Apa yang biasanya meramaikan saat berpuasa? Makanan! Ternyata, kaum Muslim dari berbagai penjuru
Tanah Air memiliki ragam tradisi kuliner demi menyambut Ramadan. Tradisinya
berbeda, namun semangatnya tetap sama, yakni bentuk syukur serta kegembiraan
akan datangnya bulan puasa.
Berikut tradisi menyambut Ramadan dari berbagai daerah di
Indonesia:
Tradisi Lepat Gayo
Selain tradisi Meugang, yaitu menyediakan menu masakan
daging menjelang Ramadan, warga beberapa daerah di Aceh juga memiliki tradisi
menyiapkan penganan berbuka bernama lepat gayo. Biasanya, menu ini menjadi
penutup sahur serta berbuka puasa. Tradisi ini dilakukan oleh warga di Dataran
Tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Lepat gayo, sejenis kue basah, dimana adonannya mirip dengan
lepat bugis. Hanya saja, terdapat perbedaan yakni lepat gayo tidak berbentuk
piramida seperti lepat bugis, tapi berbentuk bulat panjang yang digulung dalam
daun pisang. Makanan ini dibuat dari tepung beras ketan, biasanya berisi kelapa
manis serta prosesnya dikukus, sekilas bentuknya mirip lemper.
Lepat gayo memiliki daya tahan sampai beberapa bulan, bahkan
ada yang sampai setahun. Lepat gayo yang usianya sudah setahun, kondisinya
sudah mengeras hampir seperti batu. Untuk memakannya, lepat gayo harus terlebih
dahulu dipanggang di atas bara api. Lepat gayo dibuat secara gotong-royong oleh
seluruh kaum kerabat, biasanya sampai berakhirnya bulan Ramadan.
Makanan ini memang disajikan untuk berbuka puasa karena
merupakan wujud penghormatan kepada tamu sebab aroma gula aren yang sudah
dipanggang sangat memancing selera makan. Makanan inipun dipercaya dapat
memerlambat rasa lapar disebabkan oleh komposisi di dalamnya, rata-rata
berkadar kalori cukup tinggi sehingga layak disebut menu penambah energi. Hal
ini tidak terlepas dari komposisi kandungan kalori dalam lepat gayo, meliputi
tepung beras ketan, gula aren atau gula jawa (gula tebu), kelapa yang sudah
dimasak dengan gula, dan garam.
Tradisi Meugang
Bila di daerah Aceh Tengah sangat khas dengan tradisi lepat
gayo, berbeda dengan di daerah Aceh lainnya, seperti di Nangroe Aceh Darussalam
(NAD) atau yang akrab disebut dengan Kota Serambi Mekah. Warganya menyambut
datangnya bulan suci Ramadan dengan menyembelih kambing atau kerbau. Tradisi ini disebut Meugang. Konon, tradisi
Meugang sudah ada sejak 1400 Masehi atau sejak zaman raja-raja Aceh.
Tradisi makan daging kerbau atau kambing ini biasa dilakukan
oleh seluruh warga Aceh. Bahkan jika ada warga yang tidak mampu membeli daging
untuk dimakan, semua warga akan bergotong-royong membantu agar semua warganya
dapat menikmati daging kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan Ramadan.
Tradisi Meugang biasanya juga dilakukan saat hari raya Lebaran dan Hari Raya
Haji.
Tradisi Potong Sapi
Dalam menyambut bulan puasa, warga Bengkulu mulai memotong
sapi dan kerbau, dimana dagingnya nanti dijual sesama warga. Tradisi yang sudah
dilakukan sejak dahulu ini bertujuan menekan harga daging di pasaran. Bahkan,
menurut warga Bengkulu, tradisi ini dipercaya sebagai wujud syukur persembahan
serta wujud terima kasih kepada Sang Khalik.
Tradisi Nyorog
Di Betawi, ada tradisi Nyorog atau membagi-bagikan bingkisan
makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti bapak atau ibu, mertua,
paman, kakek atau nenek. Ini menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan
sebelum datangnya bulan Ramadan.
Meski istilah "Nyorog” sudah mulai menghilang, kebiasan
mengirim bingkisan sampai sekarang masih ada di dalam masyarakat Betawi.
Bingkisan tersebut biasanya berisi bahan makanan mentah, ada juga yang berisi
daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya.
Tradisi ini di masyarakat Betawi memiliki makna sebagai
tanda saling mengingatkan bahwa bulan suci Ramadan akan segera datang. Selain
itu, tradisi khas Betawi ini dikenal sebagai pengikat tali silahturahmi sesama
sanak keluarga.
Tradisi Munggahan
Munggahan adalah satu kegiatan berkumpul bagi anggota
keluarga, sahabat, bahkan teman-teman untuk saling bermaafan sambil menikmati
sajian makanan khas untuk kemudian memersiapkan diri menghadapi Ramadan.
Tradisi munggahan berasal dari daerah Sunda, Jawa Barat.
Biasanya, tradisi ini dilakukan oleh hampir semua golongan
masyarakat walaupun dengan cara berbeda-beda, tetapi intinya tetap satu, yaitu
berkumpul bersama sambil menikmati sajian makanan yang disuguhkan. Inilah
tradisi yang biasa dilakukan di tengah masyarakat Sunda pada umumnya yang
secara turun-temurun terus dipertahankan oleh setiap generasi berikutnya.
Tradisi Telur Ikan Mimi
Menyambut bulan puasa, biasanya masyarakat Kaliwungu,
Kendal, Jawa Tengah selalu berebut membeli telur ikan mimi. Tradisi ini menjadi
favorit warga, bahkan terasa ada yang kurang bila tidak menyantapnya saat
berbuka puasa maupun sahur. Telur ikan mimi sendiri hanya bisa dijumpai pada
bulan Ramadan.
Bila dilihat proses penyajiannya, telur ikan mimi seperti
gepuk. Telur ikan mimi yang sudah dimasak kemudian dikerok dari cangkangnya,
dan dicampur dengan parutan kelapa muda yang sudah diberi bumbu. Bahkan untuk
mendapatkan telur ikan mimi, warga rela berdesak-desakan karena khawatir tidak
kebagian. Bila tidak kebagian, maka mereka harus menunggu setahun lagi.
Nah, bagaimana di rumah kalian? Ada yang khas atau tidak?
(ben/net)
Nah, bagaimana di rumah kalian? Ada yang khas atau tidak?
(ben/net)
No comments:
Post a Comment