Friday, November 07, 2014

Cernak, 8 November 2014

 
 
 
 
Tentang Maya
 
Oleh Benny Rhamdani
Kapan kamu terakhir mendapat teman baru? Aku sih, tiga hari lalu. Namanya Maya. Cantik dan pintar bergaya. Aku yakin dia anak orang kaya.
Siang itu studio tempat aku latihan balet cukup ramai. Kelasku baru akan mulai latihan ketika Tante Lista berjalan masuk beserta seorang anak perempuan sebaya kami.
“Anak-anak Tante yang cantik, hari ini kalian akan mendapat teman baru. Namanya Maya,” begitu kata Tante Lista.
Kami semua langsung mengamati Maya.
“Wuah, cantiknya. Dia bisa jadi saingan kamu, Mia,” kata Wulan kepadaku.
“Maksudmu?” aku mendelik.
“Iya, kamu bisa kalah cantik.”
“Memangnya aku akan meleleh kalau ada yang lebih cantik dari aku. Nggak masalah. Yang penting dia baik hatinya,” kataku.
Latihan pun dimulai. Ternyata Maya tak cuma cantik. Dia juga sudah mahir menari balet. Setiap gerakan baru yang diajarkan Tante Lista, dia dengan cepat menguasainya.
“Dia benar-benar akan menjadi ancaman bagimu,” bisik Wulan lagi.
“Ancaman apa?”
“Dia lebih jago dari kamu. Selama ini kamu yang paling jago di kelas. Setiap semester kamu terpilih jadi pemeran utama di pentas balai kota. Kayaknya, semester ini tempatmu akan tergeser.”
“Wulan, tutup mulutmu. Aku tidak suka kamu menghasut begitu,” kataku.
Wulan terdiam. Pelan-pelan dia mulai mendekatkan dirinya dengan Maya. Entah apa tujuannya. Yang aku tahu, Wulan memang sangat suka mendekati siapapun yang populer.
Seusai latihan aku  menuju locker room. Aku harus mengganti pakaian.
“Hai, Mia!” terdengar suara sapa di belakangku. “Senang rasanya bisa sekelas denganmu.Aku suka gerakanmu di latihan tadi.”
Maya berjalan mendekatiku. Rupanya, letak lockernya di sebelah lockerku.
 “Aku juga senang. Sebelumnya kamu latihan di studio balet mana?” tanyaku.
“Ini pertama kali aku latihan di studio.”
“Oh ya?” Aku tak percaya. “Kok bisa?”
Maya tak menjawab. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu. Aku jadi tak enak hati.
“Kamu mau pulang bareng denganku?” Maya mengalihkan pembicaraan.
“Rumahku hanya satu blok dari sini. Aku bisa berjalan kaki. Lagi pula, aku harus mampir ke toko buku sebentar. Aku ingin membeli buku KKPK terbaru.”
“Oh, kamu suka membaca buku? Aku juga. Kapan-kapan kita tukaran yuk!” pinta Maya.
“Boleh.”
Kami kemudian bicara tentang buku-buku kesukaan kami, sampai kami berpisah di depan studio. Kami sempat saling tukar nomor telepon, PIN BB, Facebook dan twitter.
Malam hari ketika aku sedang belajar, Maya mengirim BBM.
“Pasti kamu lagi belajar ya?”
Aku membalas,”Iya. Kamu juga, kan?”
Maya mengirim BBM lagi,”Nggak. AKu lagi baca KKPK. Selamat belajar. Maaf mengganggu.”
Aku tidak membalasnya karena harus menegrjakan PR yang banyak jumlahnya. Selesai belajar aku tertidur pulas. Besok paginya aku terbangun. Ketika kubuka BBku, aku melihat ada beberapa BBM masuk dari Maya.
“Sudah belajarnya?”
PING
“Pasti kamu sudah tidur. Selamat tidur.”
“Aku tidak bisa tidur.”
“Apakah kamu pernah berpikir  jika besok kamu akan meninggal?”
Aku kaget membaca pesan terakhirnya. Buru-buru aku mengirim BBM,” Maya, maaf aku baru baca BBM kamu.”
Tidak ada balasan. Mungkin Maya masih tidur. Aku pun bergegas mandi dan melakukan kegiatan lainnya bersiap sekolah.
Di sekolah aku tidak bisa mengirim BBM karena Mama melarangku membawa BB-ku ke sekolah.  Sepulang sekolah aku langsung melihat BB. Tidak ada jawaban BBM dari Maya. Mungkin dia sibuk. Anak orang kaya biasanya banyak kegiatan.  Aku memutuskan istirahat sebelum latihan balet sore nanti.
Pukul tiga aku berangkat balet dengan semangat. Tadi aku sudah izin kepada Mama akan main ke rumah Maya pulang latihan nanti. Tiba di studio aku mencai Maya. Tapi belum datang. Mungkin dia terlambat. Namun… sampai Tante Lista masuk kelas, Maya tak juga hadir.
Dan … aku baru tahu ketika Tante Lista bercerita.
“Anak-anakku yang cantik, hari ini kita kehilangan teman baru kita … Maya. Tadi pagi Maya telah meninggal dunia. Tapi dia meninggal dunia dalam kebahagiaan. Sejak balita Maya menderita penyakit aneh yang membuat fisiknya lemah. Dia tidak bisa berlama-lama di luar ruangan, sehingga dia tidak pernah sekolah atau bermain di luar rmah. Dia punya hobi balet dan belajar balet sendiri dari internet Keinginan terakhirnyaadalah bisa belajar balet di sebuah studio. Dan itu dipenuhi orangtuanya kemarin,” tutur tante Lista sambil berlinang air mata.
Aku ikut sedih. Air mata teman-temanku juga menetes.
Rasanya aneh kehilangan seorang teman baru. Benar-benar membuatku tak habis pikir selama berhari-hari.
Aku sedih sampai kini, mengenang seorang teman yang baru kukenal tiga hari yang lalu.

No comments: