Friday, May 01, 2009

Cernak, 3 Mei 2009


Pencurian di Bus Malam

Oleh Benny Rhamdani


“Kita sampai Kediri berap lama lagi, Paman?”

“Masih lama. Tidur aja dulu. Salah satu alasan Paman mengajak naik bis malam, biar bisa tidur lelap di perjalanan,” kata Paman Dika.

Sebenarnya Paman Dika mengajak Firman ke Kediri rencana awalnya akan naik kereta. Tapi karena sedang musim liburan, kereta api penuh.

“Hoah….” Firman tak sanggup lagi menahan kantuknya. Dia tertidur tak lama kemudian. Firman baru terjaga dari tidurnya ketika mendengar suara teriakan dari salah seorang penumpang perempuan.

“Tolong! Ada yang maling dompet sama handphone saya!”

Penumpang lainnya yang juga tertidur, langsung bangun siap siaga. Termasuk Paman Dika. Bis pun langsung berhenti mendadak di sisi jalan.

“Jangan ada yang keluar bis dulu!” teriak si supir. “Pencurinya pasti masih ada di dalam bis.”

Semua penumpang langsung berisik dan saling memandang curiga. Perempuan yang kehilangan barangnya itu kini menangis. Dia duduk tepat di belakang Firman.

“Biar saya yang bantu mencari. Saya polisi,” kata Paman Dika .memperkenalkan dirinya kepada Supir,

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengajukan beberapa pertanyaan kepada korban bernama Fifi. Perempuan itu duduk di dekat jedela, sementara di sampingnya kosong. Padahal saaat berangkat ada seorang perempuan berjaket. Kesannya sangat misterius.

.Paman Dika meminta kondektur untuk menghitung jumlah pasti penumpang. Menurut kondektur, dia mengumpulkan uang dari 20 sejak berangkat. Hingga sekarang pun masih 20. padahal penumpang yang di samping Mbak Fifi sudah hilang.

Paman Dika kemudian melanjutkan pemeriksaan untuk mengumpulkan data penumpang. Kebanyakan mengaku tidak mengamati wajah di samping Mbak Fifi.

“Yang pasti pencurinya belum turun dari bis ini,” kata Paman Dika.

Akhirnya, diputuskan untuk menggeledah tas penumpang. Tapi usaha itu sia-sia. Barang Mbak Fifi yang hilang tidak ditemukan di tas siapapun. Begitu juga ketika nomor handphone Mbak fifi dihubungi, tidak ada sambungan. Pencurinya tentu sudah mematikan handphone curian itu.

“Aku tahu siapa yang mencuri teleponnya,” bisik suara perempuan tiba-tba di depan bangku Firman. “Tapi aku nggak mau kasih tahu. Soalnya, sebelum aku naik bisa aku sempat dibentak-bentak sama mbak yang kehilangan handphone itu.”

“Pasti ada sebabnya,” kata Firman.

“Iya sih. Aku tidak sengaja menumpahkan susu kotakku ke pakaiannya sewaktu di ruang tunggu keberangkatan tadi. Tapi aku kan sudah minta maaf. Eh, mbak itu masih marah-marah,” tutur anak perempuan itu.

“Oh begitu. Ya, mungkin dia kesal. Oh iya, namaku Firman. Kamu siapa?”

“Vita.”

“Kamu mau berbagi soal pencuri telepon itu?” tanya Firman.

“Saat bis baru berangkat tadi, jerukku jatuh. Aduh, hari ini aku berbuat banyak tolol. Susu kotak tumpah, jeruk jatuh. Nah, aku cari jeruk itu di kolong. Nggak tahunya menggelinding ke bawah kaki mbak itu. Saat aku mengambil jeruk di kolong, aku melihat hal aneh di bawah,” papar Vita.

“Hal aneh apa?” Firman penasaran.

“Orang yang duduk di sebelahnya kan perempuan pakai rok. Tapi dia pakai sepatu olahraga untuk lelaki,” kata Vita.

“Kamu ingat bentuk sepatu olahraganya?” tanya Firman.

“Tentu saja.”

Firman mengangguk mantap. Dia kemudian memberitahu Paman Dika soal petunjuk Vita. Paman Dika kemudian mengambil langkah cepat, mencri sepatu yang bentuknya dikenali Vita. Dan ternyata ada dua lelaki yang emakai sepatu itu di dalam bis. Kok lelaki ya?

“Bisa dipatikan pelakunya memang satu darui dua orang ini. Tentunya dia tadi menyamar sebagai perempuan. Masalahnya, kalu salah satu dari lelaki ini berkumis atau berjanggut akan mudah menebak mana tadi yang menyamar,” kata Paman Dika.

“Sepatunya tadi menginjak permen karet. Dilihat saja alasnya,” kata Vita.

Paman Dika meminta keduanya memperlihatkan alas sepatunya. Akhirnya didapati seorang penumpang lelaki yang duduk sendiri di bagian belakang bis. Paman Dika menggeledah kembali orang itu. Memang tidak ditemukan barang bukti. Tapi ketika diperiksa bagian bawah jok kursi yang didudukinya, Paman Dika menemukan HP dan dompet.

Setelah didesak, pria itu mengakui perbuatannya.

“Saya mencuri ketika hampir semua penumpang bis terlelap. Setelah mencuri dompet dan HP penumpang di sebelah saya, terus cepat-cepat bertukar pakaian menjadi lelaki. Pakaian perempuan tadi langsung saya buang lewat jendela. Saya pun pindah tempat duduk,” tutur pria itu.

Di kantor polisi terdekat, pria itu kemudian diturunkan dan dilaporkan kejahatannya. Mbak Fifi senang karena hartanya bisa kembali lagi. Mbak fifi tak lupa meminta maaf dan berterima kasih kepada Vita. ^-^

No comments: