Friday, July 20, 2007

CERNAk, 22 Juli 2007


Miss TV

Oleh Benny Rhamdani

“Dita, besok pagi kita olahraga lari yuk!” ajak Rini.

“Besok pagi tuh hari Minggu. Ada film kartun rame. Aku nggak bisa ahm” tolak Dita.

“Kalau begitu agak siang aja. Rencananya agak siang aku mau berenang,” ajak Fifi.

“Agak siang tuh film kartunnya tambah rame. Hari Minggu gitu lho!” kata Dita.

“Kalo siangnya? Mau nggak kita jalan-jalan ke toko buku. Aku mau beli buku-buku baru yang asyik,” ajak Risma.

“Siang aku mau lihat sinetron. Ada sinetron bagus. Minggu lalu ceritanya bagus. Tentang anak perempuan yang jadi ular karena suka menyuruh ibunya,” kata Dita lagi.

“Kalo sore gimana? Kita main sepeda di taman yuk!” ajak Hani.

“Aduh kalian ini! Hari Minggu itu waktunya aku nonton teve seharian. Aku nggak mau ke mana-mana,” seru Dita akhirnya.

“Lho, memangnya kamu nggak makan?” tanya Rini.

“Makannya di depan teve,” jawab Dita enteng.

“Kamu ngak belajar?” tanya Fifi.

“Iya, tapi juga di depan teve.”

“Kamu benar-benar Miss Teve!” kata kawan-kawan Dita serempak.

“Biarin. Denger ya! Lari pagi itu bisa bikin kaki lecet atau keseleo, kalo nonton teve nggak bakalan lecet atau keseleo. Berenang itu bikin kulit hitam, kalo nonton teve nggak. Ke toko buku itu bikin uang tabunganku habis. Lalu, main sepeda itu bisa diserempet mobil atau jatuh lalu kecelakaan,” kata Dita panjang lebar.

Semua teman Dita terdiam. Bel tanda istirahat usai pun berbunyi. Dita masuk ke kelas dengan perasaan bangga karena bisa membuat teman-temannya tidak berkutik menjawab kalimatnya.

Bagi Dita nonton teve adalah sesuatu yang paling mengasyikan. Terutama sejak papa membelikan teve plasma berukuran besar. Apalagi kalau Mama dan Papa belum pulang kerja. Dita bisa menjadi penguasa remote control teve. Hm, kalau ada Mama masih mendingan sih. Mama senang nonton sinetron, jadi tidak masalah. Karena sinetron kesukaan Mama juga disukai dita. Tapi kalau Papa… Hm, Papa jarang nonton teve, tapi kalau ada pertandingan sepakbola atau tinju, semua tidak boleh ada yang mengganggu.

Pernah Dita protes sama Papa. Waktu itu, Papa ingin nonton pertandingan sepakbola yang disiarkan langsung, sedangkan Dita ingin menonton sinetron bersambung.

“Pa, Dita ingin lihat sinetron. Lagi rame-ramenya,” pinta Dita.

“Nonton sinetron melulu. Sekali-kali Papa yang nonton teve. Kan tidak tiap hari,” kata Papa.

“Papa sih, harus beli tevenya dua. Satu buat di sini, di ruang keluarga. Satu lagi di kamar Dita.”

“Tidak boleh ada teve di kamar. Merusak,” kata Papa sambil tetap melihat pertandingan sepakbola. Sepertinya tampang Papa sedang kesal, karena kesebelasan kesayangannya kalah.

Akhirnya Dita memutuskan ke luar rumah. Dia pergi ke rumah Salsa, tetangganya. Tapi ternyata di sana juga sama. Ayah Salsa sedang nonton bola! Dita benar-benar kesal malam itu karena tidak bisa nonton sinetron kesayangannya.

Malam Minggu, Dita tidur larut. Dia nonton acara final Indonesian Idol. Hatinya kecewa karena penyanyi idolanya tidak menang. Akhirnya sebelum tidur, Dita menghayal menjadi Indonesian Idol berikutnya.

Pagi harinya Dita terbangun karena ada keributan di ruang depan. Dita melihat Mama dan papa berwajah bingung.

“Kenapa, Ma?” tanya Dita.

“Rumah kita kemasukan maling. Mereka mengambil banyak barang-barang kita. Lihat itu, teve, DVD, komputer, telepon …” Mama tidak meneruskan lagi karena keburu sakit kepala.

“Hah, teve kita dimaling orang?”!” Dita ikutan kaget. Ya, benda itulah yang menurutnya paling berharga. “Ayo kita cari malingnya! Kita lapor polisi.”

“Sudah. Tadi Papa sudah menelepon teman papa yang polisi,” kata papa.

Dita terduduk lesu. Dilihatnya ruang kosong yang semula ada televisinya. Dita benci maling itu. Kenapa harus maling teve. Kenapa tidak cukup yang lain saja?! tanyanya dalam hati.

Hari ini Dita benar-benar harus membiasakan diri hidup tanpa televisi. Entah sampai kapan ….?

^_^

No comments: