Friday, April 27, 2012

CERNAK, 29 APRIL 2012


Ayum



Hari Minggu! Aku senang kalau hari Minggu tiba. Bisa santai. Apalagi Mama dan Papa tadi subuh pergi ke Bandung menghadiri acara pernikahan teman Papa.

“Aku mau bermalas-malasan sepuasnya! Teriakku sambil memutar musik Korea keras-keras.

Tok-tok-tok.

“Fika, jangan keras-keras dong!” teriak Kak Dion.

Uh, usil banget sih? Aku mengecilkan suara musik. Aku berdiri di depan kaca. Menari seperti di video klip musik Korea. Ah, ternyata aku berbakat jadi anggota girlband. Hahaaha.

Tok-tok-tok.

Ah mengganggu saja. Aku mengecilkan suara musik. Lalu, aku membuka pintu kamar. Kulihat Kak Dion berdiri sambil menempelkan jari telunjuk ke bibirnya. Memintaku tidak bersuara.

“Ada apa?” bisikku kaget. Ada maling, kah?

“Ada anak kecil masuk ke halaman rumah kita. Dia menangis,” kata Kak Dion.

Aku penasaran menuju ruang depan. Dari jendela kulihat anak kecil itu duduk di teras. Ya, dia menangis.

“Siapa dia?” tanyaku.

“Nggak mungkin anaknya ondel-ondel, kan?” jawab Kak Dion asal.

“Kita ajak masuk aja. Kasihan,” pintaku. AKu memang gampang sekali kasihan.

“Kamu yang ingin, kamu yang ngajak,” kata Kak Dion.

“Kak Dion kan yang tua.”

“Aku belum tua.”

Percuma ah ngobrol sama Kak Dion. Aku membuka pintu. Anak itu kaget dan melihat aku. AKu berusaha tidak membuatnya takut.

“De, cari siapa?” tanyaku.

“Aku pisah sama Mamaku di pasar,” katanya.

Oh iya, rumahku rmermang dekat pasar. Cuman 50 meter.
“Terus kenapa ke sini?” tanyaku.

“Aku takut di pasar. Siapa tahu kakak mau nolong.”

“Ya, udah kalo gitu kamu masuk dulu. Nanti Kak Dion ikut bantu.”

Aku mengajaknya masuk ke dalam rumah. Kuberi dia minuman, buku, dan mainan biar tidak sedih lagi.


“Kak Dion, jangan diam aja. Lapor ke polisi sana,” pintaku.

“Eh, iya. Kak Dion ke kantor polisi dulu ya.” Kak Dion langsung pergi.

Aku melihat anak kecil itu. “Namamu siapa?”

“Ayum.”

“Oh, namaku Fika.”

“Kak Fika baik sekali.”

Aku tersenyum. Ya, aku memang anak paling baik sedunia. Hehehe.

“Kak, aku lapar. Biasa mama bikinin mie.”

“Oh, bentar. Kakak biknin ya.” AKu ke dapur. Memanaskan air, memasukkan mie instant dan menyiapkan ke piring. Paling kurang dari 10 menit. Tapi begitu aku kembali ke ruang depan, aku tak melihat Fika. Yang kulihat malah Kak Dion yang baru saja masuk pintu dengan seorang polisi muda.

“Fika mana?” tanya Kak Dion.

“Nggak tau. Aku tadi bikini dia mie rebus,” jawabku.

“Ah, pasti anak nakal itu lagi. Dia sudah menipu di beberapa rumah,” kata Pak Polisi.

“Maksudnya?” aku bingung.

“Heh, mana handphoneku di meja?” tanya Kak Dion.

“Nggak tahu.”

“PAsti diambil anak kecil itu,” kata Pak Polisi.

“Oh, bonekaku yang mahal juga hilang!” teriakku.

Ya, akhirnya aku tahu AYum adalah anak kecil yang suka menipu dan mencuri. Polisi kini terus mencarinya. Entah siapa yang mengajarinya. Aku kasihan sebenarnya dengan Ayum. Seseorang pasti telah megajarinya melakukan perbuatan buruk. Semoga saja seseorang menyadarkannya. Amin.


^_^

No comments: