Saturday, August 25, 2007

Cernak, 26 Agustus 2007


Detektif Tempe

Oleh Benny Rhamdani

“Vin, kamu mau nolong aku? Ada misteri yang harus kamu pecahkan,” kata Irwan di jam istirahat.

“Misteri apa dulu?” Alvin balik bertanya.

“Hilangnya bunga-bunga mawar ibuku.”

Alvin menahan tawanya. “Cuma bunga mawar? Apa nggak ada lagi tantangan yang lebih berat buatku?” ujar Alvin.

“Ya, mungkin tidak berat bagimu. Tapi ada yang aneh dengan pencuri mawar ini. Sudah tiga hari ini, ibuku kehilangan tiga bunga mawar setap pagi. Aneh, kan? Kenapa jumlah yang hilang sama dalam tiga hari? Kenapa tidak mencuri kurang atau lebih di hari lainnya?”

“Hmmm …” Alvin mulai tergoda. Dia memicingkan matanya.”Menarik juga.”

“Tertarik?” Irwan bertanya sekali lagi.

“Ya. Apa yang sudah kamu selidiki?” Alvin ingin tahu.

“Tadi pagi aku mengintai dari jendela kamarku. Ya, ada beberapa orang yang mauk ke perkarangan rumah. Pengantar susu, pengantar Koran, tukang jamu, dan tetangga sebelah rumah. Saat mereka masuk dan keluar aku perhatikan. Ternyata bunga mawar itu tak ada yang mereka petik. Juga tak ada yang hilang. Sayangnya, aku harus mandi. Nah, selesai mandi, aku kemudian melihat bunga-bunga mawar itu hilang tiga,” jelas Irwan.

“Hmm … aneh. Aku tertarik. Tapi ada syaratnya. Kamu harus ….”

“Aku tahu syaratnya. Pasti nanti aku penuhi. Yang penting aku ingin kamu memecahkan misteri ini dulu. Soalnya aku penasaran sekali,” kata Irwan.

Alvin manggut-manggut. Kalau begitu nanti malam, aku menginap di rumahmu ya,” katanya kemudian.

“Boleh,” sahut Irwan mengangguk mantap.

Sekitar pukul tujuh malam Alvin tiba di rumah Irwan. Semula Irwan berpikir Alvin akan langsung mengambil aksi menyelidiki misteri itu. Entah itu mendatangi kebun bunga mawar ibu atau melihat-lihat di tempat perkara. Alvin malah langsung minta di antar ke kamar mandi.

Tak lama kemudian Alvin masuk kea mar Irwan lalu tidur-tiduran.

“Aku minta syaratnya dulu dipenuhi,” kata Alvin.

“Huh, dasar! Iya, aku sudah siapain. Tunggu dulu ya,” kata Irwan sambil ke luar kamar. Tak lama kemudian Irwan kembali ke kamar sambil membawa sepiring tempe goreng hangat.

Semua orang tahu makanan kesukaan Alvin. Ya, tempe goreng. Dan setiap ada kasus yang harus dipecahkan Alvin, syaratnya harus disediakan tempe goreng dulu. Hm, entah apa hubungannya antara tempe dan jadi detektif.

Sambil makan tempe, Alvin melihat-lihat isi kamar Irwan.

“Ini foto keluargamu ya?” Tanya Alvin sambil memegang bingkai foto di meja belajar.

“Iya. Itu ibuku, ayah, Kak Melly, Kak Acha, dan adikku Nirina,” jelas Irwan.

“Semuanya suka bunga mawar?”

“Sebenarnya hanya ibuku yang suka bunga mawar. Dan … aku juga suka karena itu bunga kesukaan ibuku,” jawab Irwan.

Alvin manggut-manggut sambil menahan tawa. Jarang anak lelaki suka bunga. Tapi Irwan sudah menjawab jujur. “Lalu, siapa saja yang tahu tentang hilangnya bunga mawar itu?”

“Aku dan ibuku. Kami berdua. Karena hanya kami yang merawatnya.”

Alvin mencomot satu tempe lagi. Matanya menerawang. Entah sedang berpikir atau menikmati tempe goreng itu.

Anehnya sampai waktu tidur, Alvin tidak lagi bertanya-tanya hal yang berhubungan dengan bunga mawar. Irwan jadi ragu Alvin akan mampu memecahkan misteri bunga mawar yang hilang itu.

Tapi keesokan harinya, Alvin sudah bangun sejak pagi. Dia mandi paling awal di antara yang lain di rumah Irwan. Setelah itu, dia duduk di jendela mengamati kebun mawar. Sementara Irwan juga ikut mengamati. Beberapa orang terlihat berlalu lalang masuk melewati kebun mawar. Sama seperti harai-hari seblumnya. Dan tidak ada mawar yang hilang.

Irwan pun ke kamar mandi. Tak lama setelah Irwan masuk kamar amndi, tiba-tiba Alvin melihat sesosok orang melangkah dengan cepat ke kebun meawar. Orang itu kemudian menggunting tiga tangkai mawar, lalu menghilang dengan cepat pula.

Klik!

Alvin tersenyum karena berhasil memotret diam-diam adegan pemotongan tiga tangkai mawar itu.

Saat Irwan kembali ke kamar, Alvin langsung HP berkamera milik Irwan.

“Ini pelakunya. Aku sudah menduganya sejak semalam. Pelakunya tidak mungkin orang lain. Pasti orang di rumahmu. Dan pelakunya tahu benar saat yang tepat untuk memotong bunga mawar ibumu, yakni saat pagi hari ibumu menyiapkan sarapan dan kamu mandi. Ya ahanya dua orang yang dia tunggutidak mengawasinya karena dia juga tahu ahanya dua orang yang akan bingung dengan hilangnya mawar-awar itu,” jelas Alvin panjang lebar.

Irwan ternganga melihat gambar Kak Melly tengah memotong bunga mawar.

“Buat apa kak melly memotong bunga mawar itu? Kak melly kan nggak sua bunga mawar?” Tanya Irwan.

“Tugasmu menanyakan kepadanya. Sekarang aku mau pulang dulu ke rumah ya,” kata Alvin sambil melangkah pulang ke rumahnya yang jaraknya seratus meter.

Ketika di sekolah Irwan menceritakan kejadian berikutnya setlah Alvin pulang.

“Kak Melly mengakui perbuatannya. Katanya dia terpaksa mengambil mawar itu tanpa izin karena khawatir tidak dibolehkan. Selama ini an Kak melly nggak mau merawat kebun mawar ibu. Katanya, tiga bunga mawar itu diambilnya untuk diberikan kepada panitia penerimaan mahasiswa baru. Kak melly memang mendapat tugas setiap hari membawa tiga tangkai mawar,’ jelas Irwan.

“Ooooh begitu …. Ya sudah. Pokoknya imbalannya jangan lupa. Setiap minggu au disediakan tempe goreng sepiring kalau main ke rumahmu.”

“Huh, dasar detektif tempe!”

^_^

No comments: