Friday, June 06, 2008

HORE, 8 Juni 2007



Pedang dari Masa ke Masa

“Aku seorang kapiten. Mempunyai pedang panjang …”

Kalian tahu lagu itu? Hm, lagu itu meceritakan tentang kegagahan seorang kapiten yang mempunyai pedang panjang. Meskipun demikian, pedang bukan hanya dimiliki oleh seorang kapiten, tapi banyak orang. Nah, sekarang kita kenal lebih jauh tentang pedang, yuk!

Pedang adalah senjata tajam yang memiliki bilah panjang. Pedang dapat memiliki dua sisi tajam atau hanya satu sisi tajam saja. Di beberapa kebudayaan jika dibandingkan senjata lainnya pedang biasanya memiliki prestise lebih atau paling tinggi.

Pedang memiliki dua bagian, yakni bilah dan gagang. Bilah pedang biasanya dibuat dari logam keras seperti besi atau baja. Meski begitu terdapat pedang dari emas yang digunakan sebagai hiasan saja. Untuk latihan biasanya pedang kayu yang digunakan, meski pedang dari kayu keras masih berbahaya. Senjata serupa pedang dan tombak yang menggunakan bilah kayu keras digunakan oleh suku-suku asli amerika tengah dan selatan yang pada saat kolonisasi Eropa belum mengenal logam.

Gagang pedang adalah bagian untuk memegang pedang. Pada beberapa jenis pedang gagangnya memiliki penahan di atas dan di bagian bawahnya, penahan bagian atas biasanya untuk menahan tangan ketika melakukan serangan.



Sejarah Pedang


Manusia telah membuat dan menggunakan senjata berpedang dari mulai zaman perunggu.. Pedang berukuran lebih dari 1,5 meter. Bagian gagang pedang pada mulanya memungkinkan cengkraman yang kuat, dan mencegah kemungkinan tangan terpeleset ketika melakukan tusukan kearah sasaran.

Pedang zaman perunggu pertama kali mucul dengan bentuk seperti daun di sekitar laut tengah dan laut hitam, dan di Mesoppotamia. Pedang dari zaman perunggu nordic sekitar 1400 SM menunjukkan karakteristik pola spiral. Produksi pedang di china dimulai dari zaman Dinasti Shang.

Pedang besi mengalami kenaikan penggunaan pada abad 13 SM. Bangsa Hittie, Myceania, Yunani, dan Proto-Celtic Halstatt memiliki kebudayaan yang memiliki kaitan dengan penggunaan awal pedang besi. Besi memiliki kelebihan dalam produksi massal dengan ketersediaan bahan baku yang banyak. Pedang besi pada masa awal tidak bisa dibandingkan dengan pedang baja masa sekarang; lebih lunak dan rapuh, ini bahkan lebih jelek daripada pedang perunggu yang bagus kualitasnya, tetapi dengan produksi yang lebih mudah, ketersediaan bahan baku membuat seluruh pasukan dapat menggunakan senjata logam, walaupun pasukan mesir pada zaman perunggu sudah melengkapi pasukkannya dengan senjata perunggu.

Kemudian para penempa mempelajari bahwa menambahkan sejumlah karbon (dimasukkan pada saat peleburan dalam bentuk bebatuan) kedalam besi, mereka dapat membuat logam yang lebih baik (sekarang dikenal dengan sebutan "besi baja").

Ketika memasuki zaman klasik, bagi bangsa Parthia dan Sassanid di Iran, pedang besi sudah menjadi umum. Xiphos dari Yunani dan Gladius dari Romawi adalah contoh sejenis, memiliki panjang 60-70 cm. Kekaisaran Roma akhir memprkenalkan Spatha yang lebih panjang (istilah untuk pemakainya, spatharius, menjadi pangkat kerajaan di Konstantinopel), dan mulai saat itu, istilah "pedang panjang" dialamatkan pada pedang yang termasuk panjang dalam periode ini.

Pedang baja China muncul pada masa abad ke 3 SM Dinasti Qin. Dao dari china adalah pedang bermata satu, terkadang diterjemahkan sebagai sabre atau broadsword, dan Jian bermata dua.

Zaman Pertengahan Akhir dan Renaissance

Dari sekitar tahun 1300, dengan semakin tebal dan bagus produksi zirah, desain pedang terus berevolusi dengan cepat. Transisi utamanya ialah perpanjangan gagang pedang, memungkinkan penggunaan dua tangan, dan mata pedang yang lebih panjang.

Pada 1400 pedang seperti ini dinamai dengan Langes Schwert ( longsword ) atau pedang panjang atau spadone, telah umum, dan beberapa Fechtbucher pada abad 15 dan 16 menawarkan bagaimana menggunakan pedang tersebut. Varian lain adalah pedang penusuk zirah dengan tipe estoc. Pedang panjang terkenal dengan jangkauan ekstrim dan kemuampuan memotong serta menusuknya.

Tipe estoc menjadi terkenal karena kemampuannya untuk menembus gap antara pelat zirah. Pegangannya terkadang dilapisi dengan kabel atau kulit binatang untuk membuat pegangan yang lebih mantap dan membuatnya lebih sulit dijatuhkan dari si pengguna pedang.

Pada abad ke 16, Doppelhander (disebut Zweihander sekarang) membuat tren peningkatan ukuran dari pedang, dan zaman moderen kembali kepada desain pedang yang ringkas dan ringan dengan penggunaan satu tangan.

Pedang di zaman ini menjadi senjata paling personal, paling prestisius, dan paling mematikan untuk pertempuran jarak dekat, tetapi ditolak dalam penggunaannya oleh militer karena pergantian teknologi peperangan. Bagaimanapun, pedang tetap menjadi peran kunci dalam beladiri sipil.


Rapier merupakan evolusi dari espada ropera dari Spanyol sekitar abad ke i6. Baik rapier maupun schiavona dari italia mengubah bentuk crossguar menjadi seperti keranjang untuk perlindungan bagian tangan. Selama abad ke 17 dan 18, pedang pendek yang lebih ringkas menjadi bagian esensial dari fashion di negara-negara eropa dan dunia baru, dan orang terkaya dan pejabat militer memilikinya. Baik pedang pendek maupun Rapier menjadi populer sebagai pedang eropa untuk berduel hingga abad ke 18.

Jarang Digunakan

Setelah pemakaian pedang ketinggalan zaman, tongkat bantu berjalan menjadi bagian dari pakaian gentelman. Beberapa contohnya ialah pedang tongkat yang memasukkan mata pedang kedalam tongkat untuk menyamarkannya. beladiri la canne dikembangkan untuk bertarung menggunakan tongkat ini dan sekarang berevolusi menjadi olahraga.

Setelah masa penggunaanya telah usai, pedang telah menjadi alat pertahanan diri dibandingkan menjadi perangkat persenjataan di medan perang setelah zaman moderen. Bahkan sebilah pedang telah berkurang penggunaanya setelah abad 19, karena kalah praktis dengan senjata api..

Pedang masih digunakan, namun hanya sebatas pada pejabat militer dan seragam upacara kemiliteran saja, walaupun kebanyakan tentara menggunakan kavaleri berat sebelum PD II. Seperti kavaleri inggris yang sudah mendesain unit pedang kavaleri baru, tetapi diganti menjadi kavaleri lapis baja pada masa akhir 1938. Tetapi peperangan menggunakan kavaleri dan pedang masih terjadi di era PD II, ketika tentara Jepang bertempur melawan penduduk pasifik, para penduduk itu masih menggunakan pedang. Tetapi pasukan jepang dengan senjata moderen dengan mudah menundukkan para prajurit berpedang itu.

Golok

Peadang bermata ganda banyak digunakan di Tiongkok, Mediterania, dan Skandinavia. Pedang jenis ini memiliki kemampuan sama baiknya untuk menebas dan menusuk. Berikut daftar nama-nama pedang bermata ganda: Gladius, Jian/Kiam, Spatha, Rapier, Urumi/Chuttuva dan Xiphos

Pedang bermata tunggal biasanya adalah pedang yang dimaksimalkan untuk fungsi tebasan. Oleh karenanya Xenophon (Prajurit dan sejarawan Yunani kuno) menyarankan kavaleri untuk menggunakan peadang jenis ini (Makhaira) dibandingkan Xiphos.

Pedang bermata tunggal biasanya mempunyai lengkungan, biasanya ke belakang(sisi tajam berada di luar lengkungan), walau ada yang lurus atau memiliki lengkungan ke depan(sisi tajam berada di dalam lengkungan). Kegunaan lengkungan adalah untuk memperlebar lukaan akibat tebasan. Berikut nama-nama pedang bermata tunggal: Bolo, Clurit, Dao, Golok, Kampilan, Katana, Kilij, Kopis, Machete, Makhaira, Mandau, Parang, Saber dan Scramasax

Jika kalian sudah nonton film Narnia, Lord of The Ring ataupun film fantasi lainnya, kalian akan mengenal beberapa jenis pedang yang disebutkan di atas.
(ben)

No comments: