Friday, May 19, 2017

Cernak, 21 Mei 2017



Pilihan Pangeran


Tersebutlah seorang raja yang sudah lanjut usia dan dirinya sudah merasa cukup hidup di dunia ini. Raja ini arif bijaksana dan selalu sayang kepada seluruh rakyatnya. Merasa dirinya sudah tua dan harus ada yang meneruskan tahta kepemimpinannya, yaitu anaknya seorang putra Mahkota Pangeran Hasan. Untuk itu dipanggillah sang pangeran menghadap ke istana kerajaan.

Sampailah pangeran Hasan sang Putra mahkota dihadapan sang baginda raja, ayahandanya tercinta.

"Wahai putraku pangeran Hasan, pergilah dan bawakan aku seorang putri yang berbudi luhur yang akan mendampingi hidupmu kelak menjadi permaisurimu. Sebab umurku yang sudah tua dan tidak akan lama lagi meninggal. Otomatis seluruh kerajaan akan turun kepadamu sebagai pewaris seluruh tahta kerajaan ini. Dan tentu saja aku yang sudah tua ini ingin memeluk cucu-cucuku yang lucu-lucu, sebagai generasi penerus keturunan dinastiku." Sang raja panjang lebar memberikan perintah dan nasehat kepada pangeran Hasan.

Dengan berat hati sang pangeran memohon doa restu kedapa kedua orang tuanya itu, sebelum berangkat berkelana ke manca negera untuk mencari sambatan hati seorang putri yang soleh dan baik budi pekertinya. Berat rasanya meninggalkan negeri tercinta ini, yang telah membesarkannya selama ini. Namun Hasan adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, harus taat kepada permintaan dan perintah ayahnya.

Berangkatlah sang pangeran diiringi doa restu kedua orang tuanya. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dalam pengembaraan itu sampailah sang putra mahkota di suatu kerajaan. Negeri yang mempunyai taman yang sangat indah dan luas, dan sebuah istana yang terletak di tengah-tangah taman bunga yang indah. Berhentilah sang putra mahkota di negeri itu, serta menyuruh para pengawalnya untuk bersiap-siap menghadap raja negeri tersebut. Setelah dipersilahkan masuk ke istana kerajaan tersebut dan memperkenalkan diri, mereka menjelaskan maksud perjalanannya selama ini.

Sang raja negeri itupun sangat simpati kepada pangeran Hasan yang sopan dalam tutur kata dan tidak sombong seperti kebanyakkan seorang putra mahkota dari negeri lainnya. Kebetulan sang raja, mempunyai empat orang putri yang cantik-cantik. Maka rajapun memerintahakan kepada putri-putrinya untuk berhias diri supaya tampil cantik dan lebih menarik. Walaupun begitu sang raja juga menyuruh seluruh putrinya untuk berdandan dengan memakai pakaian yang sopan. Empat putri telah datang dihadapan sang raja, semuanya berpenampilan sempurna dan cantik-cantik.

"Kini telah hadir didepanmu, putri-putriku, manakah yang akan kamu ambil dan dijadikan istrimu?" Bertanya sang baginda raja itu kepada sang putra mahkota pangeran Hasan.

Terkesimak, bingung, terpesona melihat kecantikan yang begitu memancar dari keempat putri yang cantik-cantik itu. "Bagaimana aku bisa memilih satu dari keempat putri ini yang tidak ada cela sama sekali semuanya, mereka bisa merawat diri dengan baik. Belum pernah aku melihat perempuan dengan kecantikan yang begitu memukau ini. Cantik alami yang mempesona setiap mata lelaki yang memandangnya."

Tangan putri yang sulung terlihat sangat elok yang selalu dilindungi dari sengatan matahari sehingga tangan tersebut sehalus gading gajah. Sang putri cantik yang kedua menghiasi seluruh jemari kuku-kukunya yang lentik dengan memberi warna-warna yang indah untuk dilihat. Putri cantik yang ketiga selalu rajin mencuci tangan dan merendamnya dengan air dari bunga-bunga yang wangi. Dan yang terakhir sang putri bungsu dia hanya merawatnya saja, tidak pernah memakai apa-apa tetapi paling rajin dalam membersihkan, sehingga sangat kelihatan kerapihannya.

Tak ada yang tercela dari semua putri yang cantik jelita elok mempesona, keraguan menghinggapi pikiran sang putra mahkota hari itu.

"Siapakah yang akan menjadi istriku" membatin hati sang pangeran saat itu. Kemudian beliau pun pamit kepada sang raja meminta waktu untuk berpikir dengan tenang dan jernih. Sebab menurut hemat sang pangeran memilih istri bukan hal yang mudah, ini harus di pikirkan masak-masak, istri adalah pendamping seumur hidup. Dan sang pangeranpun tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya, meraka layak mendapat seorang mantu yang berbudi luhur, yang akan menjadi permaisuriku nanti.

Malam telah berganti pagi yang cerah, fajarpun menyingsing dengan memancarkan cahaya merah menyala. Pangeran Hasan telah melapisi pakaian kebesaran kerajaannya dengan kostum pakaian yang tambal-tambalan disana-sini, memakaikan kumis dan jenggot palsu, jadilah seorang pengemis peminta-minta yang kumal. Hanya di kawal dari kejauhan oleh para pengawal, sang pangeran mendatangi kerajaan tersebut. Sampailah ditaman dimana keempat putri raja yang cantik-cantik itu sedang bersenda gurau dengan riang gembira.

Sang pengemis itupun datang meminta sedekah dari tembok taman kerajaan itu, diulurkannya tangan yang sengaja dikotor-kotori kedalam tembok taman istana tersebut.

Dan apa yang terjadi putri-putri cantik itu kaget dibuatnya, putri sulung segera memanggil pengawal untuk mengusir sang pengemis dari temapat itu diikuti putri kedua dan ketiga. Ketiga putri itu serentak memanggil pengawal istana untuk mengusir orang yang minta-minta itu dengan jijik sekali melihatnya. Tetapi apa yang dilakukan sang putri bungsu ini diluar dugaan ketiga kakak-kakaknya itu. Si putri bungsu malah memberikan pengemis itu uang emas logam yang tentu saja waktu itu sangat mahal harga. Dan uang tersebut langsung diberikan dari tangan sang putri bungsu dengan tidak ada rasa jijik sama sekali. Serta berkata sang putri bungsu, "Dengan uang ini bapak bisa membeli pakaian yang layak dan makanan yang cukup."

Akhirnya pengemis itupun tersenyum sambil mencopot kumis palsu, janggut palsu serta baju rombengnya, nampaklah siapa dibalik baju rombeng itu sebenarnya.

Dengan baju kebesarannya sang putra mahkota berdiri di hadapan keempat putri-putri nan cantik jelita itu. Dan dengan lantang sang pangeran Hasan berkata, "Bukan seputih gading, dan bukan jari-jemari bak duri landak yang harum semerbak mewangi bau tangannya, tetapi tangan yang bersih, yang sudi menngulurkan tangan buat orang lain yang membutuhkan pertolongan".

Jatuhlah pilihan yang tidak akan salah lagi, sang putri bungsu akhirnya dibawa ke istana dan diperkenalkan kepada kedua orang tuanya. Sang raja pun menyambut kedatangan sang putri bungsu dengan sangat senang hati. Setelah dinobatkan menjadi raja, sang putri bungsu pun menjadi permaisuri pendamping hidup sang raja Hasan yang terkenal dengan kebaikannya dan bijaksana terhadap seluruh rakyat. Itulah takdir sang putri bungsu yang berhati mulia.

No comments: