Friday, April 13, 2012

CERNAK, 15 APRIL 2012



Kak Kirana

oleh Benny Rhamdani

Aku tinggal di daerah yang sering kali kalian sebut kumuh.Seebenarnya aku lebih suka tinggal di perumahan yang bersih dan rumah yang besar. Tapi harus bagaimana lagi? Ayahku hanya bekerja sebagai kuli di pasar, ibuku penyapu jalanan.

Jadi, ya kami harus bersenang-senang tinggal di daerah tinggalku. Rumah kami kecil dan berdempetan. Kalu musim hujan tiba, kami seringkali kebanjiran. Bila musim panas tiba, kami takut sekali jika terjadi kebakaran.

Kami tidak punya taman bermain. Jadi sebagian dari kami sering bermain di jalan. Kalau yang sekolah, ya harus puas-puas bermain di sekolah.

Tahun ini aku harus berhenti sekolah karena abangku harus masuk SMA. Dan Ayah harus banting tulang mencari uang masuk sekolahnya. Tak apalah aku berhenti sekolah dulu. Mudah-mudahan atahun depan Ayah bisa memasukkan kembali aku ke sekolah. Meski begitu aku tak berhenti belajar. Soalnya di dekat pemukimanku adalah sekolah khusus. Sekolah untuk anak-anak tidak mampu sepertiku.

Sekolah itu tidak seperti sekolahku dulu. Sekolah ini berupa rumah bekas milik seorang tukang becak yang kemudian pergi bekerja di luar negeri. Sementara kosong, rumah itu dipakai untuk sekolah khusus.

"Kalian boleh memanggil Kak Karina," itu suara guru yang mengajar ketika dia baru masuk.

Kak Karina cantik. Dia seorang mahasiswi. Dan aku yakin dia anak orang kaya.

Ruang belajar kami hanya bisa menampung sepuluh orang. Dulu tidak pernah penuh. Tapi setelah Kak Karina mengajar, selalu penuh.

 Kami belajar banyak hal. Tidak cuma membaca dan menulis, tapi juga membuat benda-benda kerajinan. Kak karina pintar sekali mengajarkan kami membuat benda daur ulang. Misalnya dari botol plastik, pembungkus makanan, sampai bungus sabun deterjen. Kami diajarkan membuat boneka, tas, sampai mainan.

Setelah berminggu-mingu belajar, aku baru berani bertanya kepada Kak Karina.

"Kak Karina, mengapa kakak mau mengajar kami di tempat kumuh ini?" tanyaku sepulang sekolah.

"Karena kakak senang melakukannya," kata Kak Karina.

"Mengapa senang? Kami kan tidak membayar kakak," tanyaku lagi.

"Kakak senang, karena kalian semangat belajar. Kebahagiaan tidak hanya datang dari uang," kata Kak Karina.

Aku manggut-manggut meski tidak begitu mengerti. "Sampai kapan kakak akan mengajar kami?" tanyaku.

"Sampai Kakak bisa mengajar kalian tentunya," jawab Kak Karina.

Aku senang mendengarnya.

Kak Karina kadang berbaik hati membawakan kami makanan ataupun pakaian, juga peralatan belajar. "Ini bukan dari kakak lho. Tapi dari teman-teman kuliah kakak."

"Mengapa mereka tidak ke sini?" tanyaku.

"Mereka sibuk. Jadi hanya menitip saja."

"Pasti mereka jijik datang ke sini ya, Kak?" tanyaku.

"Suatu hari Kakak akan mengundang mereka."

Ternyata Kak karina benar. Lima orang teman Kak karina datang. Tapi kulihat wajah mereka tak sebahagia Kak karina ketika bersama kami. bahkan ada seorang yang terus menutup hidungnya. Mungkin badan kami bau seperti sampah. Tapi biarlah. Yang penting kak Karina bahagia seperti kami.

Hingga suatu hari Kak Karina tidak datang. Mungkin Kak Karina sedang ujian, pikirku. Tapi ternyata Kak Karina tidak datang keesokan harinya, bahkan sampai tiga hari. AKu langsung menemui Pak Jiwo, Pak RT kami.

"Mengapa Kak Karina tidak datang?" tanyaku.

Pak Jiwo bingung menjawabnya. "Wiwin ... sebenarnya Kak Karina itu sedang dirawat di rumah sakit," jawab Pak Jiwo.

"Bolehkah kami menjenguknya?" tanyaku.

"Kak Karina bilang, rumah sakit tidak akan menijinkan anak-anak masuk ke ruangan rawatnya."

"Memang Kak Karina sakit apa?" tanya Dita, temanku.

Pak Jiwo menggeleng.

Akhirnya, kami memutuskan berdoa bersama untuk kebaikan Kak Karina. Karena aku yang paling besar, aku mengganti Kak Karina mengajar di kelas. terutama untuk yang lebih kecil. Kalau yang sebaya denganku, kami hanya membaca buku-buku yang diberikan Kak Karina.

Hari kelima, kami mendengar kabar yang menyedihkan. Kak Karina meninggal dunia. Aku sedih sekali sampai menangis tak terhankan. Pak Jiwo membawa kami ke rumah kak karina. Rumah yang besar dan bersih. banyak sekali orang yang datang. Setahuku dari buku cerita, orang yang baik hatinya akan didatangi orang banyak saat meninggal.

Aku juga baru tahu kalau Kak Karina sakit Kanker darah sejak lama.

Ya, Tuhan, terimalah Kak karina di surgaMu. Juga, tolong kirimkan kepada kami orang seperti Kak karina, agar kami bisa terus belajar. Amin.


^_^




No comments: