Friday, November 19, 2010

cernak, 21 Nopember 2010


Malam Mencekam

Sonia suka membaca kisah-kisah hantu. Setiap kali dia berkunjung ke perpustakaan, selalu ada cerita baru yang dibacanya. Sonia juga sering menakut-nakuti teman-temannya. Sonia berusia 10 tahun.

Orang tuanya
tau saat Sonia akan menakut-nakuti seseorang. Matanya akan bersinar lebih terang dari sebelumnya, dan rambut bergelombangnya akan bergerak khusus. Meskipun beberapa teman Sonia sering berpikir untuk balik menakut-nakuti Sonia, tapi tak ada yang berani.


Suatu hari sahabat Sonia
, Sifa, memintanya ke rumah setelah sekolah. Ibu dan ayah Sonia mengijinkannya pergi, tetapi Sonia harus plang sebelum gelap.

"Ingat,
ya," kata ayahnya, "Kamu nanti harus pulang lewat taman."

Sonia berangkat ke rumah temannya. Dia membaca cerita dan melihat gambar-gambar di beberapa buku milik Sifa. Waktu berlalu dan ketika Sonia menengadah ia melihat hari sudah gelap.

"Oh tidak!" dia tersentak. "Aku harus pulang!"

Sonia mulai berjalan
pulang melalui taman yang sepi dan menakutkan. Sangat gelap. Mengapa para pengurus taman tidak menaruh beberapa lampu?

Sonia kemudian ingat bahwa sebagian besar lampu taman telah pecah oleh anak-anak yang bermain bola di taman. Anehnya, jika seorang anak berhasil mememcahkan lampu taman, ia dianggap jagoan! Mereka mestinya kemudian disuruh berjalan pada malam hari. Terutama ketika suara kicau jangkrik mulai memekakkan telinga. Jika seseorang datang dari belakang, kita tidak akan mampu mendengar langkah kaki siapapun.

Dan kemudian
Sonia mendengar suara. Tepatnya, datang dari belakang.

Itu
suara langkah kaki manusia.

"Tebak apa yang bisa
aku lakukan dengan jari panjang dan gigi taring yang tajam?"

Sonia
terkejut dan berlari, tapi langkah kaki itu mengikutinya. Akhirnya, karena kehabisan napas, Sonia berhenti dan bertanya dengan suara gemetar, "Siapa di sana"?

"Tebak apa yang bisa
aku lakukan dengan jari panjang dan gigi taring yang tajam?"


Sonia mulai berjalan kembali. Mengikuti jejak di belakangnya. Sekali lagi ia berhenti dan bertanya, "Siapa di sana"?

"Tebak apa yang bisa
aku lakukan dengan jari panjang dan gigi taring yang tajam?"Sekali lagi hal yang sama. Mengapa ia tidak bisa mengatakan sesuatu yang lain?

Sonia
yang malang, makin ketakutan. "Siapa ya?"


"Tebak apa yang bisa
aku lakukan dengan jari panjang dan gigi taring yang tajam?"

Sonia berlari ke jalan dan mendapati dirinya di depan pintu rumahnya. Tapi terkunci! Dan langkah kaki
itu makin dekat di belakangnya. Dengan kekuatan yang tersisa dalam dirinya, Sonia berdiri dan bertanya, "Siapa?"

"Tebak apa yang bisa
aku lakukan dengan jari panjang dan gigi taring yang tajam?"

Sonia menelan ludah dan mengumpulkan keberanian untuk bertanya
. Tapi mulutnya terkunci.

"Tebak apa yang bisa aku lakukan dengan jari panjang dan gigi taring yang tajam?"


Sonia menutup telinga dan mata dan duduk di depan pintu rumahnya dalam ketakutan. Lalu dia membuka mata kirinya sedikit. Bayangan itu tepat di depannya. Dia tampak mengenakan celana panjang hitam. Sonia membuka matanya lebih lebar.

Itu adalah ayahnya!

"Sonia,
Ayah sudah bilang kamu harus pulang ke rumah sebelum gelap, kan?" kata ayah.

"
Ah … ternyata Ayah!" Sonia mendengus.

“Akuhanya ingin membuatmu berpikir bagaimana rasanya ketakutan. Sama seperti yang kamu lakukan kepada orang lain," kata ayah Sonia.

Sonia menatap ayahnya untuk waktu yang lama.
Ia mulai mengerti maksud Ayah. Ya, memang enak menakut-nakuti orang lain, tapi sangat tidak menyenangkan jika ditakut-takuti.

Mereka masuk ke dalam rumah membuat suara-suara menyeramkan.

Aaaargggghhh….

(ben)

No comments: