Friday, October 11, 2013

Cernak, 13 Oktober 2013

 


Ada Apa dengan Ranti?
oleh Benny Rhamdani

Seharusnya Ranti masuk Senin lalu. Soalnya itu hari pertama ujian akhir semester ganjil. Tapi bukan cuma hari pertama, bahkan hari kedua dan berikutnya juga tidak masuk. Bahkan sampai berakhirnya ujia Ranti tak masuk.

"Mengapa Ranti tidak masuk?" tanya Wina setelah ujian kesenian di hari terakhir.

 "Iya, lama banget. Pas ujian lagi," sahut Cesa.

"Memangnya boleh ujian susulan?" tanya Wina lagi.

"Kalau sakit ya boleh."

"Memangnya Ranti sakit?"

"Nggak tahu. Aku menelepon ke HPnya nggak aktif terus. FBnya juga tidak aktif. Pokoknya dia nggak bisa dihubungi."

"Atau mungkin nggak mau dihubungi?" tanya Wina lagi.

"Mungkin juga. Tapi kenapa?" tanya Cesa.

Wina mengangkat bahu. "Bagaimana kalau kita tanya Bu Marlin?"

"Sudah pernah aku tanya. Bu Marin nggak mau kasih tahu," kata Cesa.

"Benar-benar mencurigakan. Jangan-jangan Ranti sebenarnya punya penyakit parah. Bisa saja dia sakit kanker darah. Dia harus istirahat di rumah sakit. Tapi dia tidak mau eberi tahu siapa pun," ucap Wina.
Beberapa anak yang juga berada di kantin sekolah mendengar perkataan Wina. Mereka mendengar kata : 'Ranti sakit kanker darah'.

Karuan kabar itu langsung menyebar. Ada yang menyebarkan lewat SMS, BBM, ada juga lewat Facebook.
Tiga jam kemudian seluruh sekolah mengira Ranti sakit kanker darah sehingga harus dirawat di rumah sakit di Singapur, karena dia hanya akan hidup tiga minggu lagi. Entah bagaimana berita itu jadi berkembang aneh begitu.

Ranti yang tengah berbaring di kamarnya juga kaget. Mama yang memberi tahu karena ada beberapa kali telepon masuk.

"Mereka menyangka kamu kanker," kata Mama.

"Aduh seram amat sih," keluh Ranti.

"Abis kamu sendiri nggak mau orang lain tahu penyakitmu sekarang ini," kata Mama.

"Ranti malu, Ma," keluh Ranti. "Dulu Ranti suka ngata-ngatain teman-teman yang kena cacar. Ah, sekarang malah kena."

Mama tersenyum. "Nah, kamu ambil sendiri hikmahnya," tambah Mama.

Keesokan paginya Ranti kaget karena dari jendela kamarnya dia melihat lima sahabat sekelasnya datang ke rumah. Ranti buru-buru bilang kepada Mama agar tidak mengizinkan mereka masuk. Tapi Mama tidak mau nurut.

"Mereka sudah datang, kok dibohongin," tolak Mama sambil ke depan membuka pintu.



Ranti buru-buru lke kamar. Dia menguping mama meminta sahabat-sahabatnya itu masuk.


"Tante, kami ingin tahu kebenaran penyakit ranti. benarkah Ranti kena kanker darah?" tanya Wina.

"Nggak benar, sayang. Ranti nggak kena kanker. dia sakit ...,"  Mama ragu meneruskan kalimatnya.

"Pasti lebih parah ya? Sampai meninggalkan UAS," potong Cesa.

"Sebenarnya Ranti ... sakit cacar," kata Mama akhirnya.

Semua terpana. Tapi beberapa detik kemudian mereka benafas lega.

"Sekarang ada di kamar. Tengok saja," kata Mama lagi.

Lima sahabat Ranti segera masuk ke kamar. ranti pura-ppura terbaring dan menutup tubuhnya dengan selimur sampai hidung.

"Kalian kenapa masuk? Nanti ketularan lho," tanya Ranti.

"Kami nggak takut ketularan. Kami semua kan udah kena cacar tiga tahun lalu. Ingat waktu amu ngata-ngatain kami kan? Orang yang sudah kena cacar air nggak akan ketularan lagi," ucap Wina.

Ranti jadi malu. Untungnya lima sahabatnya tidak mengolok-olok Ranti. Mereka malah menghibur Ranti.
Itulah gunanya sahabat.

^_^

No comments: