Friday, March 15, 2013

Cernak, 17 Maret 2013



Pulang

oleh Benny Rhamdani


Hari sudah hampir gelap ketika latihan menari selesai. Hari ini ada latihan khusus lebih lama menjelang pentas minggu depan.

"Kamu mau pulang bareng aku?" ajak Mila.

"Nggak," jawab Dewi. Ia sedikit kesal karena Mila tadi menginjak kakinya saat latihan.

"Ayolah. Nanti aku turunkan persis di depan rumahmu," kata Mila lagi.

"Nggak." Uh, sombongnya. mentang-mentang diantar jemput pakai mobil sedang, ucap Dewi dalam hati.

Mereka keluar studio tari. Dewi belok ke kanan, Mila ke kiri. Mereka memang tak satu arah. Dewi berjalan menyusuri trotoar. Baru kali ini Dewi pulang hampir gelap. Dan sesungguhnya dia teramat takut. Apalagi jarak menuju ke rumahnya lumayan jauh. Dewi bisa saja naik angkot. Tapi Dewi lebih takut lagi sendirian naik angkot. Apalagi kalau supir angkotnya ngebut.

Dewi mempercepat langkah. Lampu jalan mulai menyala. Dewi tak membawa hanphone. Ketinggalan di kamar. Padahal dia ingin dijemput Bang Dewa.

"Nak, tolong ...."

Dewi menoleh mencari sumber suara. Dia lalu melihat seorang perempuan setengah baya di depan teras rumah, di pinggir jalan. Perempuan tua itu cemas.

"Tolong bantu saya," kata perempuan itu sambil melambaikan tangannya.

Dewi mengamati sekelilingnya. Berharap seseorang menolong perempuan itu. Tapi sekelilingnya sepi. bahkan kendaraan di jalanan. Agak ragu-ragu, Dewi mendekati pintu pagar Ah, bagaimana kalau perempuan itu bermaksud jahat?.

"Buka saja. pintunya tidak dikunci," kata perempuan itu.

Dewi membuka pintu pagar lalu masuk. Perempuan itu menghampiri Dewi. "Tolong bantu saya, nak," katanya. " Ayo masuklah."

"Maaf membantu apa? Aku harus buru-buru pulang. Hari sudah malam," kata Dewi.

"Aku sedang membuat kue. Aku ingin seseorang mencicipinya."

"Mengapa Ibu tidak mencicipi sendiri?"

"Ibu sakit. Dokter melarangku makan yang manis-manis. Itu sebabnya aku perlu orang lain," kata Ibu itu.

Dewi lalu mengikuti ibu itu ke dalam rumah. Di atas meja ada dua bentuk kue cokelat dan keju yang menggiurkan.

"sebentar ya. Ibu ambil pisaunya di belakang," kata perempuan itu. Dia lalu pergi ke ruangan belakang.

Dewi berdiri di dekat dua kue itu. Memandnaginya. Lalu, perutnya berbunyi. Ah! kenapa Ibu itu lama ya? Dewi bertanya sendiri.

Dua menit, tiga menit, lima menit, sepuluh menit. Ah, ini terlalu lama untuk mengambil sebilah pisau kue. Kemana Ibu itu? Dewi penasaran. Dia berjalan ke ruang eblakang. Sebuah dapur ebsar.

"Bu ..." Dewi memanggil pelan. Dia tak melihat seorang pun  di dapur.

Dewi jadi panik. Dia berjongkok dan melihat ke lantai. Siapa tahu Ibu itu pingsan. Bukankah Ibu tadi bilang punya penyakit. Tapi di lantai pun tak ada. Dewi nmelihat pintu lain di dapur. Dewi membukanya. Pintu itu menuju ke luar rumah.

"Bu...!" teriak Dewi yang tak melihat siapapun di halaman belakang.

Tak ada yang menyahut. Halaman tampak gelap. Dewi menutup pintu ke luar. Dia ketakutan dan hendak keluar dari dapur itu. Tapi anehnya, pintu menuju ruang tengah tertutup. padahal Dewi tak pernah menutupnya.  dan...
"Upfh!" Dikunci! dewi tak bisa membuka pintu itu. "Ibu! Tolong!" Teriak Dewi ketakutan.  Dewi kembali ke pintu menuju halaman belakang. tapi pintu itu pun tekeunci. dewi benar-benar ingin menagis.

"Tolong! Teriak dewi. Dia menyesal tadi memenuhi panggilan perempuan itu. harusnya dia pulang.

Klotak!

Dewi kaget mendengar suara di balik pintu. Ah apa yang akan terjadi? Jangan-jangan Ibu itu bermaksud jaha? Seperti di film-film horor yang dilihatnya.

Pelan-pelan Dewi berjongkok. Lalu dia merunduk dan duduk di lantai. Dia bersandar di dinding dapur. ketakutan.

Dan ... uph! Tiba-tiba lampu dapur mati. Suasana gelap.

Klik. Bunyi kunci pintu dapur terbuka. Dewi tak berani membuka matanya. dia juga menutup kupingnya.

"Surprise!!!"

Lampu dapur meyala. dan Dewi melihat ... ayah, ibu, kakaknya, teman-emannya ... di dlaam dapur semua. Apakah ini mimpi?

"Selamat ulang tahun, Dewi," kata Ibu. "Maaf ya kami membuatmu takut."

"Aaaah!" Dewi menjerit. Dewi ingat tadi pagi hari ini ulangtahunnya. Dia malah meminta kado kepada Ibu. tapi Ibu bilang tidak ada ulang tahun hari ini.

"Oh iya kenalakan. Ini Bu Maryam. teman sekolah ibu dulu," ucap Ibu memeperkanalkan permpuan yang memanggilnya tadi.

Dewi memaksa tersenyum walau masih takut dan kesal. "Pokoknya, aku nggak mau tahu. Kue cokelat dan keju di depan nggak boleh ada yang makan selalin aku. titik!"

Semua tertawa senang.

^_^

















.





No comments: