Friday, March 22, 2013

Cernak, 24 Maret 2013


Catatan si  Joy
Pulang sekolah siang.  Terik matahari mengenai tubuh Joy. Dia berjalan  di paling sisi jalan. Tanaman di halaman rumah warga lumayan bisa melindunginya. Apalagi pohon-pohon besar seperti nangka, mangga, jambu ... Eh ! Jambu airnya lebat juga ya!

Joy berhenti sebentar. Melihat pohon jambu milik tetangga seblah rumahnya.  Sudah sering Joy melihat kelebatan jambu air di pohon itu. Tapi belum pernah Joy merasa ingin memakannya seperti siang ini. Mungkin karena panas dan lapar.

Joy melihat sekelilingnya. Dia tahu keluarga Pak Satrio jarang di rumah siang hari begini. Semua kerja dan kuliah. Kecuali Bik Sumi, pembantunya. Secara reflek, Joy mengambil ranting kayu. Dia berusaha menjatuhkan segerombol jambu air yang menjuntai.

"Hei, Joy!"

Joy menoleh. Friska di belakangnya dengan sepeda.

"Ngapain kamu? Nyolong jambu ya? Aku panggil Bik Sumi lho," ancam Friska.

"Nggak takut."

"Kalau begitu, aku kasih tahu ibumu," ancam Friska lagi.

"Jangan dong. AKu cuma mau ngambil satu kok."

Friska tersenyum. Ancamannya berhasil. " kalau mau, ambil yang berjatuhan ke tanah aja tuh. Nah itu tuh yang di parit banyak," tunjuk Friska.

"Memangnya kamu suka makan jambu dari parit?" sergah Joy.

Tiba-tiba pintu rumah dibuka. Bik Sumi keluar. Mungkin mendengar suara Joy dan Friska.

"Nah, tuh ada Bik Sumi. Minta saja baik-baik," kata Friska.

Joy memandang Bik Sum. "Boleh minta jambunya nggak, Bik Sum?" tanya Joy.

Bik Sum bingung. "Aduh, nanti saja. Tunggu bapak pulang. Bibik nggak berani ngasih izin," kata Bik Sum.

Joy cemberut. Friska malah tertawa dan pergi mengayuh sepedanya. Joy melangkah ke rumahnya, tepat di sebelah rumah Pak Satrio.

Sampai rumah Joy langsung ganti pakaian dan makan siang. Perutnya kenyang. Dia sudah tak menginginkan jambu air Pak satrio lagi. Tapi rasa kesalnya masih tersimpan di dada. Huh, dasar bik Sum pelit. Rutuk Joy dalam hati.

Dia berpikir bagaimana caranya membalas kepelitan Bik Sum. Dilihatnya ke jendela kamar. Ada sederet pakaian di tali  jemuran di halaman samping rumah pak Satrio.

Joy terbersit ide jahgil. Dia langsung mengambil jirigen kecil minyak tanah ke samping rumahnya. Dicarinya beberapa ranting kayu yang masih basah. Semua ranting ditumpukan dekat pagar. Joy lalu menyiramnya dengan minyak tanah. Joy kemudian menyalakan korek api dan membakar tumpukan ranting itu.

Api pun menyala. Karena kayunya basah, asap yang keluar karena kayu terbakar sangat banyak dan bau. Angin bertiup. Asap itu melayang ke halaman rumah Pak Satrio. Melintasi deretan pakaian di jemuran.
Rasakan. Jemurannya pasti bau asap, pikir Joy.

Setelah puas, Joy kembali ke rumah dan main game. Satu jam kemudian dia mendengar suara pintu rumah diketuk. Ibu meminta Joy membkanya karena sedang sibuk membuat kue. Joy kaget ketika melihat yang mengetuk adalah Bik Sum.

"Joy, tadi Pak satrio pulang. terus Bibik bilang kamu pengen jambu air. pak satrio menyuruh Bibik mengambil sekantung palstik untuk kamu. Ini jambunya," kata Bik Sum menyerahkan kantong plastik berisi jambu air.

"Siapa Joy? Oh Bik Sum. Masuk yuk. Cobain kue yang saya bikin," kata Ibu.

Joy masih terpana. Bik Sum masuk ke dapaur.

Joy pun ikut ke dapur.

"Bik Sum ... Joy minta maaf ya," kata Joy kemudian.

"Kok maaf? bukannya bilang terima kasih?" tanya Ibu.

"IYa, tadi joy kesal nggak dikasih jambu air, Terus Joy marah, bakar ranting basah dekat pagar. Biar jemuran Bik Sum bau," kata joy.

"Joy!" Ibu melotot.

"Iya, Bik Sum sudah tahu. Tadi Bik Sum juga kesal. tapi Bik Sum sudah nggak kesal. Baju-bajunya sudah dicuci lagi pakai mesin cuci. Biar nggak bau. Bik Sum maafkan kok," kata Bik Sum bijak.

Joy tertunduk malu. Dia benar-benar salah tingkah karena ulahnya sendiri.

^_^


No comments: