Friday, November 27, 2009

Cernak, 29 November 2009


Prince Alif

oleh Benny Rhamdani

Prince Alif adalah putera mahkota kerajaan Istiqomah. Sejak kecil ia bercita-cita mengelilingi dunia dengan kapal layar. Saat tumbuh dewasa, Prince Alif mengutarakan keinginannya itu kepada ayahanda, Raja Akbar.

“Mengapa kau ingin keliling dunia anakku?” tanya Raja Akbar.

“Aku ingin belajar banyak hal dari segala tempat di dunia ini,” jawab Prince Alif.

“Tapi kau adalah pewaris kerajaan ini. Kaulah yang akan menggantikanku,” kata Raja Akbar sedikit kebaratan.

“Justru itulah, Ayahanda, aku ingin belajar banyak hal. Kelak jika aku jadi raja, aku sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas,” kata Prince Alif.

Raja Akbar tak kuasa menolak keinginan puteranya. Akhirnya, raja Akbar harus memberikan izin agar Prince Alif pergi keliling dunia.

Sebuah perahu layar berukuran besar pun segara disiapkan. Juga sejumlah prajurit gagah perkasa dipilih untuk mengikuti pelayaran Prince Alif.

Sebulan kemudian, Prince Alif pamit untuk berlayar. Raja Akbar tak kuasa menahan sedih. Air matanya menitik perlahan.

“Hati-hati di perjalananmu. Aku selalu mendoakan keselamatanmu. Pakailah kalung ini agar kau senantiasa ingat pada kerajaan ini,” kata raja Akbar menyampaikan pesannya sambil menyodorkan seuntai kalung emas.

“Aku juga akan selalu mendoakan Ayahanda dan Ibunda,” kata Prince Alif.

Acara pelepasan keberangkatan Prince Alif dirayakan secara meriah oleh seluruh rakyat. Mereka juga berdoa agar Prince Alif kembali dengan selamat.

Sepanjang siang perahu layar itu mengarungi samudera luas. Prince Alif tak hanya berpangku tangan di atas perahu. Dia juga ikut mengawasi laju perahu layar. Sesekali ia menjadi nahkoda. Prince Alif juga membantu mengawasi kegiatan di dapur dan kesehatan.

Malam harinya, tanpa diduga datang badai besar. Seisi perahu panik dan sibuk menyelamatkan perahu mereka agar tidak terhempas badai.

“Prince Alif, sebaiknya Anda di dalam saja. Biar kami yang bekerja. Badai sangat kuat,” kata seorang prajurit.

“Tidak, prajuritku. Aku harus belajar menghadapi badai,” kata Prince Alif yang ikut bekerja di geladak sementara badai makin kuat.

Beberapa saat kemudian, Prince Alif melihat seorang prajurit terpeleset dan nyaris tercebur ke laut. Prince Alif dengan sigap meraih lengan prajurit itu agar tidak jatuh ke laut.

Pluk.

Tiba-tiba kalung Prince Alif terjatuh di sisi perahu. Hampir jatuh ke laut. Padahal kalung itu adalah kalung hadiah Raja Akbar. Tapi Prince Alif tidak bisa menggapai kalung itu karena ia sedang berusaha menyelamatkan seorang parjurit.

“Prince Alif, lepaskan aku. Ambillah kalung itu,” kata si prajurit.

Prince Alif tidak memenuhi permintaan prajurit itu. Dia malah terus berusaha menarik tubuh si parjurit. Kalung itu dibiarkannya tercebur ke laut.

“Syukurlah, kau akhirnya selamat!” kata prince Alif begitu berhasil menyelamatkan si prajurit.

“Terima kasih, Prince Alif. Anda telah mengorbankan kalung emas itu hanya untuk menyelamatkan aku,” kata prajurit itu.

“Kau adalah prajuritku. Aku bertanggungjawab untuk menjagamu,” kata Prince Alif.

Prajurit itu terharu. Dia berjanji akan menjaga keselamatan Prince Alif.

Tak lama kemudian badai surut. Para prajurit yang kelelahan pun bisa beristirahat tanang. Keesokan paginya mereka terbangun dengan perasaan tenang. Sebagian prajurit kemudian menebar jala untuk menangkap ikan.

Prince Alif sangat suka makan ikan laut. Apalagi yang masih segar. Itu sebabnya pra koki pun menyiapkan hidangan dari ikan untuk Prince Alif.

Seorang koki yang sedang memotong ikan tiba-tiba terkejut.

“Hai, aku menemukan kalung emas di dalam tubuh ikan yang kupotong!” teriak koki itu.

“Lho, itu kalung emas milik Prince Alif yang terjatuh di tengah badai semalam,” teriak prajurit yang mengenal kalung itu.

“Kalau begitu kita harus kembalikan kepada Prince Alif,” kata si koki.

Prajurit pun mengantar koki menemui Prince Alif. Betapa senangnya Prince Alif ketika melihat kalung emas itu. Dia kemudian berterimakasih kepada koki yang telah menemukan kalung itu dan mengembalikan kepadanya.

“Sebenarnya aku sudah merelakan kalung ini. Tapi rupanya Tuhan masih berbaik hati padaku. Kalung ini dikembalikan lagi kepadaku,” kata Prince Alif.

Prajurit dan koki ikut senang karena melihat Prince Alif tersenyum senang. Mereka mendapat pelajaran berharga untuk berbuat kebaikan karena kelak akan berbuah kebaikan pula.

^_^

No comments: