Friday, June 20, 2008

Cernak, 22 Juni 2008


Keripik Pisang Salsa
Oleh Benny Rhamdani


“Liburan kali ini ayah berjanji akan mengajak jalan-jalan ke luar kota,” kata Alika.
“Kalau Ayahku akan membelikan aku videogame. Jadi selama liburan nanti aku akan asyik main videogame,” kata Aga.
“Kalau aku sih mau belajar masak,” kata Salsa.
“Belajar masak? Memangnya kamu ibu-ibu?” ledek Alika sambil tertawa.
“Iya nih. Ngapain belajar masak?” Aga ikut bertanya.
“Pokoknya aku mau belajar masak,” kata Salsa.
Sebenarnya Salsa hanya asal ngomong. Dia belum punya rencana liburan yang pasti. Sejak kenaikan harga BBM dan harga-harga lainnya, Salsa tahu orangtuanya semakin sering mengeluh. Apa-apa serba mahal. Bahkan ibunya sempat bingung mencari uang untuk biaya masuk sekolah Muti, adik Salsa yang tahun ini harus masuk sekolah dasar.
Kalau sudah melihat orangtua pusing begitu, mana mungkin tiba-tiba Salsa merengek minta liburan, kan?
Ah, sebenarnya setiap liburan tiba Salsa tidak pernah benar-benar mengisi liburan seperti teman-temannya. Boro-boro ke luar kota seperti Alika, ke luar komplek rumahnya saja jarang. Liburan selama ini lebih banyak diisi di rumah. Kalau tidak membantu ibunya, ya menemani Muti bermain.
Seminggu lalu, ibunya sempat memutuskan untuk bisnis kue kecil-kecilan. Kue kering yang kemudian dijual ke beberapa toko. Ada juga yang pesanan. Nah, dari situlah Salsa kepikiran untuk belajar memasak seperti ibu.
Selama ini, ibu belum mengizinkan Salsa membantu memasak sepenuhnya. Paling Salsa kebagian disuruh-suruh membeli bahan kue yang kurang atau menjaga Muti yang rewel. Terlebih, biasanya Ibu lebih banyak memasak kue-kue untuk jualan itu dari tengah malam sampai subuh. Wuih, Salsa kan lagi ngantuk-ngantuknya.
“Bu, Salsa mau belajar bikin kue ya selama liburan ini, sambil bantu-bantu Ibu,” kata Salsa.
“Boleh. Tapi Ibu kasihan sama Salsa. Ibu kan membuat kuenya tengah malam. Nanti kamu mengantuk,” kata Ibu.
“Ya, Salsa kan liburan. Jadi siangnya bisa istirahat,” kata Salsa.
Tapi belum sempat belajar, sore harinya Salsa melihat Ibu dan Ayah berdiskusi di ruang tengah.
“Keuntungan membuat kue kita sangat kecil. Tidak seimbang dengan waktu dan tenaga yang Ibu habiskan untuk memasaknya,” kata Ayah.
“Habis kue-kue yang Ibu buat banyak juga yang bikin dan jual,” kata Ibu.
“Kalau begitu kitaharus buta yag lainnya,” kata Ayah.
“Iya, tapi apa?” Ibu pusing.
“Bagaimana kalau keripik pisang. Bahannya bisa diambil dari kebun kita,” saran Ayah.
“Tapi keripik pisang juga sudah ada yang jual,” kata Ibu.
“Harus dibuat lain rasanya,” saran Ayah.
“Iya, Ayah. Rasanya harus modern. Harus ada rasa keju, cokelat, brownies, strawberi,” Salsa tak tahan memberi usulan. Saat ini teman-temannya memang lebih suka jajanan aneka rasa seperti itu.
“Wah, ide Salsa hebat!” kata Ayah. “Ayo kita coba dulu beberapa resepnya!”
Ibu akhirnya mulai mengolah keripik pisang anekarasa itu. Mulanya ada beberapa rasa yang kurang enak. Salsa yang diminta mencoba berusaha menjawab apa adanya.
“Ibu, ini keripik pisang kejunya terlalu asin,” kata Salsa.
Ibu kemudian mencoba mengubah resepnya. Sampai akhirnya ditemukan resep yang pas untuk bahan-bahan setiap jenis keripik pisang.
Mereka kemudian memasak beberapa keripik pisang aneka rasa itu. Ketika hari pertama, ibu belum terlalu banyak membuat. Takut kurang laku. Ternyata yang membeli pun tidak terlalu banyak. Sisa keripik pisang yang tidak terjual dibagikan ayah kepada teman-teman ayah di kantor. Salsa juga mengantar beberapa bungkus ke teman-temannya. Ibu kebagian membagi-bagikan beberapa bungkus ke pengajian.
Beberapa hari kemudian, teman-teman Salsa dating ke rumah memesan keripik pisang buatan Ibu. Ada yang memesan keripik pisang keju, ada juga yang rasa cokelat dan stroberi. Begitu juga teman-teman Ayah. Tak kalah banyaknya adalah teman-teman pengajian ibu.
Seminggu kemudian Ibu mulai kewalahan menerima pesanan keripik pisang itu. Orang-orang mulai bertanya nama keripiki pisang itu.
“Namanya Keripik Pisang Salsa!” begitu kata Ibu. Soalnya yang menemukan idenya memang Salsa.
Wah, Salsa bangga sekali. Apalagi kemudian keripik pisang Salsa itu diliput di Koran dan majalah.
Tiga bulan kemudian Ibu punya sebuah toko kue sendiri di tempat yang cukup ramai. Ayah memutuskan berhenti bekerja untuk membantu Ibu memulai bisnisnya.
Tentu saja Salsa, ayah dan Ibu tak akan berhenti menemukan resep baru untuk dijual di toko itu. Salh satu di antaranya adalah membuat aneka rasa pada masakan mpek-mpek yang sudah terkenal itu. Jangan heran ya kalau nanti akan ada mpek-mpek rasa stroberi, keju ataupun cokelat dari toko kue Salsa. Soalnya saat ini Ibu sedang mengolah dulu resepnya.

^_^

1 comment:

Sfatimah Azzahra said...

Kak, boleh nggak kalo aku gunakan nama judul cerita itu untuk KKPK yang akan kubuat??