Indra dan Suatu Hari
Oleh Benny Rhamdani
Suka
menunda pekerjaan yang semestinya segera dilakukan? Hehehe, sama dong
dengan Indra. Lihat saja kamarnya yang berantakan. Padahal, Ibu sudah
jauh-jauh hari meminta merapikan kamarnya.
“Nanti ya, Bu. Indra lagi banyak pe-er nih,” begitu alasan Indra.
Pe-er
itu sendiri sebenarnya menjadi banyak karena Indra mengerjakannya saat
hari pengumpulan hampir tiba. Misalnya, tugas matematika yang diberikan
minggu lalu, baru dikerjakan hari ini karena besok harus dikumpulkan.
Sementara tugas pelajaran lainnya yang diberikan tiga hari lalu dan dua
hari lalu ada juga yang harus dikumpulkan besok. Akhirnya, semua
menumpuk.
“Bu, lihat jangka dan busur derajat punya Indra nggak?” tanya Indra keluar kamar menemui Ibu.
“Lho, benda-benda itu kan punya Indra. Ibu nggak berani pakai. Lagipula buat apa?” Ibu balik bertanya.
“Ya, barangkali Ibu melihatnya. Solanya, di tas Indra nggak ada,” ucap Indra.
“Coba dicari di kamar dulu,” kata ibu.
Indra balik ke kamar. Dia langsung malas melihat kamarnya yang berantakan. Cari di mana ya? Pikirnya.
“Sambil dibereskan dulu kamarnya. Siapa tahu nanti ketemu,”saran Ibu yang ikut masuk ke kamar Indra.
Indra
pun mulai merapikan kamarnya mulai dari merapikan tumpukan CD gamenya,
komik-komik yang bertebaran, kaos-kaos olahraga yang tidak disimpannya
ke keranjang cuci, dan masih banyak lagi. Lama juga Indra merapikannya.
“Sebenarnya,
kalau Indra rajin merapikan kamar setiap hari, tentu tidak harus lama
begini,” kata Ibu yang ikut membantu Indra. Saat memungut
kaos kaki kotor dari sudut kamar, Ibu menemukan tempat pensil Indra. Di
dalam tempat pensil itulah Indra menyimpan jangka dan busur derajat.
“Wah,
ketemu juga. Terima kasih, Bu,” kata Indra. Dia pun bersiap mengerjakan
tugas-tugas sekolahnya. Namun karena sejam tadi Indra kecapekan
merapikan kamarnya, konsentrasinya buyar. Ia merasa letih.
Tidur-tiduran
dulu, ah. Begitu niat Indra sambil berbaring di tempat tidurnya. Tak
terasa matanya terpejam, lalu Indra tertidur lelap. Tengah malam Indra
terbangun. Dia teringat banyak pe-er yang belum dikerjakan padahal harus
dikumpulkan besok.
Buru-buru
Indra membuka buku-bukunya. Ia pun berusaha mengusir kantuk. Karena
tugas sekolah yang ditumpuknya, Indra baru bisa menyelsaikannya saat
subuh. Setelah shalat subuh, Indra kembali tidur.
“Indra! Bangun! Sudah siang lho,” seru Ibu membangunkannya.
Indra
bangun dengan mata masih mengantuk. Buru-buru Indra ke kamar mandi lalu
melakukan kegiatan rutin lainnya dengan terburu-buru. Indra tiba di
gerbang sekolah bersamaan dengan bunyi bel sekolah tanda masuk.Tidak
sempat Indra memeriksa lagi pe-ernya, membandingkan dengan
teman-temannya.
Pelajaran
pertama mestinya matematika. Tapi sampai beberapa menit Pak Juhro belum
juga masuk kelas. Ternyata yang datang malah Pak Kepala Sekolah.
“Anak-anak,
Pak Juhro tidak mengajar hari ini karena tadi mengalami kecelakaan saat
berangkat hendak mengajar. Sekarang kalian kerjakan dulu
latihan-latihan soal yang akan bapak berikan. Mohon jangan berisik,
karena sampai jam sembilan nanti sebagian guru akan menjenguk Pak Juhro
ke rumah sakit,” jelas Pak kepala Sekolah.
“Jika
latihan sudah dikerjakan, tapi guru-guru belum kembali dari rumah
sakit, kalian silakan ke perpustakaan atau ke aula olahraga. Tapi jangan
ada yang keluar sekolah. Sebelumnya, mari sama-sama kita berdoa untuk
kesembuhan Pak Juhro. Berdoa mulai ....”
Kelas tak bisa benar-benar tenang ketika kemudian Pak Kepala Sekolah meninggalkan mereka.
“Indra,
kamu kok lesu gitu? Yuk, kita kerjakan soal latihan ini buru-buru. Biar
bisa main bola di aula nanti!” kata Adi teman sebangku Indra.
“Aku ngantuk ah. Mau tiduran dulu.”
“Lho, kok ngantuk jam segini? Memangnya semalam kamu nggak tidur?”
Indra
tidak menjawab. Ia benar-benar mengantuk. Kepalanya terkulai di meja.
Huh, kalau saja tidak banyak menunda pekerjaan, Indra tak perlu
mengantuk seperti ini. Karena di kelas hanya dia yang tertidur semenit
kemudian.
No comments:
Post a Comment