Friday, March 04, 2011

Cernak, 6 Maret 2011




ISABEL



Isabel menepis beberapa helai rambut panjangnya yang menutupi muka karena tertiup angin. "Kita main apa lagi sekarang?" tanya Isabel kepada kelinci dan beruang kecil. “Bagimana kalau main petak umpet?"


Braden menjawab, "Aku ingin bermain petak umpet. Tapi yang sembunyi aku dulu. Beruang paling jago bersembunyi."


Katelyn menyela, “Kelinci lebih jago sembunyi."


"Aku yang jaga duluan. Kalian berdua bersembunyi," kata Isabel. Dia bersandar pada pohon elm, meletakkan kepalanya di lengan sehingga dia tidak bisa melihat. "Satu, dua ... " Dia menghitung perlahan.


Braden sembunyi di belakang semak. Dia berjongkok dan tertawa. "Dia tidak akan pernah menemukan aku di sini," gumamnya dalam hati.


Katelyn melompat ke tumpukan batu-batu besar. Dia mulai tertawa, "Isabel tidak akan pernah menemukan aku di sini."


"... .. Tujuh, delapan, sembilan, sepuluh," kata Isabel mengakhiri hitungannya.


Katelyn mengintip keluar dari balik batu. Dia melihat Isabel mencari ke atas pohon. Saat ia terkekeh, ekor kecil halusnya menyembul. "Hee hee hee Dia tidak akan pernah menemukan aku."


Braden bisa melihat Isabel melalui daun dan cabang. "Dia mencari di pohon Hee hee hee. Dia tidak akan pernah menemukan aku di sini," cekikiknya. Tepat pada saat itu Isabel berbalik dan berlari menuju Braden. "Oh tidak! Dia akan menemukan aku. Apa yang harus aku lakukan?"


"Braden. Kamu sembunyi di semak-semak. Ayo keluar, keluar!" seru Isabel.


Braden keluar dari balik semak-semak. "Aku tidak percaya kau memergoki aku. Aku punya tempat persembunyian yang baik," desahnya.


"Aku masih harus menemukan Katelyn. Mamu kembali ke pohon dan menunggu," kata Isabel.


"Boleh aku membantumu mencarinya?" Braden memohon.


"Itu curang namanya. Aku tidak mau." Isabel melanjutkan mencari Katelyn.


Kelinci itu mengintip kepalanya keluar lagi. Dia tertawa kecil. "Braden sudah ketahuan. Tapi dia tidak akan menemukanku!"


Saat itu Isabel datang berlari di sekitar batu-batu besar. "Nah, Katelyn! Aku menemukanmu!"


Katelyn cemberut. "Bagaimana kau menemukan aku?"


Isabel tak menjawab. Mereka berjalan kembali bersama-sama. "Sekarang giliran Braden yang jaga."


"Oh, baiklah. Satu, dua, tiga ...." Braden menghitung lebih cepat daripada Isabel.


"Aku akan bersembunyi di sana," kata Katelyn, melompat cepat ke batang pohon berlubang yang tergeletak di tanah. Dia merangkak di dalam dan duduk tenang. "Braden tidak akan pernah menemukan aku di sini hee hee hee."


Isabel duduk di belakang sebuah pohon ek besar.


"... Sembilan, sepuluh!" teriak Braden. Dia melihat sekeliling. "Hmmm aku ingin tahu di mana mereka sembunyi?" Ia melesat ke semak-semak. Tak ada siapapun. Dia berlari ke batu-batu tempat Katelyn sembunyi. Tak ada siapapun.


Katelyn mendengar bunyi daun saat Braden berlari dari satu tempat ke tempat mencarinya. “Dia tidak pernah akan menemukan aku."


Tiba-tiba dia melihat wajah Braden muncul di ujung batang. “Nah, kamu ada di dalam batang," Kata Braden. "Ayo keluar, keluar," dia memanggil Katelyn.


Katelyn merangkak keluar dari log. "Bagaimana kau menemukan aku?"


“Aku kan terus mencarimu," jawabnya. "Kembali ke pohon itu, aku harus mencari Isabel."


"Boleh aku bantu?" tanya Katelyn.


"Tidak, aku harus menemukannya sendiri," jawab Braden.


Katelyn melompat ke pohon sementara Braden mencari pada batang pohon lain, di semak-semak dan di bawah beberapa batu. Dia pikir dia melihat sesuatu bergerak. Itu adalah rambut Isabel. Berkilauan di bawah sinar matahari. "Aku melihatmu," teriak Braden. "Isabel, kamu berada di belakang pohon ek. Aku melihat rambutmu."


Mereka bertiga duduk di bawah pohon elm. "Isabel," tiba-tiba terdengar suara memanggil Isabel.


"Ibu memanggilku," kata Isabel. Dia berlari ke tepi lapangan dan melihat ke bawah bukit. Ada dua rumah sana. Dia tinggal di dengan ibunya. Rumah satunya adalah tempat tinggal kakek dan neneknya.


"Isabel!" ia mendengar lagi.


"Kita harus pergi. Ibu membutuhkan aku. Kita bermain lagi besok," kata Isabel. Dia mengambil boneka beruang dan kelinci dan membawa mereka pulang.



"Asyik ya main-mainnya tadi?" tanya Ibu. "Aku melihatmu membawa Braden dan Katelyn.” Ibu mengambil Braden dari Isabel." Sepertinya boneka-bonekamu sudah waktunya dimandikan," katanya.


"Biar aku yang akan mencuci mereka, Bu," jawab Isabel. Dia tidak ingin Braden dan Katelyn dimasukkan ke mesin cuci. Hanya ia tahu rahasianya. Braden dan Katelyn hanya berbicara dengannya dan bermain dengannya.


Isabel meletakkan boneka binatang kesayangannya. "Ssst diam ya. Aku akan kembali nanti, pada waktu malam. Terima kasih kalian telah menemaniku main petak umpet tadi," kata Isabel sambil menutup pintu. Dia meninggalkan mereka berdua berbaring di tempat tidur.

^_^

No comments: