Friday, January 23, 2009

Cernak, 25 Januari 2009


Tamu Misterius


Oleh Benny Rhamdani


Hari masih hujan deras di luar. Suara halilintar membuat Ratih ketakutan. Sendirian di rumah saat hujan lebat memang menyebalkan.


Ratih mencoba menelepon ke handphone mama. Tapi nadanya sibuk. Ke telepon Papa juga sama


“Uuuh, berapa lama lagi sih Mama pergi ke ulangtahun kantor Papa?” tanya ratih dalam hati. Dia jadi menyesal menolak ajakan papa ikut. Pasalnya, Minel berjanji akan main ke rumahnya. Eh, begitu Papa dan Mama pergi, Minel membatalkan janjinya lewat telepon.


Ting-tong!


Bel rumah berbunyi.


“Siapa ya?” gumam Ratih sambil bangkit dari duduknya. Dia melihat ke jendela. Tidak ada siapa-siapa. Aneh.


Ting-tong!


Ratih merasa ketakutan. Dia melihat ke pintu pagar. Kenop bel ada di sana. Dan ratih tidak melihat seorang pun di dekatnya.


Suara petir dan kilat saling bersahutan. Membuat suasana makin tak nyaman.


Ting-tong!


Ratih benar-benar letakutan sekarang. Tapi tiba-tiba telepon rumah berdering.


“Halo! Ratih? Ini Papa,” kata suara di seberang.


“Papa! Papa di mana? Masih lama? Ratih takut nih. Mana hujan lebat.”


“Takut apaan?” tanya Papa.


“Bel pagar bunyi terus. Padahal nggak ada orang,” jelas Ratih.


“Oh, bel itu memang rusak kabelnya. Kemungkinan kemasukan air, jadi terjadi arus pendek. Nanti Papa betulkan,” jelas Papa.


“Terus kapan Papa pulang?” tanya Ratih.


“Ini udah di jalan. Tapi macet minta ampun. Mana ada pohon tumbang. Ditambah lagi banjir,” keluh Papa. “Oh iya, nanti akan ada teman Papa yang bertamu. Kalau dia sampai di rumah sebelum Papa dan Mama pulang, persilakan masuk saja.”


“Namanya?”


Om Danu. Orangnya tinggi.”


“Iya. Nanti Ratih terima.”


“Ya sudah kalau begitu. Sampai ketemu nanti ya.”


Klik. Telepon pun dimatikan. Hamper bersamaan dengan itu, terdengar lagi suara pintu bel pagar. Ting-tong.


Otomatis Ratih melihat ke pintu pagar. Dilihatnya seorang lelaki berdiri sambil berpayung hitam. Ratih segera membuka pintu rumah.


“Dorong aja pintunya, Om. Nggak dikunci kok,” teriak Ratih dari teras.


Lelaki itu mendorong pintu pagar lalu memasuki halaman rumah. Begitu smapai teras dia menutup payungnya.


“Selamat sore. Nama saya Om …”


“Om Danu, kan? Teman Papa, kan? Ayo masuk. Papa tadi udah ngasih tahu. Tapi Papa dan Mama masih diperjalanan. Katanya macet. Mudah-mudahan cepat sampai,” ajak ratih. Dia bersemangat karena kini dia tidak sendirian di rumah.


Om Danu mengangguk sambil tersenyum ramah.


“Duduk dulu, Om. Mau minum apa?”


“Teh hangat saja. Terima kasih.”


Ratih segera ke dapur. Ternyata Om Danu lebih muda dari yang dibayangkan

Ratih. Wajahnya tampan seperti bintang sinetron. Kulitnya putih dan bersih.


“Ini Om, tehnya,” kata Ratih sambil menyodorkan teh hangat. “Oh iya, kenalkan sama saya Ratih.”


Om Danu mengangguk, lalu meneguk teh hangat itu. “Kamu tadi sedang apa sendirian di rumah?” tanya Om Danu.


“Lagi mengerjakan pe-er bahsa Inggris. Tapi susah sekali.”


“Boleh Om Danu lihat? Siapa tahu Om bisa membantu Ratih.”


Ratih pun menunjuukan tugas sekolahnya. Om Danu langsung menerangkan soal-soal sulit itu. Ratih jadi lebih mudah mengerjakannya. Wah, padahal Mama dan papa suka rumit kalau menjelaskan. Malah bikin Ratih pusing.


“Bahasa Inggris beres. Kalau matematika, Om Danu juga pintar?” tanya Ratih.


Om Danu mengangguk.


“Kalau begitu Bantu Ratih juga ya,” ucap ratih sambil mengeluarkan buku tugas matematikanya.


Lagi-lagi Om Danu menjelaskan soal-soal itu hingga Ratih mengerti. Akhirnya sepuluh tugas matematika pun diselesaikan dengan cepat.


“Om Danu boleh ikut ke kamar kecil?” tanya Om Danu.


“Boleh. Tuh ada di belakang pojok kanan,” jelas Ratih.


Bersamaan dengan pintu kamar kecil ditutup Om danu, terdengar suara pintu pagar dibuka. Mobil papa masuk kemudian. Ratih langsung ke teras menyambut Mama dan Papa.


“Papa, kok lama sih? Om Danu sudah datang dari tadi tuh,” kabar Ratih.


“Datang dari tadi?” Papa seperti tidak percaya.


“Iya, ada di dalam tuh. Barusan sih lagi ke kamar kecil.”


Papa dan Mama sertengah berlari masuk ke dalam rumah. Papa kemudian, membuka pintu toilet. Tidak terkunci. Dan ternyata tidak ada Om danu di sana.


“Tidak ada siapa-siapa kok,” kata Papa dan Mama.


Ada kok. Ini cangkir teh minumannya. Sudah mau habis,” kata Ratih bingung.


Papa dan mama mengelilingi rumah dengan perasaa cemas. Tapi Om Danu tidak ditemukan.


“Heran. Kok nggak ada. OmDanu ke mana ya? Tadi ke sini kok! Om Danu tadi Bantu Ratih ngerjain tugas Bahasa Inggris dan matematika,” jelas Ratih.


“Dengarkan Mama, Ratih. Om Danu tidak akan mungkin ke rumah ini ….”


“Kenapa? Tadi ada kok.”


Mama dan Papa bingung menjelaskan. Ya, tadi setelah papa menelepon Ratih, Papa ditelepon keluarga Om Danu. Katanya Om Danu meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas.


Jadi … sebenarnya siapa tamu yang datang tadi?


Papa dan Mama berpikir Ratih hanya berhalusinasi.


^-^

No comments: