Friday, January 28, 2011

CERNAK, 30 Januari 2011






Hantu di Loker



Meja makan penuh dengan kue-kue kering dan kue-kue basah. Ya, Nina ingin makan semuanya. Dia pun meraup semuanya. Berusaha keras memasukkan semunya ke dalam mulutnya.


Mimpi terputus.

Nina terbangun dengan kaget dan mendapatkan dirinya mengunyah sprei. Dia masih berada di tempat tidur asramanya yang gelap gulita. Perutnya berbunyi, pertanda dia sangat lapar. Semua karena Mr Katiyaar, pengawas sekolah asrama. Mr Kativaar memergoki Ninabicara selama makan malam. Jadui, Nina dihukum tidak boleh meneruskan makan dan arus segara tidur. Tidak ada yang lolos dari pengawas bermata elang itu.

Nina berjalan mondar-mandir di asrama dngan putus asa. Dia memandang iri pada teman sekamarnta, Damai tertidur dengan perut penuh.

Tiba-tiba teringat Nina sekotak cookie yang dikirimkan oleh ibunya. Dia telah menyembunyikannya dari teman-temannya untuk keadaan darurat. Jelas, ini adalah darurat.

Ruang ganti berada di ujung koridor. Berkeliaran di lorong gelap dan menyeramkan tidak kalah deengan mendaki Gunung Everest. Nina mengambil langkah pertama menuju pintu dan hampir berlari kembali. Dia ingat seorang pemuda dari kelas membual tentang pertemuannya dengan hantu saat ia sedang dalam perjalanan ke toilet di malam hari.

Tapi perutnya terus meronta. Koridor yang sama di pagi hari tidak pernah tampak begitu menakutkan, pikir Nina. Pucat dan ketakutan, Nina berjalan dan mencoba untuk tidak berpikir tentang hantu dan penyihir yang dapat mengintai di sudut.

Akhirnya ia sampai di ruang ganti. Perlahan-lahan memutar kenop pintu, Nina melangkah ke ruang gelap, menghela napas lega dan berjalan menuju lokernya. Begitu akrab dia dengan loker hingga bisa menemukan itu dengan matanya tertutup.

Kemudian ada suara yang hampir membuatnya terkejut. "Bukan apa-apa, tetapi imajinasiku saja," katanya meyakinkan dirinya sendiri. Sekali lagi sesuatu berdesir dan bergerak dalam ruangan. Seseorang ada di ruangan itu, dan Nina gemetar ketakutan. Mungkin itu hantu yang sering koridor. Dia memutuskan untuk mengambil kotak kuenya dan berlari kembali ke kamarnya.

Berkeringat dengan rasa takut, Nina mencengkeram pintu loker dan menariknya. Dan dia mendapat ketakutan dalam hidupnya - seseorang sedang duduk di dalam lokernya! Bahkan dalam gelap ia bisa melihat sepasang mata seperti miliknya. Jadi ada hantu di lokerku, pikir Nina ngeri.

Nina menjerit. Hantu itu juga berteriak. Hei, hantu tidak seharusnya berteriak tapi membuat suara-suara menakutkan, pikirnya. Nina ternganga karena terkejut dan ada keheningan di ruang sejenak. Pintu loker berayun kembali ke tempatnya.

Sebelum dia bisa memikirkan apa pun, segerombolan siswa dan guru membanjiri ruangan. Semua lampu dinyalakan dalam satu menit.

"Ada apa?" geram pengawas. Ia jelas tidak senang karena telah terbangun dari tidur nyenyaknya.

"Ada ... ada adalah hantu di loker saya," gumam Nina.

Pada penyebutan kata hantu, setengah siswa mundur. Hanya yang berani tetap menyaksikan.

"Tidak ada hantu di dunia ini," kata Mr Katiyaar, tampak lebih marah dari sebelumnya. Seperti semua orang menunggu dengan napas tertahan, ia mengambil langkah ragu menuju loker dan membuka pintu.

Hantu itu tampak akrab. Itu teman sekelas Nina bernama Rajan. Dia duduk di dalam loker yang luas, kotak kuenya tergenggam di tangannya!

"Apa yang kaulakukan di sini?" Mr Katiyaar berteriak.

Anak itu menjatuhkan kotak di lantai. Ia gemetar ketakutan.

"Dia tidak bisa bicara, mulutnya penuh kue," kata salah satu siswa, membantu.

Nina tiba-tiba teringat bahwa Rajan juga telah diberi hukuman tidak boleh makan malam karena terlambat sampai ruang makan.


"Saya dapat melihat bahwa mulutnya sudah penuh, namun makan cookies dan berjalan menyusuri koridor pada jam ini bertentangan dengan aturan, dan sebagai hukuman baik Nina dan Rajan atidak boleh sarapan pagi besok," kata Mr Katiyaar.

"Tunggu sebentar, Mr Katiyaar." Ini adalah Nyonya Verma, seorang guru. "Apakah anda menyadari telah membuat anak-anak kelaparan? Satu hari dimulai tanpa sarapan akan membuat mereka lebih putus asa"

Dia punya ide yang lebih baik. "Mengapa kita tidak meminta Rajan untuk hukuman merapikan tempat tidur teman-teman sekamarnya? Dan Nina membuantu beres-beres saat sarapan. Hkuman itu lebih bermanfaat," kata Nyonya Verma.

Semua setuju. Sejak itu tak ada lagi hukuman tidak boleh makan di asrama itu.

^-^

No comments: