Friday, January 08, 2010

Cernak, 10 Januari 2010


Princess Hasiba dan Mayra

Saat musim hujan tiba, lahirlah seorang bayi bermata hijau di istana kerajaan Tawakaltu. Raja Faisal kemudian memberinya nama Princess Hasiba. Nama Hasiba diambil dari kata Hasib yang artinya pembuat perhitungan.


Princess Hasiba kemudian tumbuh menjadi seorang puteri yang suka sekali pelajaran matematika. Princess Hasiba juga sangat pandai mengatur uang miliknya. Meskipun seorang puteri, Princess Hasiba tidak suka menghamburkan uangnya.


Suatu hari Princess Hasiba kedatangan sepupu kecilnya bernama Mayra.


“Ayo, ayo ajak aku belanja. Aku ingin dibelikan pakain yang indah-indah,” pinta Mayra kepada Princess Hasiba.


Pincess Hasiba menuruti permintaan Mayra. Ia segera mengajak Mayra ke pertokoan terbesar di kerajaan Tawakaltu. Mereka naik kertea kuda istana.


Di perjalanan, keduanya melihat pemandangan dari jendela.


“Wah, lihat lelaki itu. Kasihan ya. Bajunya lusuh sekali,” kata Princess Hasiba.


“Pasti dia orang yang malas dan tidak mau kerja. Makanya dia tidak punya uang untuk beli pakaian,” kata Mayra.


“Belum tentu. Bagaimana kalau kita ikuti lelaki itu?” tanya Princess Hasiba.


“Tidak usah. Aku ingin segera sampai ke pertokoan,” kata Mayra.


“Tapi ini masih pagi. Mungkin pertokoannya belum buka,” kata Princess Hasiba.


“Belum buka juga tidak apa-apa. Kita kan bisa bermain di taman pertokoan dulu,” kata Mayra.


Princess Hasiba tak jadi mengikuti lelaki itu. Mereka pun langsung menuju pertokoan. Ternyata pertokoan baru saja dibuka. Princess Hasiba pun mengajak Mayra masuk.


“Aku ingin baju ini. Juga yang ini. Aku juga suka itu!” Wow, Mayra langsung mengambil setiap baju yang dianggapnya bagus. Dalam waktu sejam saja, sudah setumpuk baju yang dipilihnya.


“Mayra, kupikir sebaiknya kita kurangi baju yang akan dibeli ini,” saran Princess Hasiba.


“Iya, tapi bagaimana caranya. Aku suka semuanya,” kata Mayra.


“Kita lihat dulu saja mana baju yang tidak mungkin kau pakai dalam waktu dekat ini. Saat ini musim dingin, sebaiknya kita singkirkan baju-baju untuk musim panas,” saran Princess Hasiba.


Maya pun menyingkirkan baju yang tidak cocok untuk musim dingin. Ada lima baju yang hanya cocok untuk di musim panas, dan itu harus disingkirkan.


“Sekarang kau harus menyingkirkan baju yang tidak muat di badanmu,” saran Princess Hasiba.


Mayra pun mencoba baju-baju itu. Ternyata ada dua yang kekecilan, ada tiga yang kebesaran. Baju-baju itu tak ada ukurang yang pas dengan badan Mayra.


“Sekarang coba lihat modelnya sekali lagi. Siapa tahu kau sebenarnya sudah punya tapi lupa,” saran Princess Mayra lagi.


Mayra mengamati baju-baju yang tersisa. Ternyata ada dua baju yang sudah ia punya.


“Nah, kita bisa menguranginya lagi, kira-kira mana yang bukan warna kesukaanmu?” saran Princess Hasiba.


Mayra pun mengamati baju yang dipilihnya tadi. Mayra tidak suka warna abu-abu. Ternyata ada dua yang berwarna abua-abu. Meskipun modelnya bagus tapi kalau warnanya abu-abu Mayra tak mau memakainya.


Sekarang sisa baju yang dipilihnya tinggal dua. Princess Hasiba tak menyarankan agar Mayra menguranginya lagi.


Mereka kemudian menuju kasir. Mayra kaget karena orang yang menjadi kasir wajahnya sama dengan lelaki berpakaian lusuh di jalan tadi.


“Lho, bukankah bapak tadi berpakaian lusuh? Kenapa sekarang bisa berpakaian rapi?” tanya Mayra.


“Ah, saya memang selalu memakai pakaian seadanya. Apalagi perjalanan dari rumah ke tempat kerja saya ini saya harus berjalan kaki. Kalau pakaian kerja dipakai dari rumah nanti malah kusut,” jelas lelaki itu.


“Oh begitu,” kata Mayra.


Princess Hasiba segera membayarkan pakaian untuk Mayra. Mereka kembali ke kereta kencana.


“Tuh, kan, ternyata belum tentu orang yang pakaiannya lusuh itu malas bekerja. Dia justru memikirkan dengan cermat agar pakaiannya tidak kusut saat bekerja,” kata Princess Hasiba.


Mayra tersenyum. Hari ini Mayra mendapat dua pelajaran berharaga sakaligus. Pertama, belanja pakaian dengan cermat. Kedua, tidak menilai malas tidaknya seseorang dari pakaiannya.


^_^

No comments: