Saturday, August 11, 2007

CERNAK, BP 12 Agustus 2007



Tempat Les Misterius

Oleh Benny Rhamdani

Anak-anak kelas lima kaget dengan prestasi belajar Rini belakangan ini. Rini yang semula tidak terlalu diandalkan, ternyata nilai-nilai ulangannya mampu menyamai tiga anak paling pintar di kelas. Bahkan ulangan matematikanya terakhir bias mengalahkan nilai ulangan Priska, sang juara kelas.

“Rini, kamu hebat. Dapat sepuluh ya? Kudengar Priska hanya dapat sembilan setengah,” kata Salsa.

“Iya. Terus terang aku juga nggak menyangka bisa mengalahkan nilai Priska,” jawab Rini.

“Bagaimana caranya kamu belajar? Belakangan nilai-nilaimu selalu tinggi,” Salsa bertanya lagi. “Kamu nggak nyontek kan kalau ulangan?”

“Ah, aku sih lebih baik dapat nilai jelek tapi usaha jujur, daripada dapat nilai bagus tapi boleh nyontek,” sahut Rini.

“Terus, bagaimana caranya?” desak Salsa.

“Aku ikut les,” jawab Rini.

“Les? Ya, aku juga ikut les kok. Tempat les yang paling mahal. Tapi tidak bisa langsung sepandai kamu. Memangnya kamu les di mana? Pasti mahal ya?”

Rini menggelengkan kepalanya. “Siapa bilang mahal? Murah kok!”

“Terus, di mana dong?” Salsa malah penasaran.

Rini hanya tersenyum. “Aku tidak mau bilang sama kamu,” kataRini.

Salsa merengut kesal. Tapi dia tidak berani marah-marah sama Rini. Salsa yakin, nanti juga Rini akan mengatakannya.

Sayangnya, setelah seminggu berlalu Rini belum juga menceritakan soal tempat lesnya. Salsa akhirnya memutuskan untuk menyelidiki sendiri tempat les misterius itu.

Aku akan mengikuti Rini biar tahu tempat lesnya, kata Salsa dalam hati.

Hari Senin adalah hari pertama Salsa menguntit Rini. Mulai dari spulang sekolah, Salsa terus mengamati rumah Rini. Dia mengawasi dari mobil yang disupiri Pak Sapri. Tapi Salsa tidak melihat Rini ke luar rumah sampai sore.

Hari Selasa, Salsa kembali menguntit Rini. Kali ini dia melihat Rini keluar rumah menuju ke perpustakaan kota. Tapi tak lama kemudian Rini pulang membawa buku-buku perpustakaan yang dipinjamnya.

Hari Rabu, Salsa melihat Rini keluar rumah bersama seseorang. Bukan pergi perpustakaan, tapi ke supermarket mini. Tapi lagi-lagi hanya sebentar.

Hari Kamis, Rini tidak ke luar rumah sama sekali.

Hari Jumat, Rini ke luar rumah. Bukan ke perpustakaan atau supermarket mini. Salsa gembira mengetahuinya. Rini menuju sebuah rumah.

Ah, jangan-jangan ini tempat les Rini, pikir Salsa.

Tapi kegembiraan Salsa berubah ketika melihat papan di depan rumah itu. Sangar Tari Bali.

Jadi tempat itu memang tempat les, tapi les tari Bali. Salsa kecewa. Tidak mungkin orang jadi pintar karena belajar tari Bali, pikirnya.

Hari Sabtu Salsa sudah tidak tahan dengan rasa ingin tahunya. Dia sengaja mendatangi rumah Rini di sore hari. Ternyata Rini tidak ke mana-mana hari itu.

“Silakan masuk, Salsa. Tante sering melihat mobil kamu di seberang jalan. Kenapa tidak masuk saja?” tanya mama Rini yang menyambut masuk. Rini sedang berada di kamar mandi.

Salsa tersipu malu. “Maaf, tante, sebenarnya Salsa sedang menyelidiki Rini. Makanya Salsa mengintai dari seberang,” jelas Salsa.

“Mengintai? Mengintai apa?” Mama Rini bingung.

“Itu … tentang tempat les Rini.”

“Tempat les? Rini kan tidak les. Tante sedang tidak punya uang.”

“Tapi Rini bilang, dia sekarang les. Itu sebabnya nilai-nilai ulangan dia selalu tinggi,” jelas Salsa.

Mama Rini manggut-manggut. “Oh, maksudnya itu ya? Tante tahu jawabannya.

“Bagaimana?” Salsa tidak sabar.

“Sejak Ayah Rini meninggal, Tante harus berusaha mencari penghasilan tambahan. Tante lantas membuka kost-kost-an di rumah ini. Ada enam kamar kost. Kebetulan yang mgisi banyak mahasiswi. Nah, salah satu penghuni kamar kost sangat dekat dengan Rini. Namanya Kak Wida. Nah, kak Wida inilah yang banyak membantu Rini belajar. Tempat lesnya ya di rumah ini. Tidak ke mana-mana,” jelas mama Rini.

“Iya …” tiba-tiba Rini masuk ke ruang tengah bersama seseorang yang pernah dilihat Salsa. “Nah ini kenalkan Kak Wida, guru lesku.”

Salsa menatap Rini dan Kak Wida bergantian. Dia masih tidak percaya kalau Rini bisa pintar hanya karena les di rumah.

“Bagaimana kalau Kak wida nanti pindah kost> Nanti kamu les di mana?” tanya Salsa kemudian.

“Ya, nggak mungkin. Kak wida sudah mau tunangan dengan Kak Irfan, kakakku. Nanti Kak Wida malah akan tinggal di rumah ini, tidak sebagai anak kost lagi,” kata Rini sambil tersenyum.

Salsa menelan ludah. Duh betapa enaknya Rini, punya orang dekat yang pandai dan bias mengajarinya menjadi pandai.

“Ngomong-ngomong, aku boleh ngak les dengan Kak wida?” Tanya salsa kemudian.

“Boleh … tapi uang bayarannya mahal. Sekarung uang logam setiap bulan,” sahut Rini.

“Kok begitu?” Salsa cemberut.

“Ya, nggak usah bayar juga nggak apa-apa kok. Rini tadi hanya bercanda. Yang penting, kamu harus tambah serus belajarnya,” sela kak wida sambil tersenyum.

Duuuh, senangnya hati salsa mendengar hal itu. Ya, hari ini gembira karena dua hal. Pertama, dia tahu tempat les misterius itu. Kedua,. dia langsung diterima jadi murid di tempat itu.

^-^


No comments: