Friday, September 12, 2014

Cernak, 14 Sptember 2014

Rumah di Sudut Jalan



Rumah itu memiliki tujuh kamar tidur, serta memiliki teras luas yang mengelilingi rumah, dari depan hingga belakang. Berdiri di sudut antara Jalan Cemara dan Sekolah . Aku sudah mengenal rumah itu karena aku pernah berada di dalamnya,  di dalam mimpiku.

Pertama kali aku melihat rumah itu, ketika aku sedang berjalan dengan anjingku. Aku melintasi depan rumah itu dan berhenti menatap rumah yang bangunannya sangat indah. Aku berpikir, "Wow,  itu seperti rumah dalam mimpiku." 

Aku sangat ingin masuk dan melihat-lihat. Seolah-olah rumah itu, entah bagaimana memanggilku untuk masuk. Jendela rumah itu begitu besar seperti mata jiwa, jika rumah memiliki jiwa. Apakah itu mungkin? 

Malamnya aku bermimpi lagi tentang rumah besar di pojok jalan dengan jendela besar dan dikelilingi teras. Saat aku memasuki rumah itu. Di dalam mimpiku aku merasa seperti aku ini adalah pemiliknya. Seolah-olah aku tahu setiap sudut, setiap kamar, setiap rahasia. Ketika aku terbangun, aku merasa sedikit bingung. Aku tidak bisa benar-benar fokus pada apapun selain rumah di sudut jalan itu. 

Hari berikutnya aku mendekati rumah itu dan kemudian memberanikan diri untuk mengetuk pintu depan. Cukup lama aku menunggu jawaban. Dan saat aku berbalik untuk pergi, pintu terbuka. Di ambang pintu, seorang gadis kecil berdiri  dengan mata sedih. Usianya sekitar  delapan tahun.

Aku tersenyum dan berkata, "Halo, apakah ibu atau ayahmu sudah pulang?" 

Dia menatapku dan menggelengkan kepalanya. 

Yah, aku pikir,  aneh sekali ada anak seusianya dibiarkan sendiri tinggal di rumah. Tapi kemudian aku berpikir, mungkin ada pengasuh dan dia tidak menyebutkannya. "Namaku Ruby. Aku ingin bicara dengan orang tuamu tentang rumah ini." 

"Aku tidak punya orang tua. Aku tinggal di sini dengan Kelinci, waliku. Dia ada di halaman belakang. Kamu ingin aku memanggilnya?"

"Ya, terima kasih." 

Gadis kecil itu berbalik dan berjalan pergi. Aku menunggu dan menunggu, setidaknya setengah jam berlalu, tidak ada yang datang. Akhirnya, aku putuskan ke belakang. Aku tidak melihat apa-apa. 

Tidak ada gadis kecil itu. Tidak ada orang yang disebutnya Kelinci. Hanya alang-alang, pagar rusak dan taman yang sudah sangat tidak terurus. Semuanya tampak telantar dalam waktu yang sudah lama. 

Aku kemudian kembali ke pintu depan dan mengetuk tapi tidak ada sahutan. Tidak ada yang datang menemuiku. Aku pergi dan memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk melakukan penyelidikan tentang rumah di sudut itu. Aku membuka komputer dan menyalakan Internet.

Setelah beberapa saat meneliti rumah itu, aku menemukan bahwa rumah di sudut itu telah kosong selama lebih dari tiga tahun. Keluarga yang tinggal di sana meninggal semua dalam sebuah bunuh diri bersama yang mengerikan. 

Jujur saja, aku sangat panik. Aku mulai bergetar dan memucat. Pria yang duduk di seberang  meja bertanya, apakah aku baik-baik saja. 

Aku menatapnya dan berkata, "Aku tidak apa-apa." 

Rasanya, aku tidak percaya dengan yang kubaca. Tapi aku ketakutan.

Sekarang aku berusaha menghindari rumah di sudut itu, karena setiap kali aku  melewatinya, aku merasa rumah itu memanggilku. Lalu, aku akan melihat seorang gadis kecil di jendela seolah sedang menatapku.

^_^

No comments: