Friday, January 14, 2011

CERNAK, 16 Januari 2010


Kalung Ibu Hilang


Ibu selalu memakai kalung kesyangannya. Dia memakainya dalam dan luar ruangan, bahkan memakainya di kamar mandi. Dia tidak pernah melepasnya. Kalung itu hadiah dari ayah.


Kalung itu dibuat dibuat khusus oleh ayah kepada tukang emas. Kalung itu terbuat dari emas diselingi dengan lima manik-manik hitam.


Ibu mencintai kalung itu bukan hanya karena ke indahan, tetapi juga karena telah diberikan kepadanya dengan begitu banyak cinta.


Nenek berkata, "Semua wanita harus memiliki satu kalung. ". .


Rahman dan Rita selalu melihat Ibu mengenakan kalungnya. Sampai suatu hari …


"Di mana kalung saya?" tanya Ibu.


Rita mendengarnya dan berlari. "Ada apa, Bu?”


”Ibu tidak bisa menemukan kalung Ibu."


Rita bisa melihat air mata di mata Ibu. Padaha Ibu jarang menangis di depan anak-anak. "Usap air matamu, Bu," kata Rita sambil memberikan sebuah pelukan erat-erat. "Jangan khawatir. Kita akan segera menemukannya."


Rita memanggil Rahman yang segera menghampirinya.


"Apa yang terjadi?" Rahman bertanya. "Barang apa lagi yang hilang?"


Rahman sangat menyayangi adiknya, yang hanya dua tahun lebih muda.


"Rita, kamu selalu kehilangan sesuatu karena tidak menaruh kembali ke tempat barang yang kamu ambil. Kamu juga sering lupa dan meninggalkan barang-barang yang kamu ambil. Pasti sekarag juga begitu?"


"Rahman," kata Ibu, "Bukan Rita. Kali ini Ibu yang kehlangan."


"Pasti menular kebiasaan ini, seperti cacar yang dibawa pulang dari sekolah." Rahman masih belum memahami keseriusan situasi.


"Ibu kehilangan kalungan kesayangan. Ibu tidak bisa menemukannya di mana pun," kata Ibu. "Maukah kamu membantu Rita mencarinya?"


"Ya, tentu saja," kata Rahul. "Kapan ibu melihatnya terakhir?"


"Ibu tidak ingat," jawab Ibu. "Ibu hanya terbiasa melihatnya di leher. Ibu baru tau tadi ketika menyisir rambut. "


"Apakah Ibu sudah mencari di kamar tidur?" tanya Rahman.


Rita langsung mencari ke bawah tempat tidur, lalu melihat seluruh lantai. "Hanya ada debu di sini," katanya. "Pelayan itu tidak menyapu di bawah tempat tidur dengan baik."


"Justru Itu meningkatkan kemungkinan kita untuk menemukan kalung itu, konyol," kata Rahman. Dia membayangkan dirinya dengan mantel panjang dan kaca pembesar, satu mata seperti Sherlock Holmes. "Mari berburu dengan baju tidur.” Mereka berdua memutar bantal dan selimut.


"Ikuti aku ke dapur," perintah Rahman. "Mungkin Ibu lupa melepasnya."


Rita patuh mengikuti Rahul ke dapur. Mereka melihat ke setiap sudut. Tapi kalung itu tak juga ketemu.


Mereka mencari di ruang tamu. Di bawah karpet. Dibalik televisi dan telepon. Mereka mengguncang buku-buku yang terlungkup.


"Tidak ada di sini," kata Rita khawatir dengan Rahman .


Mereka menggeledah setiap kamar tetapi kalung Ibu sepertinya telah lenyap. Akhirnya, ibu meminta mereka bermain di taman.


“Yuk, kita main sesuatu,” kata Rahman.


“Main apaan?” tanya Rita.


“Main lempar bola saja.”


Mereka pun main lempar bola. Sampai suatu lemparan dari rahman yang sangat kencang, Rita tak bisa menangkapnya. Bola pun melambung jauh lalu menggelinding dan masuk ke selokan di belakang rumah.


“Ah, aku nggak mau ngambil bola dari selokan,” kata Rita.


“Lho, kan kamu harusnya menangkap tadi,” kata Rahman.


“Aku jijik. Itu kan selokan pembuangan,” tolak Rita.


Rahman akhirnya mengambil bola itu. Saat menunduk dia melihat sesuatu yang berkilau di selokan.


“Aku menemukan kalung Ibu!” teriak Rahman. “Sepertinya saat Ibu mencuci piring, kalung ini terlepas. Lalu, saat menyiram air, kalungnya ikut tersiram ke selokan. Wah, untung masih ada di selokan sini.”


Ibu sangat senang ketika melihat rahman menemukan kalungnya. Sebagai hhadiah, Ibu membuat pudding cokelat yang enak sekali.


^_^

No comments: