Friday, May 26, 2017

Cernak, 28 Mei 2017


Puasa Yuk

Hari ini adalah hari pertama bagi Syamil untuk melaksanakan salah satu kewajibannya yaitu berpuasa di bulan suci Ramadhan. Betapa senang dan bangganya  Syamil bisa berpuasa dengan tanpa ada unsur  paksaan dari kedua orang tuanya. Abi,Umi, dan Kak Iffa  pun sangat bangga padanya.

Ketika tengah berduduk santai di ruang keluarga sembari mengerjakan PR dari sekolah, Syamil bertanya kepada Uminya yang sedang merapikan buku dan majalah yang berserakan diatas meja.

“Umi, apakah semua orang islam di dunia sekarang ini juga berpuasa seperti Syamil?” Ketika mendengar pertanyaan Syamil. Umi hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sejenak sebagai suatu jawaban atas pertanyaan Syamil.

Merasa kurang puas akhirnya Syamil pun bertanya lagi. “Tapi mengapa mereka mau berpuasa , Umi?Apakah mereka tidak merasa lapar dan haus?”.

“Adikku sayang. Puasa di bulan ramadhan itu hukumnya wajib bagi umat muslim yang sudah baligh. Makanya hampir semua umat muslim di dunia yang berpuasa di  bulan Ramadhan termasuk Abi, Umi, Syamil dan kakak juga” jelas Kakak.

“Ooo, begitu ya kak.” Jawab Syamil dengan mengangguk-anggukkan kepala seolah-olah sudah paham betul dengan penjelasan Kak Iffa.

Tanpa terasa PR Syamil pun selesai. Segeralah ia merapikan buku-buku pelajarannya kembali. Beranjak dari tempat duduk, Kak Iffa menghampiri Syamil dengan membawa Al Qur’an dan mengajaknya bertadaruz.

“Ayo, dik…tadaruz dulu, jangan sia-siakan bulan yang penuh berkah ini.” ajak Kakak.

“Baik, Kak…” jawab Syamil sembari tersenyum.

Belum begitu lama bertadaruz, tiba-tiba Syamil berhenti sejenak dan memandangi perutnya yang sudah mulai bertabuh ria pertanda lapar.

“Ada apa ,Nak?” Tanya Umi dengan penuh perhatian.

“hehehe…tidak apa-apa, Umi.” Jawab Syamil seraya menggeleng-gelengkan kepala menutupi laparnya itu.

Melihat tingkah laku adiknya itu, Kak Iffa hanya diam tersenyum.

Sambil berjuang menahan lapar, Syamil melanjutkan tadaruznya hingga sampai di ayat ke -10  dari QS. Al Baqarah. Merasa tak tahan lagi dengan kondisi perutnya, tak canggung-canggung lagi Syamil bertanya kepada Umi.

“Waktu berbuka puasa apa sudah dekat , Umi?”tanya Syamil

“Hahaha…Syamil, ini kan baru jam setengah sembilan pagi, sedangkan waktu berbuka puasanya nanti memasuki pukul enam. Masih lamaaa adik” sahut Kak Iffa.

Merasa kasihan dengan Syamil, Umi pun memberikan penjelasan singkat .

“Begini, nak…Kita berpuasa itu wajib. Berpuasa itu menahan diri dari segala hawa nafsu termasuk nafsu amarah, nafsu makan, nafsu minum, dan segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Jadi, Syamil harus bisa bersabar.”

“Ow, begitu ya Umi. Ya sudah, kalau Syamil tidur sebentar apakah boleh, Umi?” tanya Syamil

“Tentu saja boleh ,dik.Kan tidurnya orang berpuasa itu ibadah.” Jawab Kak Iffa.

Syamil pun bergegas menuju tempat tidur dan mulai beristirahat sejenak. Waktu pun berjalan hingga tidak terasa sudah masuk sholat dzuhur. Syamil terbangun ketika suara adzan terdengar.

“Umi, apakah ini suara adzan sholat maghrib? Tanya Syamil dengan wajah polosnya.

“Bukan, Syamil. Ini adalah adzan untuk sholat dzuhur” jawab Umi dengan sabar.

“Kenapa lama sekali,Umi?” Tanya Syamil merengek.

“Bersabarlah, Syamil. Orang sabar itu disayang Allah. Apalagi Syamil sedang berpuasa, jadi harus bisa bersabar, bersabar dan bersabar” jawab Umi

Mendengar penjelasan Umi, semangat Syamil bangkit kembali dan bersiap mengambil air wudlu untuk segera melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di masjid bersama Abi. Waktu bergulir begitu cepat, hingga tibalah saatnya untuk menyiapkan hidangan berbuka puasa.

Ketika Umi sedang memasak di dapur bersama Kak Iffa, Syamil datang dengan pertanyaan yang sama.

“Apakah ini sudah tiba saatnya berbuka puasa, Umi?”tanya Syamil lagi.

“Belum adik, masih satu setengah jam lagi, bersabarlah” jawab Kak Iffa sembari tersenyum.

Kemudian Syamil kembali bersama Abi yang sedang mencuci sepeda di samping rumah. Mencium aroma masakan Umi dan Kak Iffa di dapur, perut Syamil pun tak kuasa menahan betapa ia ingin makan.

”Umi, bolehkah Syamil mencicipi sedikit saja masakannya?”teriak Syamil.

“Tidak boleh Syamil, bersabarlah, sebentar lagi sudah tiba waktu berbuka puasa. Bersiaplah untuk berbuka”. Jawab Umi dengan bijak.

Dengan penuh semangat, Syamil pun ikut membantu Umi dan Kak Iffa menyiapkan hidangan berbuka di meja makan. Hingga terdengarlah suara adzan pertanda bahwa waktu berbuka puasa telah tiba.

Baca juga : dongeng anak silami miskin tapi dermawan

“Alhamdulillah…” celetuk Syamil dengan sumringah. Mendengar celetuk Syamil, Abi, Umi dan Kak Iffa pun tersenyum sambil menikmati hidangan berbukanya.

No comments: