Ayum
Hari Minggu! Aku
senang kalau hari Minggu tiba. Bisa santai. Apalagi Mama dan Papa tadi subuh
pergi ke Bandung menghadiri acara pernikahan teman Papa.
“Aku mau
bermalas-malasan sepuasnya! Teriakku sambil memutar musik Korea keras-keras.
Tok-tok-tok.
“Fika, jangan
keras-keras dong!” teriak Kak Dion.
Uh, usil banget sih?
Aku mengecilkan suara musik. Aku berdiri di depan kaca. Menari seperti di video
klip musik Korea. Ah, ternyata aku berbakat jadi anggota girlband. Hahaaha.
Tok-tok-tok.
Ah mengganggu saja.
Aku mengecilkan suara musik. Lalu, aku membuka pintu kamar. Kulihat Kak Dion
berdiri sambil menempelkan jari telunjuk ke bibirnya. Memintaku tidak bersuara.
“Ada apa?” bisikku
kaget. Ada maling, kah?
“Ada anak kecil masuk
ke halaman rumah kita. Dia menangis,” kata Kak Dion.
Aku penasaran menuju
ruang depan. Dari jendela kulihat anak kecil itu duduk di teras. Ya, dia
menangis.
“Siapa dia?” tanyaku.
“Nggak mungkin anaknya
ondel-ondel, kan?” jawab Kak Dion asal.
“Kita ajak masuk aja. Kasihan,”
pintaku. AKu memang gampang sekali kasihan.
“Kamu yang ingin, kamu
yang ngajak,” kata Kak Dion.
“Kak Dion kan yang
tua.”
“Aku belum tua.”
Percuma ah ngobrol
sama Kak Dion. Aku membuka pintu. Anak itu kaget dan melihat aku. AKu berusaha
tidak membuatnya takut.
“De, cari siapa?”
tanyaku.
“Aku pisah sama Mamaku
di pasar,” katanya.
Oh iya, rumahku
rmermang dekat pasar. Cuman 50 meter.
“Terus kenapa ke sini?”
tanyaku.
“Aku takut di pasar.
Siapa tahu kakak mau nolong.”
“Ya, udah kalo gitu
kamu masuk dulu. Nanti Kak Dion ikut bantu.”
Aku mengajaknya masuk
ke dalam rumah. Kuberi dia minuman, buku, dan mainan biar tidak sedih lagi.
“Kak Dion, jangan diam
aja. Lapor ke polisi sana,” pintaku.
“Eh, iya. Kak Dion ke
kantor polisi dulu ya.” Kak Dion langsung pergi.
Aku melihat anak kecil
itu. “Namamu siapa?”
“Ayum.”
“Oh, namaku Fika.”
“Kak Fika baik sekali.”
Aku tersenyum. Ya, aku
memang anak paling baik sedunia. Hehehe.
“Kak, aku lapar. Biasa
mama bikinin mie.”
“Oh, bentar. Kakak
biknin ya.” AKu ke dapur. Memanaskan air, memasukkan mie instant dan menyiapkan
ke piring. Paling kurang dari 10 menit. Tapi begitu aku kembali ke ruang depan,
aku tak melihat Fika. Yang kulihat malah Kak Dion yang baru saja masuk pintu
dengan seorang polisi muda.
“Fika mana?” tanya Kak
Dion.
“Nggak tau. Aku tadi bikini
dia mie rebus,” jawabku.
“Ah, pasti anak nakal
itu lagi. Dia sudah menipu di beberapa rumah,” kata Pak Polisi.
“Maksudnya?” aku
bingung.
“Heh, mana handphoneku
di meja?” tanya Kak Dion.
“Nggak tahu.”
“PAsti diambil anak
kecil itu,” kata Pak Polisi.
“Oh, bonekaku yang
mahal juga hilang!” teriakku.
Ya, akhirnya aku tahu
AYum adalah anak kecil yang suka menipu dan mencuri. Polisi kini terus
mencarinya. Entah siapa yang mengajarinya. Aku kasihan sebenarnya dengan Ayum.
Seseorang pasti telah megajarinya melakukan perbuatan buruk. Semoga saja
seseorang menyadarkannya. Amin.
^_^
No comments:
Post a Comment