Saturday, January 14, 2017

Cernak, 15 Januari 2017

Hadiah dari Hanzu


Pada zaman dahulu kala, hiduplah satu keluarga yang tinggal di  tanah pertanian di Korea. Suatu hari, Hansu, sang petani memutuskan untuk melakukan perjalanan ke kota  mendatangi pertemuan seluruh petani.

Ketika Hansu bersiap untuk pergi, istrinya, Jinwon memiliki permintaan, “Aku belum pernah pergi ke kota, jadi maukah kau membawakanku hadiah?"
Hansu menjawab, “Tentu istriku, apa yang kau inginkan?”
“Aku ingin sesuatu yang cantik” jawab Jinwon
Saat Hansu tiba di kota, ia pergi ke toko suvenir dan memasukinya. “Aku ingin membeli hadiah cantik untuk istriku” Hansu mengatakan keinginannya

“Aku punya yang kau perlukan,” jawab saudagar, lalu ia memberikan Hansu sebuah cermin besar.

Pada saat itu cermin sangatlah jarang. Hansu tak pernah melihat wajahnya di cermin. Saat ia melihat refleksi dirinya, ia terkejut. Saudagar menjelaskan pada Hansu bahwa setiap kali istrinya melihat kaca, ia akan melihat dirinya sendiri.
Kembali ke tanah pertanian, Hansu memutuskan bahwa ia akan menyembunyikan cermin tersebut sebab ia ingin membuat istrinya penasaran dengan hadiahnya. Kemudian ia akan menghadiahkan cermin itu dan ia akan merasa sangat bahagia dengan hadiahnya.

“Alangkah bahagianya ia nanti” Hansu percaya diri sambil meletakkan cermin di belakang tirai.

Ketika Jinwon kembali ke kamar Hansu berkata pada istrinya tentang hadiah dan disembunyikannya. Ia meminta Jinwon berjanji agar tak mencoba menemukan hadiah itu.
Segera setelah Hansu meninggalkan kamar, Jinwon mulai mencari hadiah. Akhirnya ia menyibakkan tirai dan melihat wajahnya di dalam cermin,
“Eeeeeee!” Jinwon beteriak. “Aku meminta sesuatu yang cantik dan suamiku membawa pulang wanita muda yang cantik Aku sudah menjadi istri yang baik, lalu mengapa Hansu menginginkan istri baru?”
Jinwon berpikir dan mulai menangis. Pada saat itu ibunya masuk ke dalam kamar. “Anakku, mengapa kau bersedih?” tanyanya
Jinwon berlari ke arah tirai dan menunjuk. “Suamiku membawa pulang istri baru dan ia menyembunyikannya di belakang tirai ini”

Dengan gemetar ibu Jinwon menyibak hording dan memandangi cermin. Iapun tertawa dan berkata, “Tidak ada apa-apa, hanya wanita tua di balik tirai ini.”
Jinwon mulai berteriak lagi sehingga ibunya melihat ke belakang tirai. “Di situ hanya ada wanita tua,” ibunya berucap.
Kemudian, ayah Jinwon datang ke kamar. Ia mendengar keributan dan ingin tahu mengapa putrinya menangis.
“Ada apa dengan semua keributan ini?” tanya ayah penasaran
“Oh ayah,” tangis Jinwon. “Hansu membawa pulang istri baru dan ia menyembunyikannya di balik tirai ini”
“Tidak, tidak,” ibunya berkeras hati. “Di sana hanya ada wanita tua. Coba lihat sendiri.”
Ayah berlari ke arah tirai dan menyibakkannya. Ia mengamati cermin. Ia terlompat tentu karena ia melihat wajah pria tua. “Itu bukan wanita muda cantik atau wanita tua,” pekik ayah. “Itu pria yang bersembunyi di rumah kita.”
Jinwon berbalik dan melihat sekali lagi, namun ia masih melihat wanita muda cantik. “Kalian berdua salah.”
Lalu ibu Jinwon melihat lagi dan menggerutu, “Apa kalian berdua sudah kehilangan penglihatan?”
Sekarang giliran ayah yang melihat.
Pada saat itu anak Jinwon, Soo sedang bermain di luar. Ia berpikir, “Keributan apa yang terjadi sekarang?”
Ia masuk dan melihat ibu serta kakek neneknya saling berteriak. “Apa kiranya yang sedang terjadi?” ia penasaran.
Mereka tetap menunjuk tirai dan melihat di baliknya. Mereka sibuk berteriak sehingga tak memperhatikan Soo.
“Aku ingin tahu ada apa di balik hording yang membuat mereka sangat marah?”
Sambil memakan biskuit Soo pergi ke arah tirai dan menyibakkan perlahan. Di sana ada seorang anak laki-laki kecil dengan biskuit di tangannya. Soo meninju anak laki-laki itu dan berseru, “Kembalikan biskuitku!”
Anak laki-laki dalam kaca meninju balik dan Soo mulai menangis
“Ada apa?” tanya ibu Soo
“Ada anak laki-laki kecil di balik tirai yang mencuri biskuitku,” ia menangis.
Sekarang kakek, nenek, ibu, dan anaknya berteriak kembali.
“Itu gadis cantik” teriak Jinwon
“Itu wanita tua” seru ibunya
“Itu pria tua” teriak ayahnya
“Itu anak laki-laki kecil” Soo berteriak
Seketika tetangga sedang berjalan di luar dan mendengar keributan. Ia masuk ke rumah dan bertanya, “Ada apa ini?”

“Ada anak laki-laki kecil mencoba mencuri biskuitku dan bersembunyi di balik tirai.”
Tetangga pergi ke arah tirai dan menyibakkan, dan ia melihat wajah penuh kebodohan. “Aku peringatkan padamu agar tak mencuri dari anak kecil” Ia berteriak dan sang tetangga mencoba merenggut wajah tampak bodoh itu dan membawanya. Saat ia melakukannya cermin terjatuh ke lantai.

Hansu mendengar keributan dan ia segera ke dalam rumah. Ia menemukan cermin tercintanya pecah menjadi beberapa bagian. “Apa yang terjadi?” tanyanya
Mereka semua berkata pada Hansu tentang orang-orang yang mereka pikir bersembunyi di balik tirai. Hansu tergelak. Ia menjelaskan pada istrinya tentang cermin yang mengagumkan itu dan bagaimana seseorang bisa melihat refleksi dirinya sendiri.
“Maksudmu itu bukan wanita lain yang cantik?” tanya Jinwon
“Bukan, itu wajahmu yang manis” jawab Hansu
“Maksudmu itu bukan wanita tua?” tanya ibu
“Bukan ibu, wanita tua itu dirimu”
“Maksudmu itu bukan pria tua?” tanya ayah
“Bukan ayah, pria tua itu dirimu”
“Itu juga bukan anak laki-laki yang mencuri biskuitku?” tanya Soo
“Itu bukan wajah orang pengganggu yang ku lihat?” tanya tetangga
“Saat mereka menyadari bagaimana bodohnya mereka, mereka tertawa. Jinwon berjanji bahwa ia tak akan pernah mencoba meminta hadiah lagi. Dan Hansu hanya tersenyum sebab ia tahu benar istrinya.

No comments: