Friday, August 17, 2007

Cernak, 19 AGustus 2007


Juara Marathon


oleh Benny Rhamdani

Perayaan kemerdekaan Indonesia tahun ini kembali diadakan komba marathon. Tentu saja bukan sejauh marathon sungguhan. Ini hanya marathon mini yang jaraknya lima kilometer. Peseratanya juga dibagi tiga bagian. Ada anak-anak, dewasa dan orangtua.

“Tahun lalu aku juaranya. Jadi tahun ini aku pasti menang lagi,” kata Dion beberapa hari lalu.

“Jangan sombong. Siapa tahu nanti ada yang mengalahkanmu,” kataku.

“Siapa? Kamu? Tahun lalu bias sampai finish saja sudah syukur. Kalau nggak salah kamu diurutan nomor dua puluh kan?” ledek Dion.

“Iya. Tapi aku dulu kan nggak pakai latihan kayak kamu.”

“Tahun ini juga aku nggak latihan. Tapi aku yakin aku tetap jadi juara marathon bagian anak-anak,” kata Dion sombong.

Aku hanya menarik nafas. Setelah itu aku makin semangat latihan lari setiap sore. Ternyata bukan hanya aku yang beratih lari sejak sebulan lalu. Salah satu yang juga latihan adalah tetangga baruku, Firman. Kami berlatih lari mengelilingi lapangan sepakbola setiap sore.

Mulanya, aku hanya sanggup berlari satu putaran lapangan, selanjutnya aku berjalan. Tapi lama kelamaan aku bisa berlari mulai dua putaran, tiga putaran, hingga lima putaran tanpa berhenti ataupun berjalan.

Kalau Firman berbeda dengan aku. Dia suka main sepak bola jadi sudah terbiasa lari dan berenang. Nafasnya kuat. Aku yakin dia akan jadi pemenang lomba marathon besok.

Tapi

Sore tadi aku mendapat kabar, Firman terjatuh saat dibonceng motor oleh pamannya. Aku segera mengejenguknya. Lukanya tidak terlalu parah.

“Aku baik-baik saja. Tapi aku nggak bisa ikutan marathon besok. Tumitku masih sakit. Untuk berjalan saja terasa linu. Apalagi lari marathon,” katanya.

Aku sedih mendengar kabar tersebut.

“Ilham, kamu harus memenangkan pertandingan maratgon besok. Ingat ya, kau harus menang bukan hanya untukmu, tapi juga untukku,” kata Firman.

Aku mengangguk sambil membisu. Sebenarnya aku ragu untuk memenangkan pertandingan bsok pagi. Ah, tapi aku harus berusaha!

Malanya aku membaca-baca majalah. Aku menemukan catatan sejarah tentang lari marathon. Ternyata marathon diambil dari nama daerah di Yunani tempat terjadinya peperangan antara tentara Yunani dan Persia. Tentara Yunani menang, kaku mengutus seorang prajurit untuk memberi kabar ke ibu kota, yakni Athena. Prajurit itu harus berlari sekitar 42 km, dan berhadil. Tapi sampai ditempat ia meninggal dunia.

Wah, aku juga harus punya semangat tinggi untuk berhasil menang, pikirku.

Keesokan paginya, aku bangun pagi-pagi sekali. Aku berangkat menuju garis finis lomba marathon diantar Ayah. Kulihat Dion juga sudah bersiap-siap. Dia tersenyum mengejek ke arahku.

Lomba lari pun dimulai dengan tanda kibasan bendera oleh Pak Camat. Aku pun berlari bersama lima puluh anak lainnya. Kulihat Dion melesat maju di antara lainnya. Kainya yang panjanh membuat langkahnya lebar.

“Ayo, Ilham! Kamu bias lebih cepat!”

Aku melirik ke pinggir jalan. Ternyata Firman! Dia menyemangatiku dengan teriakannya.

Aku makin beresemangat mendengarnya. Aku langsung membayangkan diriku tidak sedang berlomba marathon mini. Tapi aku adalah seorang pejuang yang harus menyampaikan pesan rahasia di garis finish nanti. Jika tidak, maka banyak korban yang akan berjatuhan.

Ya … cepat … cepat!

Aku berlari secepat mungkin. Dion pun berhasil kulewati. Juga beberapa pelari di depan Dion.

Aku harus segera menyampaikan pesan rahasia ini … ya … harus …

Tali yang membentang di garis finish mulai kulihat. Dan … oh akhirnya aku berhasil menjadi orang pertama yang sampai finish.

“Ilham kamu hebat!”

Ternyata Ayah, Ibu, kakakku dan juga Firman langsung menyambutku di garis finish. Ayah memintau tiduran sebentar lalu duduk.

“Kamu hebat. Larimu kencang sekali. Jauh lebih kencang dibandingkan saat latihan,” kata Firman sambil menyodorkan minuman.

“Aku memang punya rahasia. Tapi aku malu bilangnya …”

“Kenapa malu?”

“Hehe, lihat itu Dion baru sampai!” teriakku ke garis finish.

Ya aku lihat Dion tiba di garis finish dengan nafas tersengal-sengal. Hm, padagal tahu lalu dia bisa menjuarai lomba marathon mini ini dengan hebatnya.

“Biarpun dia juara tahun lalu, kalau tidak pernah latihan, bagaimana mau menang?” kata orang-orang di dekatku.

Ya, artinya … kalau tahun depan aku tetap mau jadi juara marathon, aku tetap harus latihan! Itulah rahasia kemenanganku sesungguhnya.

^-^

No comments: