Saturday, July 28, 2007

Cernak, 28 Juli 2007


Ibuku Jadi Pahlawan

Oleh Benny Rhamdani

Namaku Jane. Aku ingin bercerita sedikit tentang ibuku. Orang-orang memanggil ibuku Carrie. Aku tidak punya Ayah sejak bayi. Sebuah peristiwa telah menyebabkan aku tidak memiliki Ayah lagi.

Saat itu, aku masih bayi. Ibu tidak bekerja seperti sekarang. Ayah yang bekerja. Ayah bekerja di dinas pemadam kebakaran kotaku. Kata Ibu, Ayah suka menolong makanya memilih pekerjaan sebagai petugas pemadam kebakaran. Ayah adalah ketua pasukan pemadam kebakaran.

Tapi suatu hari Ayah mengalami kecelakaan. Saat menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di sebuah flat yang terbakar. Ayah menerobos masuk ke dalam gedung karena mendengar suara anak kecil yang menangis. Ayah berusaha menyelamatkan anak kecil itu. Bergumul dengan api dan asap.

Ketika hendak keluar, Ayah terkena rerntuhan gedung. Anak kecil itu kemudian dilemparkan Ayah ke salah satu teman. Ayah sendiri akhirnya terluka parah. Setelah berhari-hari dirawat di rumah sakit, Ayah meninggal.

Sejak Ayah tak ada, Ibu bekerja. Ibu bekerja di tempat yang sama dengan Ayah.

“Ibu akan meneruskan cita-cita ayah menjaga kota ini dari api,” kata Ibu.

Ya, selama bertahun-tahun aku menegnal Ibu sebagai petugas pemadam kebakaran. Rasanya aneh ya punya ibu bekerja di sana. Kebanyakan teman-temanku ibunya bekerja sebagai guru, sekeretaris atau pekerja bank. Sebenearnya Ibu bukan satu-satunya perempuan yang bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran.

Karena pekerjaan Ibu yang berbahaya itu, aku selalu berdoa agar tidak pernah ada kebakaran di kota ini. Tapi, kalau tidak ada kebakaran bukan berarti Ibu tidak bekerja. Ibu sering diminta juga bekerja ketika terjadi banjir atau bencana lainnya. Pernah juga ada orang yang hendak mengambil kucingnya yang di atap dan tidak mau turun, meminta bantuan Ibu.

Hari ini, entah mengapa aku merasa gelisah. Beberapa menit lalu aku melihat asap hitam ke angkasa di sbelah timur kota. Lalu aku mendengar suara sirine petugas pemadam kebakaran.

“Ya, Tuhan, selamatkanlah Ibuku,” doaku berkali-kali.

Aku langsung pergi ke rumah. Kulihat nenek dan Kakek sedang menonton berita kebakaran di televise.

“Nek, Ibu kelihatan di teve?” tanyaku sambil mendekati nenek.

“Ya, sekilas tadi dengan teman-teman lainnya,” jawab Nenek yang juga tampak tegang. Kata Ibu, sebenarnya Nenek tidak suka Ibu memilih pekerjaan berbahaya itu.

Aku ikut menonton televisi. Di berita disiarkan tentang sebuah gedung perbelanjaan yang kebakaran. Waduh, aku melihat banyak orang yang berlarian ke luar gedung. Yang menyebalkan, kebanyakan orang hanya berdiri menonton. Bukannya berusaha membantu menyelamatkan orang lainnya atau membanu petugas pemadam kebakaran.

Pembawa acara melaporkan penyebab kebakaran adalah masalah listrik. Dijelaskan juga masih ada beberapa orang yang terjebak di gedung itu. Kamera kemudian ke gedung yang kebakaran. Lalu, tiba-tiba kamera menyorot kea rah seorang Ibu yang berteriak panik.

“Anakku! Anakku! Dia masih di dalam!”

Beberapa petugas pemadam kebakaran berusaha menahan agar ibu itu tidak masuk kembali ke gedung. Sepertinya Ibu itu benar-benar panik.

Dua detik kemudian, kamera mengarah ke salah satu jendela di lantai atas. Ada seorang petugas pemadam kebakaran melambaikan tangan. Mobil pemadam kebakaran segera mengarahkan tangga ke jendela itu. Kulihat petugas itu kemudian menggapai ujung tangga sembari membawa seorang anak kecil yang lebih muda dariku.

Aku jadi tegang melihatnya. Apalagi api dan asap di sekitarnya kian membesar. Detik demi detik berlalu sangat lama. Hingga akhirnya petugas dan anak itu berhasil diselamatkan petugas lainnya.

Kamera terus mengikuti gerakan petugas pemadam kebakaran dan anak itu. Sampai di bawah, anak kecil itu disambut ibu yang tadi panik. Lalu petugas pemadam kebakaran itu membuka topi dan masker pelindung. Ternyata … Ibu!

Ya, jelas sekali wajah Ibu yang terpampang di pesawat televisi.

Aku langsung bersorak lega!

Beberapa wartawan teve langsung mengerubuti Ibu. Tapi Ibu menolak diwawancarai.

“Maf nanti saja. Aku harus kembali bekerja. Pekerjaan belum selesai!” kata Ibu sambil kembali bergabung dengan teman-teman lainnya. Tapi kulihat kali ini Ibu hanya di luar gedung.

Nenek dan kakek juga tampak lega melihat berita itu. Aku ingin sekali menelepon Ibu. Tapi aku tahu, Ibu selalu mematikan HP ketika bekerja.

Setengah jam kemudian, kebakaran itu baru berhasil dipadamkan. Kulihat kamera TV kembali mencari-cari sosok Ibu.

“Nyonya Carrie, bagaimana ceritanya bisa menyelamatkan anak itu di dalam tadi?” tanya reporter televisi.

“Maaf, aku tidak bersedia diwawancara sekarang. Aku ingin segera pulang ke rumah. Anakku pasti mencemaskan aku,” kata Ibu menghindari.

Setengah jam kemudian Ibu sudah sampai rumah. Aku langsung berlari menyambutnya.

“Ibu, hebat! Tadi aku melihat aksi Ibu di teve,” kataku bangga.

Ibu tersenyum.”Tapi kamu lebih hebat dari Ibu. Setiap hari kamu berdoa untuk Ibu, kan?” jawab ibu.

Aku tertawa. Saat makan malam, kami kedatangan banyak tamu wartawan. Kali ini Ibu kuminta untuk menjawab pertanyaan mereka.

Keesokan harinya semua surat kabar memuat foto-foo Ibu saat menyelamatkan anak perempuan itu. Mereka menjuluki Ibu sebagai Pahlawan Kota juga Ibu Pemberani.

Aku bangga seklai dengan ibuku. Bagaimana dengan kalian?

^-^

No comments: