Friday, March 29, 2013

Cernak, 30 Maret 2013



Gaun Nina

Maya sedang merencanakan  perayaan  ulang tahunnya. Dia duduk di ruang tamu bersama Ayah.
"Saya ingin kue cokelat ... hanya kue cokelat ... dan lilin putih di atas, pastikan mereka putih ... dan lima-balon berwarna berbeda, dan tentu saja, gaun biru Nina," katanya serius .

Ayahnya yang menulis semua ini turun, mendongak. "Mengapa gaun biru Nina?" dia bertanya.

"Karena itu adalah satu-satunya yang berwarna seperti langit," jawabnya. "Ayah, biru adalah warna favoritku."

Nina  adalah sepupu Maya. Dia  datang untuk menghabiskan akhir pekan di rumah Maya . Nina datang dari sekolah, dan dia sangat bersemangat  mendapat peran dalam drama sekolah. Dia telah diberi gaun sutra biru  indah yang menjadi gaun untuk bermain drama. Jadi, ia  menunjukkan  gaun itu ke Maya.

Maya menyukai gaun itu. Maya ingin mengenakan gaun itu untuk pesta ulang tahunnya. Sepanjang hari Maya meyakinkan sepupunya bahwa mereka adalah bersaudara.  Apa yang menjadi milik Nina, tentu juga milik Maya. Dan Nina tidak bisa begitu egois untuk menolak sepupunya.

 
Nina menyesal  membawa gaun itu.

Keesokan harinya, saat ulang tahun, Maya terbangun. D ia menemukan orang tuanya dan Nina sudah bangun. Nina  menyerahkan gaun biru kepadanya. "Kamu bisa memakai ini untuk pesta ulang tahun. Ini hadiah ulang tahun untukmu," katanya sambil tersenyum.

 
Maya terkejut.

 "Tapi kamu harus mengizinkan aku memakainya untuk main drama," lanjut Nina.

"Wow, terima kasih banyak," berseri-seri Maya, yang tidak membayangkan bahwa kemenangan ini akan menjadi mudah.

"Sekarang  hadiah dari kami," kata ayahnya, dan Maya melihat ibu memegang dua tiket. Tiket ke tempat permainan anak-anak terbaru  di pusat kota.

"Tapi tunggu sebentar," tambah Ibu saat Maya  bergegas maju. "Ini seharusnya menjadi milik Nina juga.  Karena milkmu adalah milik Nina. Kalian kan bersaudara. Jika Nina memberikan baju barunya, sangat adil jika kamu memberikan tiket ini untuk Nina."

"Tentu saja, kita akan pergi bersama-sama," sahut Maya kepada Nina.

"Jika tiket itu milikku, aku boleh dong memutuskan pergi dengan siapa," jawab Nina, kemudian beralih ke ibu Maya. "Tante, maukah pergi denganku?"

"Bagaimana dengan aku?" tanya Maya gelisah.

"Nanti setelah dipakai, tikeetnya akan dikembalikan," jelas ibu.

"Aku tidak bisa menggunakan tiket bekas, kan?"

"Nah, jika kamu menuntut untuk menjadi yang pertama  mengenakan gaun Nina, maka ia juga bisa menuntut untuk menjadi yang pertama untuk menggunakan tiket," kata ayah.

Maya diam sesaat.  Maya  kemudian mengembalika  gaun itu kepada sepupunya. "Maaf, aku keberatan mendapatkan tiket bekas. Aku yakin kamu juga tidak mau memakai gaun bekas aku pakai," katanya.  

Maya dan Nina saling mengerti. Ayah dan Ibu senang melihatnya.

^_^

No comments: