Friday, January 15, 2010

Cernak, 17 Januari 2010


Hujan

Oleh Benny Rhamdani



Hari ini mestinya aku les bahasa Inggris. Tapi sebelum berangkat hujan turun deras sekali.



“Tidak usah masuk les dulu. Hujannya deras,” kata Mama.


Aku agak mengeluh. Aku sebenarnya lebih suka pergi les. Di tempat les, aku bisa bertemu dua sahabatku, Melly dan Vika. Bosan juga sendirian di kamar.


Tiba-tiba ringtone HP-ku berbunyi. Rupanya ada SMS masuk dari Vika. Aku segera membacanya.


“Aku nggak pergi les. Kamu?”


Aku segera membalasnya: “Nggak. Kenapa nggak les?”



Vika membalasnya:”Malas. Aku boleh main ke rumahmu?”



Aku membalas:”Aku tunggu.”



Dalam waktu limabelas menit, Vika sudah berdiri di depan pintu rumahku. Dia berangkat diantar supirnya. Yang aku kaget, Vika datang bersama Melly. Wah, aku senang sekali bisa bermain bersama mereka.


Mereka langsung kuajak ke kamar. Kubiarkan mereka membaca buku koleksiku. Setelah itu kami bermain playstation. Wah seru deh.


“Sekarang kita main apa lagi ya?” tanya Vika.


“Main rumah-rumahan,” usulku.


“Ah, mana seru. Itu kan mainan anak bayi,” kata Melly.


Tiba-tiba pintu kamar diketuk. Wajah Mama langsung terlihat dengan raut cemas.


“Rumah kita kena banjir. Airnya sudah mulai masuk,” kata Mama.


Aku langsung kebingungan. Apa yang harus kulakukan. Bagaimana kalau aku tenggelam? Ah, ini pengalaman pertamaku kebanjiran.


“Bantu Mama mengangkat barang-barang ya,” ajak Mama.


Aku langsung mengangguk.


“Kami juga bantu ya,” kata Vika dan Melly.


Mama langsung meminta kami menggulung karpet dan menaikkan benda-benda yang sanggup kami angkat ke atas meja. Sementara itu Mama yang mengenakan jas hujan tetap di teras, membuang luapan air ke selokan agar tak masuk rumah.


Air yang masuk ke rumah sudah semata kaki. Kulihat Vika dan Melly tetap membantu. Mereka malah berasil mencegah air masuk ke kamarku juga kamar lainnya. Caranya, mereka menutup lubang angin pintu bagian bawah dengan lilin malam.


“Aduh, mudah-mudahan hujannya segera berhenti ya,” harapku cemas.


Ternyata doaku terkabul lima menit kemudian. Hujan berhenti. Air yang meluap pun surut. Mama pergi ke luar mencari tahu penyebab banjir.


“Oh, rupanya ada pohon tumbang yang menyumbat selokan. Jadinya airnya meluap di selokan dan jalan. Sampai masuk ke rumah kita akhirnya. Rumah yang lain juga pada kemasukan air,” lapor Mama kemudian.


Setelah itu kami berusaha mengeringkan lantai agar bersih dari penyakit.. Air luapan dari selokan pasti banyak penyakitnya.


Setelah beres semuanya, Kami semua mandi membersihkan badan. Vika dan Melly juga lho. Malah, aku pinjamkan bajuku kepada mereka. Habis baju mereka yang tadi basah.


Setelah mandi, kami berkumpul di kamar. Dan kalian tahu apa yang terjadi kemudian?


Mama rupanya tadi sedang membuat kue pastel. Karena banjir tertunda masaknya. Nah, sekarang sudah matang. Masih hangat lagi.


“Pastelnya enak sekali,” kata Vika dan Melly.


Aku senang karena mereka suka. Terus terang aku bertambah bangga bersahabat dengan mereka.


“Terima kasih ya atas bantuan kalian. Aku sangat sayang sama kalian,” kataku kepada Melly dan Vika ketika pamit pulang.

^_^

No comments: