Friday, February 20, 2009

Cernak, 22 Februari 2009


Misteri Pedang Persia


Oleh Benny Rhamdani



Aziz tengah mengembalakan domba ketika tiba-tiba datang angin topan. Dia kebingungan karena harus menyelamatkan domba-dombanya. Padahal nyawanya terancam.

“Ya Allah, tolong selamatkan kami semua,” doa Aziz karena angin dahsyat itu semakin dekat. Domba-domba itu bukan miliknya. Azis hanya menggembalakan saja demi mendapatkan upah.

Azis terus menghalau domba-dombanya agar memasuki sebuah gua. Sayangnya, ketika domba terakhir masuk, angin itu menerpa Aziz yang masih di luar. Tubuh Azis terombang-ambing di udara. Seperti mainan saja. Karena tak kuat menahan sakit, Azis pun pingsan.

Entah berapa lama Azis pingsan. Saat sadar, Azis menemukan dirinya berada di sebuah tempat yang asing. Dia melihat puing-puing bangunan tua di sekelilingnya.

Cring!

Mata Azis silau ketika melihat ke satu sudut. Ada benda logam yang memantulkan cahaya matahari. Azis pun mendekati benda itu.

“Pedang!” seru Azis ketika di dekat benda menyilaukan itu. Ya, sebilah pedang menancap di sebuah batu hitam licin.

Azis memegang gagangnya. Dia mencabut dengan dua tangannya. Pedang itu terangkat. Seiring dengan itu sebuah halilintar menggelegar. . Tubuh Azis pun bergetar keras. Azis merasakan tubuhnya berubah menjadi lebih berotot.

“Apa yang terjadi? Pedang apa ini?” tanya Azis sambil melihat bilah pedang di tangannya.

Tiba-tiba di lempengan pedang itu muncul gambar seperti televisi.
Pemilik pedang itu adalah Prince Persia yang hidup dua ratus tahun lalu. Kala itu kerajaan didatangi monster yang akan melenyapkan keluarga kerajaan. Prince Persia membuat sebuah pedang dari campuran logam mulia. Dengan pedang itu Prince Persia berhasil menewaskan monster itu. Sayangnya, Prince Persia juga ikut wafat.

Pedang itu menancap di sebuah batu. Tak seorang pun bisa mengambilnya. Sampai bila monster itu kembali datang dua ratus tahun kemudian, seorang pilihan akan berhasil mencabutnya. Kedatangan monster itu akan diawali dengan angina tyopan besar.

“Berarti aku harus menyelamatkan keluarga kerajaan,” pikir Azis.

Tanpa berlama lagi Azis pun menuju kerajaan. Tapi tidak mudah untuk masuk ke dalam istana. Beberapa pengawal langsung menghadang Azis.

“Izinkan aku masuk menemui Raja,” kata Azis.

“Tidak sembarang orang bisa masuk istana,” larang mereka.

“Tapi aku ingin menyelamatkan Raja dan keluarganya,” kata Azis.

Para pengawal itu malah menertawai Azis.

“Istana sudah memiliki orang-orang terpilih sebagai pengawal keluarga kerajaan,” jelas seorang pengawal.

Azis pun mencari cara lain untuk masuk ke istana. Dia berjalan-jalan sepanjang tembok istana. Akhirnya dia menemukan cara denga melompati beberapa bangunan sekitar istana. Hup! Hup!

Saat masuk ke istana, Azis melihat tengah terjadi kegemparan di dalam. Keluarga kerajaan lari ke sana-sini karena kehadiran sebentuk monster menyeramkan.

“Aaargh!” teriak monster itu menyeramkan.

Beberapa pengawal berusaha menghalau. Tapi mereka malah dihajar oleh monster itu. Bahkan panah dan tombak sama sekali tidak melukai monster itu.

Azis segera turun mendekati monster. Dia pun mengeluarkan pedangnya.

“Ziapha kaurgggh?” tanya monster itu kaget melihat Azis membawa pedang yang dulu dipakai Prince Persia.

“Aku penggembala domba. Namaku Azis,” jawab Azis.

Monster itu tertawa. Dia mengarahkan tangan besarnya ke arah Azis, tapi Azis melompat. Tangan Azis mengayunkan pedang ke tangan monster. Rupanya pedang itu bisa melukainya. Monster itu teriak kesakitan.

Monster makin marah. Dia balas menyerang Azis. Tapi Azis juga menyerangnya. Pertempuran sengit terjadi. Tidak hanya di dalam istana, bahkan mereka berkelahi sampai di halaman istana.

Ketika sore tiba, Azis melemparkan pedangnya ke arah mata kiri monster. Di sanalah kelemahan monster itu.

Monster itu akhirnya mati dan lenyap. Kerajaan pun bersorak senang.

“Siapakah engkau, anak muda? Kau telah menyelamatkan keluarga kerajaan. Maukah kau menikah dengan puteriku?” tanya Raja kemudian.

“Raja yang Mulia, bukan hamba menolak kehendak Raja. Tapi umurku masih teramat muda untuk menikah. Lagipula aku tidak tahu puteri mencintaiku atau tidak. Aku masih ingin bertualang keliling dunia dengan pedang ini. Aku ingin menghalau banyak kejahatan,” kata Azis.

Raja mau memahami Azis. Dia tidak marah. Raja menghadiahkan Azis sekantung uang emas.
Azis menerima hadiah itu. Tapi dia tidak menyimpannya semua. Sebagian besar dia bagikan kepada rakyat miskin.

Azis kemudian meneruskan langkahnya berkelana ke segala penjuru dubia. Denfgan pedangnya itu, dia bertekad membasmi kejahatan.

^-^

No comments: