Friday, July 13, 2007

Cernak, 15 Juli 2007


Tongkat Sihir Siapa Ini?

Oleh Benny Rhamdani

Heri menuju kamar tidurnya dengan perasaan kesal. Hatinya tidak puas dengan jawaban Ayah tadi.

“Ayah besok tidak bisa mengajak Heri ke bioskop nonton Harry Potter. Ayah ada janji dengan teman Ayah,” begitu kata Ayah.

Jelas Heri kesal. Sejak jauh hari Ayah sudah berjanji, jika ia naik kelas dengan nilai yang baik, Ayah akan mengajaknya nonton Harry Potter. Tapi nyatanya ….

Jika film yang dijanjikan bukan Harry Potter mungkin Herry tidak sekecewa ini. Baginya Harry Potter adalah tokoh jagoan yang diidolakannya. Heri punya seua buku Harry Potter dan sudah menonton film Harry Potter sebelumnya.

“Soalnya namaku mirip dengan dia,” kata Heri jika ditanya teman-teman tentang kesukaannya pada Jarry Potter. Bahkan Heri sering meniru penampilan Harry. Misalnya memakai kacamata atau jubah.

Dan sudah lama pula ia memberitahu teman-temannya akan menonton film Harry Potter di bioskop di hari pertama ditayangan.

Hm, kalau besok tidak jadi nonton, berarti bukan di hari pertama, pikirnya sambil menerawang berabring di tempat tidurya.

Bluk!

Heri terkejut. Ia merasa mendengar bunyi di jendela kamarnya. Heri sedikit takut untuk beranjak. Tapi kemudian dia memberanikan diri mendekati jendela dan membuka tirai. Heri pun membuka jendela unuk mengetahui benda yang tadi mengenai jendela kaca. Tepat di bawah jendela kamarnya, ia melihat …. Sbetang tongkat! Seperti tongkat sihir Harry Potter!

Ah, pasti ada orang yang bercanda! Pikir Heri. Ya dia menduga ada orang yang snegaja menjahilinya. Heri segera mengedarkan pandangannya. Tapi suasana di luar senyap.

Heri penasaran. Dia meloncati jendela dan menambil tongkat kecil itu. Diayunkan tongkat itu pelan-pelan meniru Harry Potter.

“Browinus Kuvukus!” Heri mengcapkan asal mantra yang ada di kepalanya.

Waw! Tiba-tiba saja di dekatnya ada kue brownies kuus kesukaan Heri. Serta merta Heri meloncat senang. Ya, akhirnya dia mempunai tongkat sihir. Dia tidak perlu pergi ke sekolah khusus penyihir.

Eh, tapi … tunggu dulu. Tongkat sihir siapa ini ya?

Jangan-jangan ini tongkat seorang penyihir yang sedang terbang, lalu terjatuh, pikir Heri. Ah, tapi biarlah. Aku pakai saja dulu. Nanti kalau sudah puas, aku akan mengembalikannya.

Heri langsung bersiap naik jendela. Tapi tiba-tiba …

“Hey, tunggu dulu! Itu tongkatku! Kembalikan!”

Heri terdiam, lalu membalikkan tubuhnya. Hah …. Bukankah itu …. Har … Harry …. Pot ….ter!

“Kamu ….”

“Ya, aku Harry Potter. Itu tongkatku terjatuh,” katanya.

“Lho, tapi kamu kan hanya ada di buku dan film. Kamu tidak nyata. Pasti aku bermimpi,” kata Heri.

“Tidak. Coba saja kamu gigit bibirmu. Pasti sakit. Itu artinya kamu tidak bermimpi,” kata Harry Potter.

Heri menurut. Dia menggigit. Auw sakit! Ya, kalau mimpi kan tidak bisa merasakan sakit.

“Ini tongkatmu aku kembalikan,” kata Heri sambil menyodorkan tongkat sihir di tangannya.

“Terima kasih. Sebagai tanda termakasihku, maukah kamu kut dengnaku jalan-jalan dengan sapu terbangku?” ajak Harry Potter.

“Iya … iya!” jawab Heri langsung.

“Ayo ikut bonceng denganku!”

Heri langsung ke belakang Harry.

“Fly!”

Swing … Heri kaget ketika tiba-tiba tubuhnya terangkat dan sapu terbang itu melesat cepat.

“Wuuuuuuuuuuuuuuuaaahhh!” teriak Heri.

Heri diajak ke sekolah Hogwarts. Bahkan bertemu dengan teman-teman yang dibaca dibuku. Heri takjub juga ketika melihat banyak keanehan dunia sihir.

“Bolehkah aku emncoba tongkat sijir dan membaca mantra,” kata Heri setelah berjalan-jalan.

“Ya. Boleh. Tapi kau harus jati-hati mengucapkan mantranya. Kamu ingin menyihir apa?” tanya Harry Potter.

“Aku ingin menyihir agar aku terlihat tampan sepertimu,” kata Heri tanpa malu-malu.

“Oh, ucapkan saja Harry Potromus!”

Heri mengangguk. Ia mengayunkan tongkat dan berkata,” Harry Potromax!”

Tring!

Tiba-tiba Heri merasa dirinya berubah. Bukan menjadi Harry Potter, tapi jadi petromax. Wah, dia panik seketika. Rupanya dia tadi salah emmbaca mantra.

Harry juga kelihatn panik. “Aku juga tidak bisa mengubahu kembali. Jalan satu-satunya, kamu haru kukembalikan ke kamarmu. Mudah-mudahan besok pagi kamu bisa berubah kembali ke asal.”

Heri pun dibawa dalam bentuk petromax ke kamarnya. Heri berdoa agar ia bisa kembali wujud. Sampai akhirnya dia terlelap.

“Bangun suah siang!”

Heri terbangun. Dia langsung melihat tubuhnya. “Oh syukurlah aku sudah kembali ke semula!” teriak Heri sambil memeluk tubuh Kak Hermin yang membangunkannya.

“Apa-apaan sih kamu memeluk kakak. Bau tau!” kata Kak Hermin.

“Anu … soalnya ….”

“Sudah cepat mandi. Kita beres-beres kamr kita. Nanti siang Ayah janji akan mengajak kita ke bioskop. Ayah membatalka acara denan teman kerjanya,” kata Kak Hermin.

“Sungguh?”

“Iya. Tadi Ayah bilang begitu.”

“Maksudku, sungguhkah Kak Hermin tidak mau mendengar cerita ajaib yang aku alami tadi malam?” tanya Heri.

“Alaaaaaaaaaa, paling juga cerita mimpi ketemu Harry Potter ya? Bosan ah!” tolak kak Hermin.

“Ya sudah kalau tidak mau!” kata Herri. Hm, ya paling tidak ada kalian yang percaya dengan cerita Heri berteu Harry Potter, kan?

^_^

No comments: