Friday, January 27, 2017

Cernak, 29 Januari 2017

Penyesalan Katak Muda



Di suatu masa, hiduplah seekor Katak Muda dan Ibunya yang sudah ditinggal meninggal suaminya di sebuah kolam besar. Katak Muda ini adalah seekor katak pembuat onar, yang sama sekali tidak pernah mendengarkan ucapan Ibunya. Sehingga, menyebabkan banyak kesedihan dan rasa malu Ibunya.

Si Katak Muda ini selalu saja melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kata-kata Ibunya. Jika Ibunya memintanya bermain di bukit, maka katak muda ini pergi ke pantai. Jika Ibunya memintanya pergi ke lingkungan atas, maka katak muda ini pergi ke bawah.

"Apa yang sebaiknya kulakukan dengan anak itu?" tanya Ibu katak pada dirinya sendiri, "Kenapa dia sama sekali berbeda dari anak-anak lainnya yang selalu menurut apa kata orang tua? Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika dia bersikap keras kepala seperti ini. Meski begitu, aku harus melakukan sesuatu supaya kebiasaan buruknya hilang."


Sayangnya, setelah melakukan segala upaya untuk mengubah anaknya, Ibu katak tidak mendapati anaknya berubah. Katak muda tetap saja bersikap semaunya. "Hahaha..." terkekeh katak muda melihat Ibunya yang sudah putus asa dengan sikapnya, "Kau tidak usah mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja dengan sikapku ini!"

"Apakah iya?" kata Ibu katak, "Lalu kenapa suaramu tidak terdengar seperti katak? Mari kuajari..." Sambil tersenyum Ibu Katak bersuara kwok! kwok! sebagaimana biasa dilakukan oleh katak pada umumnya. "Sekarang, cobalah bersuara sepertiku."

Si katak muda menyombongkan dirinya bahwa itu mudah saja dilakukannya. Namun ketika bersuara, yang terdengar dari dalam mulut Katak Muda adalah suara, "Kok! Kok!"

"Aduh, kenapa kau bersuara seperti seekor katak tidak baik? Kau akan membuat Ibumu ini sedih!" pekik Ibu Katak, "Dengarkan aku jika aku sedang memberitahumu tentang hal yang baik untukmu. Sekarang kau..."

Belum Ibunya selesai berbicara, si Katak Muda melompat-lompat menjauh sambil bersuara, "Kok! Kok!"


Hari demi hari, Ibu Katak terus saja memberi nasihatnya, tapi Katak Muda terus melakukan apa yang diinginkannya - kebalikan dari apa yang dikatakan Ibunya. Berpikir tentang nasib Katak Muda kelak, Ibu Katak jatuh sakit. Hal ini membuat Ibu Katak memanggil Katak Muda di sisi tempat tidurnya.

"Anakku," kata Ibu Katak, "Kurasa aku takkan hidup lebih lama lagi. Ketika aku meninggal, jangan kuburkan jasadku di gunung, tapi kuburlah aku di sisi sungai." Ibu Katak mengatakan itu karena tahu Katak Muda akan melakukan hal sebaliknya yang dikatakannya.

Beberapa hari kemudian Ibu Katak benar-benar meninggal. Hal ini menyisakan kesedihan mendalam bagi Katak Muda. "Oh, Ibuku yang malang. Aku merasa dia terlalu khawatir dengan kenakalanku. Kenapa aku tak mendengarkannya?" kata Katak Muda menyesal, "Kini, dia sudah tiada. Aku telah membuatnya meninggal."

Katak Muda merasa Ibunya meninggal karena dirinya. "Aku selalu tidak melakukan apa yang Ibu katakan karena merasa itu menyenangkan aku. Tapi kali ini aku akan melakukan apa yang dia katakan." Maka, Katak Muda memakamkan Ibunya di sisi sungai, walaupun dia merasa itu tidaklah bijaksana.

Beberapa kemudian badai turun, menyebabkan air sungai meluap. Katak Muda tidak bisa tertidur karena khawatir makam Ibunya akan hanyut. Akhirnya, dia pergi ke makam Ibunya di sisi sungai untuk berjaga-jaga.

Di tengah hujan lebat, Katak Muda duduk. Dia menangis berulang-ulang dan bersuara dengan benar, "Kwok! Kwok! Jangan hanyutkan jasad Ibuku." Itulah yang selalu dilakukan Katak Muda setiap kali hujan turun. Sejak itu, katak hijau menangis sambil berteriak,"Kwok! Kwok!" pada waktu hujan turun.


No comments: