Friday, May 08, 2009

Cernak, 10 Mei 2009


Petulangan Flio

Oleh Benny Rhamdani

Flio adalah seekor kumbang kepik pemalas. Dia lebih senang tidur di atas daun yang empuk daripada bermain dengan temannya.

Suatu hari, angin kencang meniup daun yang ditiduri Flio. Daun itu terbang melayang ke angkasa. Flio sama sekali tak terbangun dari tidurnya. Setelah lama melayang, barulah daun itu jatuh di atas aliran sungai.

“Wah, di mana aku?” tanya Flio yang terbangun karena kebasahan. Dia membuka sayapnya dan hinggap di sehelai daun pohon menjalar di sisi sungai.

Flio melihat sekelilingnya. Dia tak mengenali sama sekali apa yang dilihatnya. Tak lama kemudian Flio melihat seekor kumbang sedang mengangkat setumpuk ranting kering. Flio pun mendekatinya.

“Maaf, aku ingin tahu tempat apa ini?” tanya Flio.

“Apa? Kau berada di sini tapi tidak tahu nama tempatnya?” kata kumbang itu.

“Aku terbawa angin saat tertidur di atas daun,” jelas Flio.

“Kau sekarang berada di ladang kentang.”

“Sepertinya aku tersesat jauh. Maukah kau menolongku menunjukkn arah menuju bukit Manglayang?” pinta Flio.

“Ya, tapi bantu aku dulu mengangkat ranting-ranting ini. Oh iya, namaku Tabibo,” kata kumbang itu.

Flio mengangkat sebagian ranting-ranting itu. “Mengapa kau membawa banyak ranting? Musim dingin masih lama.Kau belum memerl;ukan terlalu banyak kayu bakar, kan?” tanya Flio.

“Ranting-ranting ini bukan untuk kayu bakar. Ini ranting-ranting pilihan dari tumbuhan obat,” kata Tabibo.

“Oh, begitu ya. Jadi kau adalah tabib kumbang,” kata Flio.

“Nanti akan kuberi tahu beberapa manfaat ranting ini,” janji Tabibo.

Tak berapa lama kemudian, mereka pun tiba di kediaman Tabibo. Beberapa ekor kumbang sudah menunggu kedatangan Tabibo untuk berobat.

“Tunggu sebentar ya. Aku akan meramu obat-obatnya dulu,” kata Tabibo kepada mereka.

Tabibo pun mengajak Flio membantunya. Tabibo mengajari Flio mengenal manfaat ranting dan kegunannya untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Tabibo juga mengajarkan Flio meramu aneka ranting menjadi semangkuk obat yang diseduh.

Karena asyiknya, Flio hampir saja lupa pulang. Dia pun meminta Tabibo menunjukkan jalan pulang. Dia tahu Tabibo tak bisa mengantarnya karena banyak kumbang yang memerlukan bantuannya.

“Pergilah ke utara,” kata Tabibo singkat.

Flio berterimakasih atas pelajaran berharga dari Tabibo dan petunjuknya. Dia pun bergegas menuju ke utara.

Di tengah perjalanan Flio merasa lapar. Dia tak bisa menahan laparnya lagi ketika menium aroma masakan yang harum. Flio pun mencari sumber aroma itu. Ternyata ada seekor kumbang sedang memasak kue.

“Hai, namaku Flio. Aku tersesat di ladang kentang ini dan sedang berusaha pulang ke Manglayang. Tabibo memberitahukuuntuk pergi ke utara.Tapi aku lapar sekarang. Bolehkah akumeminta kuemu?” tanya Flio.

“Namaku Klokli. Kau bisa mendapatkan kue-kue yang kubuat asal kau mau membantuku,” kata kumbang itu.

“Apa yang bisa kubantu?” tanya Flio.

“Aku harus membuat masakan untuk anak-anak di ladang kentang ini. Kumbang yang biasa membantuku sakit dan sedang berobat ke Tabibo. Aku sekarang kerepotan memasak sendirian,” kata Kloklio.

Flio pun bersedia membantu Kloklio. Ternyata Kloklio meminta Flio membuat dua adonan kue lezat. Kloklio meminta Flio mengumpukan bahan-bahannya, kemudian menakarnya dengan tepat, mencampurkannya, dan mengolahnya jadi adonan kue. Setelah dua adonan kue lezat masuk ke proses dipanggang, Flio boleh selesai membantu.

“Sekarang kau boleh mengambil kue-kue yang ada sesukamu,” kata Kloklio.

Flio pun memilih kue yang bentuknya menggiurkan. Setelah kenyang, Flio pun meneruskan perjalanan.

Oow, Flio kebingungan ketika akhirnya berada di ujung ladang kentang. Ada batu besar yang membelah jalan menjadi ke kiri dan ke kanan.

“Mana yang harus kupilih?” Flio bingung.

“Hai, sepertinya kau sedang bingung,” tiba-tiba terdengar suara kumbang di belakang Flio.

Flio menoleh. “Namaku Flio. Aku sedang mencari jalan menuju ke bukit Manglayang,” kata Flio.

“Mengapa tidak melihat peta saja? Di pondok bacaku ada peta lengkap. Ayolah ikut aku. Oh iya, namaku Byuku,” kata kumbang itu.

Flio pun mengikuti Byuku menuju pondoknya. Wah, ternyata banyak sekali bahan bacaan di pondoknya. Saat Byuku mencarikan peta, Flio melihat-lihat beberapa buku.

“Ini petanya kutemukan. Dan kuarasa ini letak bukit manglayang,” kata Byuku sambil membuka peta.

Flio meletakkan buku yang sedang dibacanya. Mulanya dia sedikit bingung membaca peta. Tapi Byuku menjelaskannya hingga mengerti. Sekarang Flio jadi lebih tahu arahnya.

“Kulihat kau suka dengan buku itu. Bawalah untuk hadiah dariku,” kata Byuku sebelum Flio pergi.

“Ya, aku suka. Terima kasih, Byuku. Kalau sudah selesai membacanya, aku akan mengembalikan padamu,” kata Flio.

“Tidak usah repot-repot. Jika kau sudah selsai membaca, pinjamkan saja kepada teman-temanmu agar lebih banyak yang membaca buku itu,” kata Byuku.

Flio pun kembali melanjutkan perjalanannya. Kini, ia semakin mudah mengenali arah berkat peta. Tidak berapa lama kemudian Flio pun samapai di Manglayang. Keluarga dan teman-temannya tampak senang melihat kedatangan Flio.

Flio pun menceritakan petualangannya. Dia kini menyadari betapa waktu yang dimilikinya sangat berharga. Flio tak mau lagi tidur sepanjang hari. Dia bisa membuat obat dari ranting kayu, bisa juga membuat kue atau membaca buku.

^-^

No comments: