Friday, August 10, 2012

CERNAK, 12 Agustus 2012

Cerita Ratri

oleh Benny Rhamdani


Matahari belum terbenam sempurna. Ratri duduk di pasir pantai yang kering sambil menatap ke laut. Dia sangat menytukai pantulan matahari senja di permukaan laut.

"Sudah hampir malam, pulang yuk," ajak Shasa, sepupu Ratri yang sebaya.

"Sebentar lagi."



"Aduh, perutku sudah lapar nih," bujuk Shasa.

"Bukannya tadi sudah menghabiskan rotiku?" tanya Ratri dengan mata tetap lurus ke depan.

"Cuman roti setangkup nggak cukup," kata Shasa.

Ratri tak bergerak. Akhirnya, Shasha duduk kembali di sisi Ratri.

"Kenapa sih tiap liburan ke pantai kamu suka kayak begini?" tanya Shasha.

"Aku ingat masa kecilku," ucap Ratri.

"Yang mana? Waktu tenggelam di bak mandi?" ledek Shasha.

"Waktu ibuku mendongeng tentang matahari yang berkelana setiap senja hilang," jawab Ratri.

Shasha menelan ludah. Ia tak berani terus bertanya.Khawatir Ratri sedih karena teringat ibunya yang meninggal tahun lalu.

"Ceritanya, ada seorang anak perempuan yang bersahabat dengan matahari. Tapi mereka hanya bisa bertemu saat senja di pantai. Suatu hari matahari senja tidak menemukan anak itu. Dia menunggu. Tapi jadinya penduduk pantai bingung karena malam tak juga datang. Lalu, penduduk pantai meminta matahari datang lagi setiap senja. Tapi ternyata anak itu tak pernah datang karena telah meninggal. Nah, aku jadi ingin berteman dengan matahari," kata Ratri.

"Ngayal!" ucap Shasha. "Yuk! Udah mau gelap!"

Ratri mengalah. Dia berjalan di samping Shasha menuju villa. Sebenarnya ini adalah liburan keluarga Shasha. Tapi Shasha mengajak Ratri biar ada teman bermain.

Ibu Shasha sudah menyiapkan malam bersama. Akhirnya Ratri juga ikut makan dan bersenang-senang dengan keluarga Shasha.

Malam harinya, ketika Shasha sudah hampir tertidur, tiba-tba dia mendengar suara isak tangis di dekatnya. Suara isak tangis Ratri.

"Kenapa, Rat?" tanya Shasha." Kamu masih ingin bertemu matahari senja. Besok kita ke pantai lagi."

"Ng, sebenarnya... setiap aku melihat  matahari senja, aku jadi ingat ibuku."

"Sudahlah, Rat. Jangan bersedih. Nanti aku juga ikut sedih. Kita ke sini kan liburan untuk bersenang-senang," kata Shasa.

"Susah, Shasha. kamu tahu, kan, ayahku akan menikah dengan teman sekantornya?" tanya Ratri.

"I ... iya," jawab Shasha pelan.

"Aku sedih. Aku sedih takut ibu sedih."

"Mengapa tidak kamu bilang kepada ayahmu?" tanya Shasa.

"Aku juga takut sedih. Takut sedih bila ayah sedih karena aku tidak setuju."

"Kalau menurutku sih, seharusnya kamu bahagia akan punya ibu baru. Jadi ayahmu dan kamu ada yang mengurus."

"Tapi ...," ucap Ratri.

"Kalau dia ternyata galak, kamu bisa pindah ke rumahku. Gampang, kan?" kata Shasha.

"Kamu tahu juga, kan, ibuku baru menikah dengan Pak Roy dua tahun lalu. Aku dulu juga takut. Apalagi Pak Roy punya anak juga. AKu takut ibuku lupa sama aku. tapi ternyata ibuku tetap sayang, dan Pak Roy juga menyayangiku sama seperti menyayangi anak-anaknya," ucap Shasha.

Ratri tersenyum. "Terima kasih, Sha. kamu sudah menenangkan hatiku. Aku mau tidur. Lusa begitu pulang, aku akan bilang kepada ayahku. Aku tidak kebaratan ayah menikah lagi," kata Ratri.

Shasha tersenyum, "Jangan lupa undang aku ya," ledeknya.

^_^



No comments: