Friday, August 15, 2008

Cernak, 17 Agustus 2008


Pencarian Akira

Oleh Benny Rhamdani

Akira adalah puteri cantik seorang bangsawan. Banyak orang yang memuji kecantikannya, dan tidak sedikit pemuda yang mencoba meminangnya. Namun Akira belum menerima satu pun pemuda yang meminangnya itu.

“Anakku, mengapa kamu tidak meilih satu dari pemuda yang meminangmu? Padahal di antara mereka ada yang kayaraya, ada yang cendikiawan, ada putra pejabat,” tany Pak Akihito.

“Aku belum mau menikah sebelum aku menemukan jawaban dari mimpiku, yah,” jawab Akira.

“Memangnya apa mimpimu?” tanya Bu Akihito.

“Aku bermimpi didatangi seekor burung kecil. Burung itu memberitahuku, bahwa aku sebenarnya bukanlah anak kalian. Aku masih memiliki seorang ibu yang saat ini tengah bersedih hatinya,” kata Akira.

Pak Akihito dan Bu Akihito terkejut mendengarnya. Tapi akhirnya mereka menceritakan kejadian sebenarnya yang selama ini dirahasikan dari Akira.

Akira ternyata memang bukan anak kandung mereka. Sepasang suami isteri Akihito tidak pernah bisa mendapatkan anak meskipun sudah lama menikah. Akhirnya mereka berdoa di Gunung Fuji, mengharapkan agar mendapat seorang anak.

Dalam perjalan turun gunung mereka menemukan seorang bayi dalam keranjang yang tergeletak di rumput. Bayi itu hampir saja menjadi santapan seekor ular besar. Tapi Pak Akihito bisa menyingkirkan ular itu. Mereka kemudian membawa sang bayi ke rumah.

“Kami pikir bayi itu pasti dibuang orangtuanya karena ditelantarkan di hutan. Makanya kamiu membawamu ke rumah,” kata Pak Akihito.

“Dan kami pikir pula, kamu adalah jawaban dari doa-doa yang kami panjatkan di Gunung Fuji,” kata Bu Akihito.

Mendengar cerita tersebut, Akira sempat bersedih hatinya. Tapi dia tak ingin menyesali apa yang terjadi. Apalagi keluarga Akihito sudah membesarkannya dengan kasih sayang.

Beberapa hari setelah itu, Akira memohon izin kepada ayah dan ibunya untuk berkelana. Dia ingin mencari orangtua kandungnya. Dan jika mimpi itu adalah petunjuk baginya, Akira berharap bisa bertemu dengan ibu kandungnya.

“Pergilah, anakku. Kami tidak bsia mencegahmu. Tapi jangan lupa kembali kepada kami. Kami sangat menyayangimu,” kata Pak Akihito sedih.

Akira pun berjanji tidak akan meninggalkan keluarga Akihito. Akira kemudian berjalan meninggalkan rumah. Tujuannya adalah desa-desa di sekitar kaki gunung Fuji.

Di perjalanan Akira bertemu berbagai macam cobaan. Sekali dia pernah dihadang serombongan perampok. Tapi untungnya selama ini Akira telah berlatih beladiri dari Pak Akihito. Dengan pedang di tangannya, Akira berhasil melumpuhkan para perampok itu.

Di perjalanan lain, Akira sempat pula dihadang binatang buas. Tapi karena sejak kecil Akira selalu diajari mencintai hewan oleh Bu Akihito, binatang itu akhirnya tidak jadi menyerang Akira. Bintang buas itu kemudian pergi membiarkan Akira lewat.

Ketika hujan deras turun, Akira biasanya berteduh di kedai-kedai kecil. Pada saat itulah orang-orang di kedai biasa menggodanya. Tapi Akira tidak mau meladeninya. Jika keterlaluan barulah Akira mengeluarkan jurus silat sehingga orang-orang di kedai itu pun tak berani lagi mengganggunya.

Suatu hari Akira tiba di sebuah pasar yang ramai pengunjungnya. Akira bingung memandangi wajah-wajah di pasar itu. Semuanya sibuk sekali. Tapi kesibukan itu kemudian berubah secara tiba-tiba.

“Ada begundal!” teriak orang-orang dari gerbang pasar.

Para pedagang kemudian sibuk merapikan dagangan mereka. Para pembeli berlarian tak menentu arah. Akira jadi bingung.

“Gadis cantik, sembunyilah di warungku!” teriak seorang ibu tua penjual jamur.

“Kenapa harus sembunyi, Bu?” tanya Akira.

“Para begundal itu sangat jahat. Dia tidak hanya merampas barang dagangan kami, tapi juga menculik gadis-gadis secantik sepertimu,” kata ibu penjual jamur.

“Tapi, Bu, kalau kita terus sembunyi dari mereka, kiita tidak akan bisa hidup tenang. Kita harus melawan mereka,” kata Akira.

“Mereka sangat banyak dan kuat,” kata penjual jamur. “Ayolah, sembunyi denganku!”

Belum sempat Akira sembunyi tahu-tahu sejumlah orang berkuda sudah menghadangnya.

“Hahahaha! Gadis manis, ikutlah dengan kami!” kata seorang lelaki dari mereka yang sepertinya pemimpin mereka.

Tangan mereka bermaksud emangkap Akira. Tapi akira tidak tinggal diam. Dia melawan mereka. Dan dengan ilmu silatnya yang tinggi, kira berusaha menghajar mereka.

Beberapa pedagang yang semula bersembunyi, kemudian melihat pertempuran Akira. Lama-kelamaan mereka merasa kasihan melihat Akira bertempur sendirian. Rntah siapa yang memulai, akhirnya para pedagang itu pun mengambil senjata dan ikut bertempur melawan gerombolan begundal itu.

Akhirnya gerombolan itu banyak yang terluka dan pergi. Mereka kalah.

Akira yang bertempur tadi tampak terluka. Ibu penjual jamur segala menyilakan Akira berbaring di dipannya. Dia membuka lengan baju Akira untuk mengobati lukanya. Betapa terkejutnya ibu itu ketika melihat tanda lahir di lengan Akira.

“Siapakah kau sebenarnya?” tanya Ibu penjual jamur itu.

Akira pun menceritakan siapa sebenarnya. Juga maksudya berkelana mencari orangtua kandungnya.

Ibu penjual jamur itu kemudian menyobek lengan bajunya. Ternyata dia pun memiliki tanda lahir yang sama dengan Akira.

“Kamu adalah anakku yang hilang dulu!” kata penjual jamur sambil memeluk Akira dengan rasa haru.

Ibu penjual jamur itu kemudian bercerita. Saat itu dia dan suaminya sedang mencari jamur hutan. Akira yang masih bayi diajak serta. Namun tiba-tiba suaminya terkena patuk ular berbisa. Ibu itu panik. Dia berusaha kkuat menyelamatkan sumianya. Dalam kepanikan itu dia lupa dengan bayinya. Tapi ternyata nasibnya memang malang. Dia tak hanya ditinggal suaminya yang dijemput ajalnya, tapi juga kehilangan bayinya.

“Bertahun-tahun aku merindukan anakku. Aku yakin anakku tidak dimakan bintang hutan,” ucap penjual jamur.

Akira akhirnya mengajak ibu kandungnya tinggal bersama keluarga Akihito. Untungnya Keluarga Akihito tak keberatan. Setelah bertemu ibu kandungnya, Akira pun mau menerima saran untuk menikah.

Kira-kira dia menikah dengan siapa ya?

^-^

2 comments:

Shafira Anindia said...

eh, k.benny...cerita ini ada d buku mana?...
jd penasaran...

Benny Rhamdani said...

to Fira:
ini nggak dibukuin kok ... eh belum kali ya... buat di blog aja dulu.