mama menghias!” ajak Mama.

Tangan Salsa pun bekerja mengolesi selai strawberry, lalu menaburkan keju dan membubuhkan cerry di atas kue yang disusun beberapa lapis itu.

Wow, jadinya snagat menakjubkan lho!

“Ini kue kejutan buat papa,” kata Salsa senang.

Mama mengangguk setuju dan menyembunyikan kue itu di kulkas. Setelah itu Mama dan Salsa menyiapkan masakan untuk hidangan buka puasa.

Pukul setengah enam petang mobil Papa tiba di halaman parkir rumah. Lho, kok papa bawa kotak kue ya? Hm, apa sih isinya?

“Assalammualaikum!” salam Papa ketika masuk ke rumah.

“Waalaikumsalam,” sahut Mama dan Salsa.

“Papa bawa kue buat buka puasa,” kata Papa sambil meletakkan kotak kue di atas meja. Papa langsung membuka penutup kuenya.

Mama dan salsa kemudian berpandangan. “Lho, kok sama?” ucap Salsa.

“Sama apanya?” tanya Papa.

“TYadi Salsa juga membuat kue sama Mama. Dan kueya sama dengan kue yang Papa beli,” jelas Salsa.

Mama menunjukkan kue yang dibuat kepada Papa.

“Wah, jadi bingung nih harus makan kue yang mana,” kata Salsa.

Ah, untung Papa punya jawabannya! Kedua kue itu dipotong setengahnya. Masih-maisng setnegah potong kue dibagi-bagikan kepada tetangga. Nah, Salsa, Mama dan Papa memakan setengah potong kue dari keduanya. Jadi mereka tidak perlu takut kekenyangan.

Hayo siapa yang mau kue buatan Salsa?
^-^

2 comments:

Sekar said...

Masak,,
Jepang,,

Lah? Kok kayak I Love Cooking, ya?
Hehe...

Benny Rhamdani said...

to Sekar:
ya nggak lah. Masih bagus I Love Cooking, tapi kerenan Cooking with Love .... ^-^