Friday, November 29, 2013

Cernak, 1 Desember 2013

Kebaikan Puteri Kanaya

 


Puteri Kanaya sangat senang bermain di sisi telaga yang letaknya agak jauh di luar istana. Puteri Kanaya bermain selalu ditemani dayang-dayang.

Suatu hari ketika Puteri Kanaya sedang bermain sendiri, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari tengah telaga.

“Suara bayi siapa itu? Sepertinya dari tengah telaga,” kata para dayang.

Puteri Kanaya segera mendayung sampannya ke tengah telaga. Ia terkejut ketika melihat sebuah keranjang mengapung di telaga. Keranjang itu berisi seorang bayi. Puteri Kanaya segera membawa bayi itu bersamanya ke sisi telaga.

“Aduh, bayi siapa ini?” tanya para dayang sambil mendekat.

“Sepertinya dia kehausan atau kelaparan. Kita harus membawanya ke istana,” ajak Puteri Kanaya bingung.

Mereka kemudian kembali ke istana dengan tergesa-gesa. Langkah pertama yang dilakukan Puteri Kanaya adalah menenangkan bayi itu. Seorang pelayan istana kebetulan memiliki bayipula yang sedang menyusui. Karenanya Puteri Kanaya meminta pelayan bernama Bu Yuka untuk menyusui bayi itu.

“Baiklah, aku akan menyusuinya,” kata Bu Yuka sambil menggendong bayi lelaki itu.

Tapi ketika Bu Yuka melihat gelag di kak bayi itu, Bu Yuka langsung menolak menyusuinya.

“Maaf, Puteri Kanaya. Bayi ini berasal dari Suku Berryz, sedangkan saya dari Suku Simyan. Peraturan suku kami adalah tidak boleh membantu suku mereka sekecil apapun,” kata Bu Yuka.

Puteri Kanaya menarik nafas. Dia memang pernah mendengar, di negerinya ada dua suku yang selalu berselisih. Keduanya sama-sama merasa suku paling unggul dari yang lain. Akhirnya, mereka justru saling memusuhi.

“Bayi ini mungkin memang dari Suku Berryz. Tapi percayalah, bayi ini tidak tahu apa-apa soal permusuhan ayah, ibu, kakak, atau bahkan nenek moyangnya dengan suku lainnya. Dia juga tidak minta dilahirkan di Suku Simyan. Tolonglah dia. Anggaplah dia adalah bayimu sendiri,” kata Puteri Kanaya.

Bu Yuka berpikir sebentar. Akhirnya, dia mau juga menyusui bayi yang masih menangis itu.

“Tapi tolong, jangan katakan kepada siapapun dari suku saya soal ini,” kata Bu Yuka.

Puteri Kanaya mengangguk. Untunglah di istana hanya ada lima orang sesuku dengan Bu Yuka. Mereka juga tidak tahu yang telah dilakukan Bu Yuka.

Setelah bayi itu disusui, tangsinya pun mereda. Puteri Kanaya kemudian menitahkan pengawal kerajaan mencari tahu orangtua dari bayi itu. Untunglah tanda gelang di kakinya memudahkan pencarian. Para prajurit istana segera mendatangi wilayah suku Simyan.

Ternyata bayi itu adalah cucu dari Kepala Suku Simyan. Dia sangat senang mendengar kabar cucunya selamat.

“Anakku bersama isterinya sedang bermain di telaga dengan perahu. Tapi tiba-tiba perahu bocor. Padahal mereka tidak bisa berenang. Akhirnya mereka tenggelam. Kami sudah mencari bayinya, tapi rupanya diselamatkan Puteri Kanaya,” kata Pak Hatiche.

Pak Hatiche kemudian ke istana. Untuk menejemput cucunya. Bayi itu masih bersama Puteri Kanaya.

“Terima kasih, Puteri Kanaya. Cucvuku selamat karena pertolongan Puteri,” kata Pak Hatiche.

“Berterimakasihlah kepada Bu Yuka. Dia yang menyusui bayi ini ketika kelaparan tadi,” kata Puteri Kanaya sambil menunjuk Bu Yuka.

Pak Hatiche menatap Bu Yuka. Dari anting yang dipakai Bu Yuka, Pak Hatiche segera mengenali Bu Yuka dari Suku Berryz.

“Bu Yuka, terima kasih kuucapkan. Mengapa kau mau menolong bayi ini? Padahal kamu pasti tahu bayi ini dari suku yang bersleisih dengan suskumu,” kata Pak Hatiche.

“Saya adalah seorang ibu dan tahu benar bagaimana perasaa ibu bila melihat bayinya menangis karena lapar dan haus. Karena itu saya mau menyusui bayi itu. Tadi Puteri Kanaya juga mengingatkan saya agar tidak memikirkan perselisihan yang ada. Biarlah orangg tuanya tidak mau berdamai, tapai anak-anak jangan sampai ditumbuhi bibit kebencian,” kata Bu Yuka.

Pak Hatiche mengangguk haru.

Puteri Kanaya kemudian meminta Baginda Raja untuk mengumpulkan tokoh penting dari kedua suku. Mereka kemudian diminta membuat perjanjian perdamaian.Kedua suku ini tidak boleh lagi berselisih karena akan menimbulkan kebencian, dan kebencian akan menimbulkan dendam yang terus menerus.

No comments: